1. Blue Devil

12.5K 425 142
                                    

Jangan terlalu benci
Takutnya jadi telalu cinta

🍃🍃

Gadis bermata cokelat pekat, dengan seragam putih abu-abu memainkan jarinya di bangku sekolah. Matanya mengedarkan pandangan ke segala arah, ia tampak bosan, orang yang di tunggunya tak kunjung datang.

Lima menit kemudian, datang seorang gadis berambut lurus sebahu menghampirinya. Tampilannya sangat kacau, napasnya tampak tak beraturan.

"Heh Ris, lo ya enak-enakan duduk, lah gue lari ngos-ngosan," ucapnya pada gadis di depannya bernama Risa.

"Lah ngapa harus lari-lari, bukan lomba maraton kali," ucap Risa sekenanya pada Vanya

"Nih minum lo." Vanya melempar susu beruang yang baru di belinya. Risa dengan sigap menangkapnya.

"Kenapa lari-lari sih?" tanya Risa asal.

"Gara-gara geng dedemit tuh. Pas gue antri bayar minum, si Beo narik kerah gue dari belakang. Mentang-mentang badan kek tiang listrik. Pada ngetawain gue lagi." Vanya mendengus kesal.

"Terus?" ucap Risa sambil meminum susu beruangnya.

"Gue kesel, pas mau balik gue injek kakinya. Dia marah, gue di kejar sampe koridor, tapi dasarnya si Beo bego, pas ngejar gue dia nubruk entahlah sampe ndlosor. Gue ketawa ngakak sampe kejengkang. Ahh kesel gue." Vanya mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Lo baru sadar ya, kalau lo itu setipe sama Beo, hahaha." Risa tertawa lebar.

"Mingkem! mulut lo bau beruang!"

"Sialan lo." Tanpa sadar Risa menutup mulutnya.

"Tadi ada Revan, dia diem aja karena gak ada lo. Seperti biasa kaya es batu!" jelas Vanya

"Di siram pake sirup cocopandan nya bu Siska enak nih," ucap Risa membuat keduanya tertawa.

"Iya, trus di jilat-jilat enak ya, Ris, seger." Vanya nyengir sambil menaikkan alisnya.

"Hih, parah lo, Nya." Risa merinding, Vanya tertawa puas.

Risa menggelengkan kepalanya. Sahabat terbaiknya ini memang selalu bertingkah konyol bin ajaib. Dia suka berbicara ceplas-ceplos, tidak bermutu dan tidak berkelas.

Pernah suatu hari saat menunggu bus di tepi jalan, ada pengamen menghampiri mereka. Vanya bilang suara pengamen itu sangat fals dan tidak tahu cara mengamen yang benar. Vanya langsung merampas ukulele pengamen itu dan menggantikan posisinya mengamen. Si pengamen dengan santainya duduk sambil kipas-kipas seperti bos. Setelah otak Vanya bekerja dengan benar barulah dia ngomel-ngomel dan melepar ukulele si pengamen. Sepanjang perjalanan di bus, Vanya terus mengomel menyalahkan pengamen, padahal ia sendiri yang merampas paksa ukulele si pengamen dan sukarela berjoget dan bernyanyi.

Risa tertawa mengingat kejadian itu. Vanya merasa aneh sahabatnya tiba-tiba tertawa. Ia menjitak kepala Risa, membuat gadis itu melotot pada Vanya. Ya, Vanya adalah sabahat terbaik Risa.

***

B

lue Devil. Sebenarnya itu hanya iseng Deo lontarkan ketika mereka masih SMP. Ya, Revan, Kevin, Daffa dan Deo sudah menjadi sahabat sejak sebelum masuk SMA. Mereka bukan geng motor, sama sekali bukan. Nama geng itu hanya di buat seru-seruan saja. Namun karena ketampanan mereka geng itu mulai terkenal di kalangan sekolah. Terutama Revan, cowok dengan ketampanan nyaris luar biasa. Irit bicara, Cuek, dingin, dan tatapan tajamnya membuat kaum hawa memujinya. Revan akan bersikap berbeda dengan sahabat atau orang yang sudah di kenalnya, ia bisa menjadi lebih hangat, bahkan bisa juga ikut bobrok saat bersama sahabat-sahabatnya.

Saat ini Blue Devil sedang menunggu salah satu temannya di kantin bu Siska.

"Si Deo kemana? ngejar cewek satu aja lama banget, pantas gak laku-laku." Salah satu anggota geng itu bernama Daffa mulai mengomel.

"Emang lo udah laku? Eh kampret, main comot aja, sosis gue woe." Kevin menjitak kepala Daffa dan merebut sosisnya kembali.

