My Mate [ Jaeyong ] ✔️

By kawaiimelo

1.6M 203K 13.9K

Lee Taeyong, Omega cantik yang melarikan diri ke Korea bersama sahabat baiknya, Ten. Tanpa diduga Taeyong jus... More

『 1 : The Begining 』
「 2 : Love and Dominion 」
『 3 : Power and Lust 』
I N T R O D U C I N G :
I N T R O D U C I N G :
E X P L A I N :
「 4 : Affection 」
『 5 : Finally, We Meet 』
「 6 : Become a Pair 」
『 7 : His Family 』
「 8 : Welcome To The Clan! 」
『 9 : Special? 』
「 10 : Slowly Change 」
『 11 : New Enemies and Friends 』
「 12 : Curiosity 」
『 13 : Little By Little 』
「 14 : Worries 」
『 15 : Someone 』
「 16 : Other Problems 」
『 17 : Pack War 』
「 18 : It's Secret 」
『 19 : Done 』
「 20 : See You Right Now 」
『 21 : Take a rest 』
「 22 : Walking Together 」
『 23 : Run Away 』
「 24 : Complicated 」
『 25 : Visit 』
「 26 : We Can't 」
『 27 : Uninvited Guests 』
「 28 : Rogues 」
『 29 : Hiding 』
「 30 : Another Sadness 」
『 31 : What Am I Supposed To Do? 』
「 32 : Broken Heart 」
『 33 : Encounter 』
「 34 : Yoona Goes To The Rescue 」
『 35 : A Short Time Left 』
「 36 : A Little Closer To You 」
『 37 : Respect 』
「 38 : University 」
『 39 : Luckiest Man 』
「 40 : Unexpected 」
『 41 : Ten and His Mate 』
「 42 : We Got You 」
『 43 : Mystery 』
「 44 : Jaehyun's Mother 」
『 45 : Unexpected 』
「 46 : Ready Or Not 」
「 47 」: ⚠️ Let's Be Mate ⚠️
「 48 : Live For Me 」
『 49 : Please, Stay Safe 』
『 50 : Revenge 』
『 51 : Don't Let Them Go 』
『 52 : 』
『 53 : A Mutan? 』
『 54 : The Truth Untold 』
『 55 : Gift from God 』
『 56 : Going Back Home 』
『 57 : I am Home 』
『 58 : Taeyong's home 』
『 59 : The Evidence of Past Atrocities 』
『 60 : Little Happiness 』
『 61 : A Sacrifice 』
『 62 : Awaken 』
『 63 : A Regret 』
「 64 : A Determination 」
『 65 : Fight 'em 』
「 66 : The Battle has Begun 」
『 67 : Fought 'til the end! 』
「 68 : The Truth Comes Out 」
「 70 : A Cruel Reality 」
『 71 : Begin 』
「 Side Story : Park Family's Trip 」
「 72 : Love is in the Air 」
『 73 : Back Home 』
「 74 : Farewell 」
『 75 : Fight Back! 』
「 76 : 🎊 The Wedding Day 🎊」
『 77 : Searching 』
Baca Dulu😘
「 78 : Preparation 」
『 79 : Started 』
「 80 : The Last Solution 」
『 81 : Seal 』
「 82 : Welcome To The World 」
『 83 : Time Flies 』
「 84 : Welcome, New Family Member 」
『 Side Story : 1.2 』
「 Side Story : 1.3 」
『 Side Story : 1.4 』
👑 Yuhuu~ 🦁
Is Out!
Promosi
『 Side Story 1.5 : 』
★ Extra Story : Daddy with the kids ★
◆ Extra Story : Vision ◆

『 69 : Revealed 』

12.4K 1.8K 172
By kawaiimelo

Semoga suka💚

|| My Mate ||

.

.





Jaejoong, Kris, Sehun, Irene, Luhan serta Jaehyun bergegas menuju hutan tempat dimana Sang Dewi berada, mengikuti para Peri yang memimpin di barisan paling depan. Sementara sebagian ada yang membereskan tempat kekacauan pasca pertempuran, dan sebagian lagi kembali ke kastil untuk segera diobati.

“Jaehyun, apa kau mau naik ke punggungku saja!? Supaya kita lebih cepat sampai kesana!” tawar Kris setengah berteriak agar Jaehyun yang berlari di depannya dapat mendengar. Jaehyun menoleh kepada Kris lalu menghentikan laju larinya, diikuti oleh yang lainnya juga.

