13. Perubahan Revan

Mulai dari awal
                                    

"Hih, kalau kerasukan setan gila sih iya." Risa tertawa. Suasana di antara keduanya sudah kembali seperti biasanya.

"Ooh, Berani ngeledek, mau gue cium lagi?" Revan mendekat pada Risa.

"Awas ya kalau berani, gue pukul!" Risa memukul Revan dengan tasnya. Bukan pukulan seperti orang berkelahi, tapi pukulan candaan.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang memperhatikan mereka dari jauh. Gadis itu tersenyum, ia memegang dadanya, terasa sakit. Kemudian ia beranjak pergi.

🍃🍃

Risa dan Revan pulang bersama. Revan memaksa Risa untuk naik ke motornya. Risa yang awalnya menolak, kemudian meng-iya-kan ajakan Revan.

"Makasih."

"Gak gratis."

"Apa?" Risa melotot pada Revan.

"Bercanda." Revan nyengir.

"Sialan." Risa memukul punggung Revan.

Mereka masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu sudah ada Rani dan Nadia. Mereka sedang menonton televisi.

"Waah, kalian sudah pulang, sini ibu mau bicara sama kalian, ibu ada kejutan loh." Rani berkata dengan semangat.

"Ciyeee, yang sudah gak marahan lagi." Nadia cekikikan.

"Apaan sih kak Nad." Risa tersenyum, begitupula Revan. Risa dan Revan duduk bersama Rani dan Nadia.

"Ibu ada kejutan buat kalian bertiga, taraaaa..." Rani mengeluarkan beberapa lembar kertas.

"Wah ini semacam kupon liburan kah bu?" Nadia mengambil kertas itu.

Rani mengangguk, "Jadi supplier ibu kasih kupon ini, karena ibu bisa menjual barang melebihi target, trus ibu dikasih ini, untuk tiga orang"

"Yogja? Waaah lama gak ke Yogja." Risa memperhatikan kupon tersebut.

"Ibu ingin kalian yang berangkat, Ibu ada kerjaan lain, makanya ini kupon untuk kalian bertiga, berangkat hari sabtu sore, senin sore nanti pulang. Kalian kan hari senin libur sekolah."

"Wah tante, kok Risa jadi ikut juga."

"Gakpapa sayang, kalian kan juga harus liburan dong, anak muda loh, deket aja yang penting bisa merefresh otak, kalian naik pesawat aja, nanti ibu pesankan tiketnya, tiketnya juga gratis kok dari supplier." Rani tersenyum.

"Asik, pokoknya kita harus berangkat oke Van, oke Ris?" ucap Nadia semangat.

Revan dan Risa mengangguk, kemudian mereka beranjak ke kamar masing-masing. Rani dan Nadia saling pandang, kemudian mereka tersenyum.

🍃🍃

Risa membanting tasnya sembarang, ia kemudian merebahkan diri di kasur.

Es batu kenapa sih, dulu gue benci banget karena dia nyebelin dan kasar, ngajakin berantem mulu..Sekarang? tiba-tiba berubah? Apa dia merencanakan sesuatu? Dan... dia cium gue? Arghhhhh pusing gue, batin Risa.

Risa menggulingkan tubuhnya ke kanan dan kiri. Ia bingung dengan keadaannya sekarang.

Drrtttt.. Drrtttt... Handphone Risa berbunyi. Risa mengerutkan keningnya melihat nama yang melakukan panggilan di handphone nya, kemudian mengangkatnya.

Apa? - Risa

Jutek banget! - Gavin

Bodo amat! - Risa

Dih, marah ya? - Gavin

Lo pikir? - Risa

Hahaha, lucu banget adek abang - Gavin

Gak ada yang ngelawak! - Risa

Iya, iya, abang minta maaf deh.. - Gavin

Gak di maafin! - Risa

Bodo amat! - Gavin

Bangke! - Risa

Bangke ayam! - Gavin

Gue matiin! - Risa

Eeeh belum juga ngomong udah mau dimaatiin. Bentar dong.. Gue beneran minta maaf.. Abang gak bisa pulang, abang ngerjain tugas akhir..bener gak bohong.. - Gavin

Trus? - Risa

Ya udah jangan jutek dong, gimana kabarnya dek? Disana aman kan? - Gavin

Aman kok, yaudah cepet pulang, gue jutekin seumur hidup kalau lo gak pulang. - Risa

Iya, jangan galak dong, bentar ya, abang selesaiin dulu tugasnya.. Nanti abang telfon lagi yaa. - Gavin

Tuut.. Tuuut... Sambungan terputus - Risa mematikan handphone nya.

Gavin mengumpat, adiknya memang selalu begini.

****

Sementara di kamar lain, Revan membaringkan tubuhnya, ia ingin tidur namun matanya enggan tertutup.

Kenapa gue kepikiran Marmut terus, kenapa gue jadi begini? Aaah gue harus fokus sama Rindi. Sadar Van,
sadar! batin Revan.



Tbc

Vote dan comment yaa.. Makasih..

My Cool Enemy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang