61. Taeyong

245 26 0
                                    

"Mami....." suara serak itu membuat bibir mu bungkam, bahkan sendok yang kamu pegang sampai terjatuh ketika melihat siapa yang kini berada di hadapan mu.

Langkah mu melemas saat mendekati nya, jari jemari mu bergetar bahkan pelipis mata mu terasa panas menahan air mata yang sedari tadi ingin keluar.

Langkah mu terhenti tepat di hadapannya, tubuh kurus dengan wajah tampan yang biasanya menjadi kebanggaan untuk nya terpampang jelas. Senyuman nya terukir, seakan memberitahukan pada mu bahwa dia sudah sadar saat ini.

"T-taeyong...... Anakku......," lirihan mu terdengar begitu pilu. Tangan mu terulur, membelai pipinya agar kamu yakin bahwa dia nyata dan bukan sekedar halusinasi mu saja.

"Mami........." Taeyong.

"K-kamu sudah sadar nak?" lirih mu.

Taeyong mengangguk sebagai jawaban, pelukan kamu berikan sebagai tanda bahagia. Hati mu sangat sakit, bukan karena terluka namun sakit bahagia yang kamu rasakan ketika melihat putra mu yang sudah 1th lebih terbaring lemah kini berdiri tepat di depan mu.

"M-mami merindukan mu nak........ Mami sangat-sangat merindukan mu........," tangis mu pecah. Air mata terus membasahi pipi mu, seolah semua ini seperti mimpi yang hanya berlalu sehari saja.

Kamu begitu merindukan sosok Taeyong, putra kesayangan mu yang pendiam namun perhatian. Manja hanya padamu dan bahkan cerewet hanya pada mu saja.

Tangis mu terdengar begitu pilu, bahkan Taeyong ikut menangis karena melihat mu yang menangis sesegukan. Dia juga merindukan mu, bahkan sangat-sangat merindukan mu.

"Aku juga merindukan mami," lirihnya.

"Bunny ku sudah siuman, bunny.....," ucapan mu terputus-putus karena terus menangis.

Taeyong mempererat pelukannya, dia terus mengelus rambut mu dengan lembut hingga membuat mu semakin mengencangkan tangis mu.

"Yn ada apa? kenapa kamu menang-......," mama dan mertua mu terdiam ketika melihat kalian yang berpelukan. Mereka ikut menangis, bahkan mereka juga menghampiri dan memeluk cucu mereka dengan erat.

"Taeyong...... halmeoni sangat merindukan mu," lirih mertua mu.

"Halmeoni juga merindukan mu nak," lirih mama mu.

Kedua wanita lansia itu juga ikut menangis sembari membelai pipi cucu mereka, karena tidak percaya mama mu sampai mencubit pipi Taeyong hingga membuat Taeyong meringis sembari tertawa.

"Halmeoni sakit," kekeh Taeyong namun dengan air mata yang terus berjatuhan di pipi nya.

"Maaf nak, halmeoni pikir ini masih mimpi." Mama mu.

"Besan jahat banget sih, kan kasian cucu kita jadi kesakitan seperti itu." Mertua mu.

"Gapapa kok halmeoni, sakitnya gak seberapa. Tapi bahagia nya yang luar biasa." Taeyong.

Kedua lansia itu berusaha tertawa dalam tangis mereka, sedangkan kamu masih saja menangis dalam pelukan anak mu. Taeyong berusaha membelai punggung mu agar sedikit tenang, bahkan dia sampai menyandarkan kepalanya di kepala mu.

"Mami begitu merindukan ku yah? Mulai sekarang mami jangan nangis lagi. Bunny nya mami sekarang sudah sadar." Taeyong.

"Mami takut ini mimpi, mami tidak ingin membuka mata. Mami sudah sering bermimpi seperti ini, mami sangat takut kalau ini juga hanya sekedar mimpi," lirih mu.

"Ini bukan mimpi, anak mami yang tampan ini sudah bangun." Taeyong.

Perlahan pelukan mu terlepas, kamu menatap putra mu yang kini juga sedang menatap mu.

PLEASE DON'T LEAVE ME S3 ✔️Where stories live. Discover now