“Ide bagus. Untuk mempersingkat waktu, kita berlari dalam wujud wolf saja,” timpal Sehun, yang kemudian berubah ke wujud Ricard. Satu per satu dari mereka berubah ke wujud wolf masing-masing, kecuali Jaejoong yang tidak berubah. Ia akan menaiki punggung Ricard untuk membawanya lari. Sebab tenaga Jaejoong sangat lemah saat ini, pun juga kekuatannya semakin menipis hingga ia tidak sanggup untuk berubah ke wujud wolfnya.
Setelah dibantu oleh Jaejoong mengangkat Taeyong ke atas punggung Kevin, barulah mereka melanjutkan perjalanan yang cukup jauh dari area pertempuran menuju hutan.

Hawa dingin musim salju bahkan sampai tak Jaehyun pedulikan. Fokusnya hanya satu; yakni menemukan cara untuk mengeluarkan kembali sesuatu yang Kangta berikan pada tubuh kekasihnya.






❄️ ❄️






Sekitar 10 menit, mereka akhirnya tiba di Danau tempat Sang Dewi berada. Lokasinya beberapa ratus meter dari rumah kabin milik Sehun, cukup jauh dari Kastil yang berada diatas bukit. Untungnya mereka dapat mempersingkat waktu dengan berlari dalam wujud wolf mereka.

Para Peri segera berterbangan diatas permukaan air danau yang berwarna biru jernih. Hewan-hewan yang semula berkumpul di pinggir danau tadi sudah lebih dulu bersembunyi, takut dengan kedatangan para wolf yang tak mereka kenal.

“Dewi~ Dewi~ Keluarlah! Ada Taeyongie disini! Kami membawanya kemari!”

“Dewi, ada Jaejoongie juga! Jaejoongie masih hidup, Dewi!”

Begitulah sekiranya ucapan-ucapan para Peri entah ditujukan kepada siapa. Mereka―selain Jaejoong, tak melihat adanya kehadiran sosok lain di tempat itu selain mereka bertujuh. Jaejoong memilih diam, sebab ia sendiri tak yakin apakah Sang Dewi mau keluar dari tempat peristirahatannya hanya untuk menolong putranya.

Karena dari apa yang Jaejoong alami dulu, Sang Dewi tidak akan keluar dari Danau-nya kecuali ada sesuatu yang genting atau karena panggilan dari seorang Guardian.

Singkatnya, Jaejoong sedikit pesimis sekarang.

Namun tak berselang lama, tiba-tiba muncul cahaya dari dalam Danau yang dalam. Semakin lama cahaya itu semakin melebar. Para Peri berterbangan kesana-kemari sembari bersenandung merdu entah menyanyikan lagu apa, namun nyanyian mereka mendamaikan hati. Jaejoong bahkan sedikit mulai rileks dan tidak sekhawatir sebelumnya.

Perlahan namun pasti, dari atas permukaan air Danau muncul seorang wanita berkulit seputih salju dengan gaun berwarna kebiruan senada dengan warna cahayanya yang menyilaukan mata. Semua yang ada disana sontak mengalihkan pandangan mereka ke lain arah untuk melindungi mata masing-masing.

“Jaehyun, turunkan Taeyong!!” titah Jaejoong yang melihat Jaehyun masih bertengger diatas punggung Kevin sembari mendekap Taeyong. Menuruti perintah Jaejoong, Jaehyun membawa turun tubuh Taeyong, satu per satu wolf yang ada disana juga perlahan kembali ke wujud manusia mereka. Jaejoong yang sudah turun dari atas Ricard segera mendekatkan diri ke pinggir Danau.

Sang Dewi yang mereka tunggu-tunggu membuka kedua kelopak matanya, lalu menatap lurus ke arah Jaejoong yang berdiri menghadapnya. Senyum tipis perlahan terukir dibibir pucat sang Dewi.

“Jaejoongie, lama tidak bertemu,” sapanya untuk pertama kali setelah beberapa puluh tahun lamanya tidak bersua dengan Jaejoong.

Keempat anak Jaejoong dan juga Luhan serta Jaehyun terkejut, ternyata Jaejoong mengenal siapa Sang Dewi itu.

