28. Gosip lagi

Depuis le début
                                    

Risa menghela napas kasar kemudian berjalan mengikuti Alfa.

Arsen membubarkan murid yang berada disekitarnya agar tidak ketahuan guru. Sementara Revan masih mengamati punggung Risa menjauh.

Risa berada di luar gerbang bersama Alfa. Ketiga teman Alfa berada agak jauh dari tempat Risa dan Alfa berdiri.

"Apa lagi?"

"Lo gak berterima kasih sama gue?"

"Gak, gak usah bosa-basi, gue gak mau lo datang lagi ke sekolah gue kalau cuma mau bikin keributan!"

"Gue gak akan bikin keributan lagi, asal lo mau nurutin satu permintaan gue. " Alfa tersenyum smirk.

"Gue gak mau, gak sudi dipaksa!"

"Besok gue datang lagi bikin ricuh." Alfa tersenyum.

"Ngancam?"

"Ck.. Nanti gue chat lo, bye." Alfa beranjak menemui teman-temannya dan pergi menggunakan motor sport mereka.

Ck, kenapa jadi runyam begini? pusing gue, batin Risa.

****

Risa berjalan masuk ke sekolah. Kerumunan di lapangan tadi sudah bubar. Risa menghela napas lega dan melangkahkan kakinya menuju kelas. Di sepanjang koridor Risa melihat beberapa murid yang bergerombol saling berbisik dan melirik ke arah Risa. Ada pula yang berbicara keras, ia bisa mendengarnya dengan baik.

Gak nyangka ya Risa udah sama Arsen, masih caper sama Revan, eh sekarang malah sama anak SMA sebelah, tidur di rumahnya pula.

Sok kecantikan.

Cuma gara-gara dia pandai bela diri, semua jadi takut sama dia, eh malah memanfaatkan banyak cowok.

Udah tidur sama cowok, ihhh serem.

Banyak lagi perkataan mereka yang terdengar oleh Risa. Risa memilih tidak menanggapi semuanya dan berlalu menuju kelasnya.

Risa duduk di kursinya dengan sedikit kasar. Vanya yang tahu sahabatnya itu sudah di kelas langsung menghampirinya.

"Lo gakpapa?"

"Hm."

"Lo tenangin diri dulu, nanti lo boleh cerita." Vanya memegang pundak Risa.

"Pinjam pundak lo ya, Nya?"

"Boleh, sini." Vanya mengarahkan kepala Risa ke pundaknya. Ya, Vanya adalah sahabat yang selalu ada buat Risa.

"Lo capek ya?"

"Banget."

"Yaudah lo merem bentar deh, guru juga telat datang."

Risa mengangguk.

****

Istirahat kedua, Risa dan Vanya menuju kantin. Perut mereka sudah meronta-ronta sejak tadi.

"Gue bakso ya Nya."

Vanya mengangguk dan memesan dua bakso. Banyak mata yang memandang sinis ke arah Risa. Risa menghela napas panjang kemudian menutup matanya sebentar. Ia membuka mata dan terkejut di depannya sudah ada Arsen yang tersenyum padanya.

"Aduuh duh, lo ngapain si Ar tiba-tiba muncul, kaget gue."

"Lo ngapain tutup mata, gue gemes ngelihatnya," ucap Arsen.

"Ehem, nge-gombal nih Ar," ucap Vanya yang duduk di sebelah Risa.

"Gak sih, emang gemesin kok." Arsen tersenyum memperlihatkan giginya yang rata.

"Pfffttt..." Vanya terkekeh geli. Risa langsung menyikut Vanya.

"Ris, lo mau kan jelasin ke gue kejadian tadi?"

"Yaudah sekalian jelasin ke gue juga Ris, eh lo gak pesen makan Ar?" Vanya mengambil bakso untuk Risa. Arsen menggeleng.

Risa menghela napas panjang, kemudian ia menceritakan awal bertemu dengan Alfa, sampai bertemu kembali beberapa hari lalu. Alfa yang mengirimkan pesan untuk bertemu, berujung hampir terjadi perkelahian kalau saja perut Risa tidak sakit. Risa pingsang di bawa ke rumah Alfa, sampai flashdisk yang tidak ia temukan pagi ini dan ternyata di bawa oleh Alfa.

"Hati-hati sama dia Ris, gue dengar di SMA Gemilang ada badboy yang berbahaya, suka tawuran dan balap liar, gue pikir itu Alfa." Arsen mengamati raut muka Risa.

"Gue tau kok Ar, gue kan kuat, hahaha."

"Iya lo kuat, tapi kan lo tetep cewek Ris dan dia cowok." Arsen mengusap rambut Risa.

"Iya, makasih ya, lo baik banget dah sama gue." Risa tersenyum.

"Anjir, gue di kacangin." Vanya manyun.

"Lo mau di perhatiin juga Nya?" Risa menggoda sahabatnya itu.

"Apaan sih!"

"Nanti gue bilang Deo biar segera nembak lo, "ucap Risa.

"Ngapa lo bawa-bawa nama Beo, males banget." Vanya mendengus kesal.

Risa dan Arsen tertawa.

****

Risa, Vanya dan Arsen berjalan menuju kelas masing-masing. Di koridor Risa bisa mendengar suara-suara yang menyudutkannya. Rasanya Risa ingin menyumpal mulut mereka satu persatu, tapi apa daya, ia harus menahan semuanya mengingat ia tak mau membuat masalah lagi, ia sudah kelas 12 dan sebentar lagi lulus. Risa lebih memilih mengabaikan mereka.

"Gue mau ngomong." Revan menarik tangan Risa membuat gadis itu berhenti. Vanya dan Arsen ikut berhenti.

"Ngomong apa? Kalian duluan deh." Risa meminta Vanya dan Arsen duluan.

Vanya dan Arsen beranjak pergi. Arsen masih mengamati mereka berdua, tidak baik jika ia tetap disana, namun sebenarnya ia penasaran apa yang akan di bicarakan Revan.

"Lo kemarin dari rumah Alfa?"

Risa mengamati wajah Revan. Kenapa dia nanya? Kenapa peduli?

Risa melirik ke arah belakang Revan, ia melihat Rindi sedang melihat ke arah dirinya dan Revan.

"Sorry, gue gak mau ada yang salah paham karena lo nahan gue di sini."

"Maksud lo?" Revan mengerutkan keningnya.

"Dibelakang lo, gue pergi ya." Risa melangkah pergi.

Revan menengok ke belakang dan mendapati Rindi berdiri agak jauh darinya.





Tbc

Vote dan comment yuk, biar semangat nulisnya..

My Cool Enemy (END)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant