8. Rindi dan Revan

Start from the beginning
                                    

"Iya, gue kesambet jin penunggu toilet belakang sekolah," jawab Risa asal.

"Astaga, lo tadi ke toilet situ, ih angker lo Ris, kenapa gak ke toilet deket aja sih, tumben lo gak takut."

"Penuh, ya gue kesana lah, orang udah kebelet, gue terpaksa." Risa mengingat saat di toilet tadi. Ia sebenarnya takut, tapi ia berusaha membuang semua pikiran negatifnya karena memang sudah tidak tahan. Ya,  Risa memang takut dengan hantu dan sejenisnya.

Vanya mengangguk, "Lo tadi di hukum apa? Trus kenapa di hukum?"

"Gue kesel sama es batu. Berangkat gue diturunin di tengah jalan, udah gitu gak merasa bersalah sama sekali, jadi pas gue ngelihat dia lagi jalan gue lempar pake sepatu eh malah kena pak Kus." Risa menggaruk kepalanya.

Vanya tertawa ngakak. Entah kenapa baginya itu sangat lucu, padahal Risa sudah melotot padanya.

"Iya iya maaf, aduh sakit perut gue, sial amat lo hari ini." Vanya berusaha berhenti tertawa tapi justru tertawa lebih keras. Risa mendengus kesal.

"Di hukum apa lo?"

Risa melempar buku ke arah Vanya, "Tuh suruh di baca trus nanti gue suruh cerita ke pak Kus."

Vanya membaca judul itu lalu tertawa lagi. "Ya ampun Ris pak Kus memang pengertian banget."

"Serah lo dah, ayo pulang, bengek gue lama-lama denger lo ketawa." Risa mengambil tas nya dan keluar kelas.

"Tunggu Ris, ah elah, gitu aja ngambek." Vanya berlari mengejar Risa.

🍃🍃


Di kelas, Revan daritadi duduk terdiam kemudian ia menghela napas berat. Revan sedang memikirkan Rindi. Revan memang dekat dengan Rindi sejak tiga bulan yang lalu. Sebelum itu Revan hanya sebatas tahu saja, karena mereka beda jurusan.

Flashback tiga bulan lalu,

Revan keluar dari minimarket yang agak jauh dari rumahnya. Ia melihat seseorang sedang berjalan sendirian membawa tas belanjaan. Revan tahu gadis itu adalah salah satu murid di sekolahnya. Revan hendak pergi namun melihat ada seseorang yang sepertinya membuntuti gadis itu.

Gadis itu bahkan tidak tahu kalau sedang dibuntuti seseorang, sampai di jalan yang sepi, gadis itu merasa ada yang aneh, ia membalikkan tubuhnya, dan benar saja, ada laki-laki berperawakan besar mirip preman di hadapannya.

"Mau apa kamu?" tanya gadis itu gemetar.

"Membawamu ke markas, papa mu sudah menunggu."

"Tidak mau, mama tidak membolehkanku ke markas papa, jadi pergilah." Gadis itu merasa takut.

"Terserah saja, kalau tidak mau, aku akan memaksamu ikut." Laki-laki itu mendekati gadis di depannya. Gadis itu mundur hendak berlari namun kalah cepat dengan laki-laki itu.

"Tolooong, Tolo---" laki-laki itu membekap mulut si gadis, lalu meraih handphone nya memberitahu kalau gadis itu sudah ditangannya.

"Laki-laki jangan kasar dong. Mau nyulik anak orang ya?" Revan sudah berdiri di belakang laki-laki itu.

"Apa urusanmu bocah. Sana, jangan ganggu!" bentak laki-laki itu.

"Saya gak mau ganggu om, saya mau ketemu teman saya." Revan tersenyum smirk dan maju menghajar laki-laki itu.

Meskipun laki-laki itu bertubuh besar tapi kekuatannya tak sebanding dengan Revan. Revan dengan mudah mudah mengalahkannya. Saat laki-laki itu sudah tersungkur, Revan segera menarik tangan gadis itu dan membawanya pergi menjauh.

"Lo gakpapa?" tanya Revan saat mereka berhenti berlari dan merasa sudah aman.

"Iya, gakpapa, makasih ya." Gadis itu menunduk malu.

"Gue Revan, lo satu sekolah kan sama gue?"

"Gue Rindi, iya kita satu sekolah." Rindi masih menunduk.

"Gakusah menunduk gitu, gue gak gigit kok." Revan tersenyum.

Rindi menganggat wajahnya memandang Revan. "Maaf ya, harusnya tadi lo gak usah nolongin gue."

"Kenapa? Lo kenal orang itu?" tanya Revan.

Rindi mengangguk. Rindi takut Revan akan terseret ke dalam masalahnya.

"Mana Handphone lo, sini gue catat nomer gue, kalau ada apa-apa bilang aja. Lo pendiam ya, kayaknya lo butuh teman cerita."

Rindi memberikan handphone nya. Entah kenapa Rindi mulai nyaman dan percaya dengan Revan. Jantung Rindi berdebar sangat kencang, seorang Revan perhatian padanya?

"Nih, handphone lo, gue antar pulang, ayoo!"

Rindi mengikuti langkah Revan. Sejak saat itu mereka semakin dekat. Mereka sering bertemu diam-diam di belakang sekolah atau di luar sekolah. Rindi juga menceritakan semua masalah hidupnya pada Revan. Sementara Revan, entah kenapa ia memiliki keinginan untuk melindungi gadis itu.

Flashback end.





Tbc

Hayooo..penasaran kelanjutannya, vote dan comment ya ka..

Jangan lupa di follow..

My Cool Enemy (END)Where stories live. Discover now