Jaejoong membungkukkan tubuhnya dengan hormat kepada Sang Dewi sebelum membalas sapaan darinya. “Lama tidak bertemu, Dewi Seohyun. Suatu kehormatan bagi saya dapat berjumpa kembali dengan Anda,” ucapnya hormat.

Melihat sang ayah sangat menghormati Sang Dewi, sontak kelima anak muda yang berdiri dibelakang Jaejoong serentak memberikan salam hormat juga untuk Sang Dewi. “Suatu kehormatan dapat berjumpa dengan Anda, Dewi Seohyun!” ucap mereka kompak.

Dewi Seohyun pun mengalihkan perhatiannya pada kelima anak muda yang ia yakini sebagian dari mereka adalah anak dari Jaejoong dan Tiffany. “Jadi mereka anak-anakmu, Jaejoongie,” katanya sembari tersenyum lebar.

“Ya, Dewi. Tiga diantara mereka adalah anakku, dan yang berada didalam dekapan pemuda itu juga. Dia adalah Taeyong, Dewi,” jelas Jaejoong. Melihat keadaan sang putra, raut wajah Jaejoong kembali khawatir.

Dewi Seohyun yang menyadari raut wajah khawatir Jaejoong hanya tersenyum kecil. Perlahan ia beranjak mendekat ke pinggiran Danau hingga jaraknya sangat dekat dengan Jaejoong.

“Kemarilah, anak muda. Biar aku sembuhkan luka pada tubuh Taeyongie,” pinta sang Dewi pada Jaehyun. Melirik sekilas pada Jaejoong, barulah Jaehyun bergerak menghampiri Dewi Seohyun dengan menggendong Taeyong. Para Peri dengan cepat melesat menghampiri Sang Dewi lalu membisikkan sesuatu yang tak dapat Jaehyun dan Jaejoong pahami. Entah mereka berkomunikasi menggunakan bahasa apa.

Namun perubahan raut wajah Dewi Seohyun menggambarkan sesuatu yang tidak baik sepertinya. Lihat saja wajahnya berubah serius dan sedikit menakutkan saat ini.

“Apa kalian yakin?” tanya Sang Dewi pada para Peri-nya. Yang dibalas anggukkan oleh mereka dengan penuh keyakinan. Disini Jaehyun merasa, ada sesuatu yang buruk.

“Aku akan mencoba menyembuhkan luka di tubuh Taeyong lebih dulu. Boleh aku membawanya bersamaku?” pinta Sang Dewi pada Jaehyun lagi. Tanpa berpikir ulang, Jaehyun mengangguk mengiyakan. “Tolong selamatkan Taeyong kami,” mohonnya penuh harap.

Sang Dewi tersenyum hangat nan meneduhkan hati. “Kau sangat mencintai Taeyongie rupanya. Dan juga, calon buah hati kalian didalam rahim Taeyong. Aku akan melakukan yang aku bisa untuk menyelamatkannya. Sesuai janjiku pada Tiffany puluhan tahun silam,” ucap Dewi Seohyun sebelum membawa tubuh lemas Taeyong dengan sihirnya.

Tubuh Taeyong dibawanya melayang menuju ke tengah Danau. Ini bukanlah sembarang danau, ini adalah danau keramat yang tidak boleh dimasuki oleh sembarang orang. Orang biasa tidak akan berhasil menemukan danau ini selain orang-orang tertentu ataupun orang spesial saja yang mendapat persetujuan dari Sang Dewi.

Melingkupi seluruh tubuh Taeyong dengan cahaya berwarna biru yang merupakan kekuatan dari Sang Dewi, secara perlahan Sang Dewi memasukkan tubuh Taeyong ke dalam Danau Penyembuhan miliknya itu.

Mulut Sang Dewi tidak berhenti merapalkan deretan kalimat dalam bahasa asing yang menuntun tubuh Taeyong semakin tenggelam ke dalam Danau. Para Peri pun juga sama, mereka melingkar disekitar tubuh Sang Dewi sembari mengikuti ucapan mantra yang Dewi Seohyun rapalkan. Cahaya didalam Danau semakin menyala terang, semua yang berada di pinggir Danau hanya bisa menonton sembari berdo'a penuh harap Sang Dewi dapat menyembuhkan tubuh Taeyong kembali seperti sedia kala.