"Berisik! Gue lagi makan." Revan yang daritadi memilih diam tak tahan juga untuk bersuara.

"Sorry Van, si Daffa nih minta di tabok." Kevin beneran nabok si Daffa.

"Aduuh, sialan lo, Kev. Beneran nabok lagi." Daffa meringis, teman-temannya tidak peduli, mereka mengalihkan pandangan pada seseorang yang baru datang.

"Wah wah, bibir lo kenapa, De. Habis di cium Vanya?" Kevin tertawa meledek.

"Habis kejontor tiang listrik?" Revan menimpali.

"Ah palingan juga lari, kesandung trus dlosor, lo kan orang ceroboh se-bikini bottom." Tebakan Daffa tidak meleset.

"Sialan tu cewek, gue udah jatuh ketimpa toren," ucap Deo.

"Hah, tangga woe, tangga." Daffa menjitak kepala Deo.

"Sejak kapan ganti? Kok gue gak tau." Deo mengerjap sok polos.

"Waah, minta di tonjok ni anak." Kevin mengepalkan tangannya.

"Tonjok aja, Kev. Biar gak hidup lagi, malu-maluin." Daffa menepuk pundak Kevin.

Deo merasa terpojok, segera merapatkan kedua telapak tangannya di dada memohon ampun.

"Tadi gue kira lo habis di tonjok Risa, De!" Daffa menepuk punggung Deo.

Deo menggeleng. Takut salah ngomong lagi bisa-bisa kena tonjok beneran.

"Heran gue sama Risa, badan kekar enggak, gede enggak, montok enggak, tepos iya, tapi kok kuat banget," ucap kevin.

"Iya, ngeri gue, pas dia marah auranya jadi horror, ngalah-ngalahin Deo ngesot, eh suster ngesot." Daffa tertawa, Deo melotot sebal.

Revan hanya diam, malas menanggapi pembicaraan sahabat-sahabatnya. Revan memang tidak suka dengan Risa. Bagi Revan, Risa itu musuhnya. Setiap bertemu tidak pernah akur, selalu saja adu mulut, bahkan adu fisik. Risa bukan seperti cewek pada umumnya. Dibalik tubuhnya yang kerempeng dan tepos, kata Kevin, Risa adalah cewek yang kuat. Kemampuan beladiri nya memang bisa di acungi jempol.

Revan teringat kejadian tiga bulan lalu, mereka sempat bertengkar yang berujung adu fisik. Tak ada yang kalah, tak ada yang menang. Padahal, Revan termasuk cowok yang jago bela diri. Risa pandai mengatur strategi saat berkelahi sementara Revan tentu lebih unggul kekuatan fisiknya. Semenjak kejadian tiga bulan yang lalu, Revan jarang bertemu Risa. Ia juga menghindari pertengkaran dengan gadis itu. Jika ketahuan bertengkar lagi, mereka akan dikeluarkan dari sekolah.

"Ayo masuk kelas," ajak Revan

Revan, Daffa dan Kevin beranjak dari kursi, sementara Deo tetap diam di tempat.

"Eh, btw, di pikir-pikir gue mau banget lo kalau jatuh ketimpa Toren." Deo cengengesan.

"Hah."
"Hah."
"Mau mati lo?"

Sahabat-sahabatnya berhenti, kemudian menoleh ke arah Deo.

"Iya, tapi bukan toren yang itu, toren yang pintar dan cantik itu loh!" Deo senyum-senyum sendiri. Ketiga temannya tampak berfikir, toren yang di maksud Deo ini apa.

"Apasih lo gak jelas!" Kevin mulai kesal.

"Dasar udik lo pada, masa gak tau sih Toren anak IPA 1," ucap Deo.

Revan memijat kepalanya, Daffa menutup mukanya dengan tangan, sementara kepin meremas kedua tangannya.

"Itu Louren bego, ahh pusing gue ngomong sama bantal ileran." Kevin mulai frustasi.

"Perasaan yang kejontor bibir, kenapa otak yang rusak." Revan masih memijat kepalanya.

"Beli otak-otak sana di depan Endomaret." Daffa mengikuti kedua temannya pergi.

"Lah, udah ganti nama? Kenapa gue gak tau, tungguin woe." Deo tampak kebingungan, kemudian berlari mengejar ketiga temannya.



Tbc

Part pertama agak aneh emang sih, terus baca deh part-part selanjutnya, semakin seru kok, di jamin.

Gemes banget sama si Deo, yang lain juga gemesin kok.. Hahaha

Penasaran sama cerita selanjutnya?
Follow, vote dan comment ya ka.. Nuhun
🙏🙏

My Cool Enemy (END)Where stories live. Discover now