“Ayah, sejak kapan kau mengenal Dewi Seohyun?” tanya Sehun yang berdiri disisi kanan Jaejoong. Sedari tadi, banyak pertanyaan bersarang diotaknya, maka dari itu ia ingin menanyai Jaejoong satu per satu.

Jaejoong menghembuskan nafasnya panjang, hingga nafasnya mengeluarkan uap dari lubang hidung serta mulutnya yang terbuka kecil. Sudah waktunya, sudah saatnya ia memberitahukan yang sesungguhnya kepada keempat anaknya. Mengenai ibu mereka; mendiang Tiffany.

“Aku akan memberitahu kalian satu hal yang selama ini tidak pernah kami beberkan kepada kalian,” katanya, setelah berbalik badan untuk menghadap semua anak muda yang ada disana. Kedua netra gelapnya bergulir menatap satu per satu dari ketiga anaknya yang kini terlihat semakin dewasa. Mendadak ia merasa umurnya sudah semakin tua saja.

“Ibu kalian....Tiffany bukanlah seorang werewolf sejati seperti kita,” jedanya sejenak, untuk melihat reaksi dari ketiga anaknya. Yang didapatinya, ketiga anaknya saling melempar tatapan bingung. Ya, Jaejoong memakluminya. “Alasan mengapa warna mata Kris berbeda dengan yang lainnya, karena sebenarnya warna mata Kris sama seperti milik Tiffany,” bebernya yang pertama.

Kris membulatkan kedua matanya terkejut. Selama ia hidup, ia hanya melihat warna mata ibunya berwarna kecoklatan. “Ayah berhalusinasi? Warna mata ibu berwarna kecoklatan kalau ayah lupa,” candanya lalu terkekeh heran.

“Ya, ayah tau kalian akan bingung atau tidak mempercayai semua ini. Ada alasan tersendiri mengapa ibu kalian mengganti warna asli kedua matanya selama tinggal di dalam kastil. Karena ibu kalian adalah seorang Guardian. Guardian itu makhluk spesial. Eksistensinya melebihi seorang Peri. Maka dari itu ibu kalian memutuskan menyembunyikan jati dirinya sejak dia menikah dengan ayah dan tinggal di kastil,” ungkap Jaejoong sembari menundukkan kepalanya. Menatap kosong salju putih yang ia pijak dibawah sepatunya.

“Tiffany adalah seorang Guardian di Danau ini. Oleh sebab itulah para Peri dan juga Sang Dewi mengenali ayah dan juga kalian. Mungkin Dewi Seohyun dapat merasakan ‘mana’ milik Tiffany mengalir dalam tubuh kalian,” lanjutnya.

“Ibu...seorang Guardian?” Irene bergumam kecil. Ia pernah membaca tentang Guardian yang sempat melegenda di negara tempat mereka tinggal. Namun orang-orang berpikir bahwa Peri, Guardian serta Dewi yang konon menjaga Danau-Danau hanyalah sebuah mitos atau legenda semata. Sebab belum ada saksi mata yang melihat mereka secara langsung.

“Iya. Ceritanya cukup panjang, namun yang pasti, Tiffany adalah Guardian di Danau ini. Itulah mengapa kalian dianggap spesial oleh para Peri dan Sang Dewi sendiri. Tiffany terpaksa berpura-pura sebagai seorang werewolf agar diterima di keluarga ayah. Namun sepertinya, Kangta sudah mengetahui hal ini sejak lama,” ucapnya sendu.

Ada banyak penyesalan yang sebenarnya ia pendam selama ia menikah dengan mendiang sang istri. Banyak rintangan dan halangan yang mereka lalui bersama dulu, bahkan setelah sang istri tiadapun, rasanya masalah masih mengikuti keluarga kecilnya. Apa ini kutukan untuknya? Akibat telah mengambil sosok Guardian yang dianggap suci dan berperan penting dalam menjaga keseimbangan alam ini?

“Maafkan ayah.....” Ia menyesal. Andai waktu dapat diputar kembali, Jaejoong berharap ia tidak pernah bertemu dengan Tiffany dan jatuh cinta pada sosoo cantik itu dulu.
















“Jaejoong......”



Deg




Bisikan lembut terdengar ditelinga Jaejoong. Ia yang semula menundukkan kepala, kini mendongak mencari sumber suara itu berasal. Kepalanya bergerak ke kiri ke kanan. Namun ia sama sekali tidak menemukan sosok lain selain dirinya, Sehun dan para anak muda dibelakang.

“Jaejoong......”

“Tiffany?”

Ia tak salah dengar. Tak pernah keliru. Ia sangat hafal dengan suara lembut milik mendiang istrinya.

“Jaejoong......aku dibawah sini.....” ucap suara samar itu.

“Dibawah?” Kepalanya dibawah menunduk, namun yang ia lihat hanyalah genangan air di tepian Danau saja. “Dimana?” ucapnya tak kalah lirih.

Sehun yang berdiri disebelah sang ayah menaikkan alisnya satu. “Ayah berbicara dengan siapa sih?” tanyanya heran. Ini ayahnya tidak apa-apa 'kan? Jangan-jangan otaknya berbentur kuat juga tadi?

“Ya, lihat aku di air itu...”

Segera, Jaejoong bergerak maju selangkah agar lebih dekat ke tepian Danau. Ia dapat melihat pantulan dirinya diatas permukaan air tersebut.

“Aku tidak melihatmu, Tiff,” ucapnya kecewa.

“Yah, ayah baik-baik saja 'kan??” Sehun panik sendiri dibuatnya. Ini kenapa ayahnya bicara sendiri sih?

Beberapa detik Jaejoong terus menatap pantulan dirinya diatas permukaan air, tiba-tiba air yang semula tenang sedikit bergelombang hingga pantulan wajahnya tak lagi terlihat. Begitu gelombang air semakin tenang, perlahan muncul wajah seorang wanita yang amat sangat ia kenal pada permukaan air itu. Jaejoong sangat terkejut, tetapi juga luar biasa senang.

“Tiff?” panggilnya.

Wajah diatas permukaan air itu menatap lurus ke dalam matanya, hening selama beberapa detik sebelum akhirnya wajah yang sangat mirip dengan mendiang istrinya itu tersenyum begitu manis kepadanya.

“Jaejoongie!” sapanya riang. Persis seperti yang biasa mendiang Tiffany ucapkan padanya. Rasanya Jaejoong ingin menangis detik ini juga.

Sehun yang mendengar suara familiar segera beranjak ke sisi sang ayah untuk memastikan sesuatu. Alangkah terkejutnya ia melihat sosok yang mirip dengan wajah ibunya terpantul pada permukaan air.

“Ibu!?” Ia pun memekik kaget. Bagaimana bisa air itu memantulkan wajah sang ibu, bukan ayahnya?!

Mendengar Sehun menyebut ibu mereka, sontak Kris dan juga Irene yang berada dibelakang berhamburan menuju ke tempat Sehun dan sang ayah yang tengah bersimpuh dengan kedua lutut mereka sembari menunduk menatap pinggiran Danau. Reaksi yang mereka berikan tentu sama seperti Sehun, terkejut.

“Ibu?” Kris memanggil sang ibu, berharap dapat berkomunikasi walau hanya melalui bayangannya saja.

Dapat mereka lihat wajah Tiffany tersenyum semakin lebar hingga menunjukkan deretan gigi putihnya, tampak terlihat begitu bahagia seperti tidak ada beban. Dan tentu saja itu membuat mereka berempat tak kuasa menahan haru dan emosi mereka.

“Kenapa menangis?” tanya Tiffany sedih. Ia dapat melihat suami serta ketiga anaknya yang kini semakin dewasa menangis deras melihatnya. “Jangan menangis. Ibu baik-baik saja sekarang....walau raga ibu sudah tidak ada lagi, namun roh ibu selalu ada disini, kalian bisa datang kesini jika kalian merindukan ibu,” ucapnya penuh kelembutan.

Irene yang sedari diam pun semakin menangis hebat. Ia sangat merindukan sang ibu. Selama ini ia berusaha menahan emosinya supaya tidak merepotkan saudaranya yang lain. Diantara saudaranya yang lain, Irene merasa bahwa dirinya lah yang sebenarnya tidak berguna sama sekali. Ia tidak bisa menolong kedua orangtua, ia bahkan tidak sanggup bertarung melawan musuh keluarganya seperti Sehun dan Kris. Dibandingkan dengan Taeyong, kekuatannya tidak ada apa-apanya.

“Irene? Sayang....mendekatlah....”

Merasa terpanggil, Irene bergerak semakin mendekat ke pinggir Danau. Dengan kedua mata memerah menahan tangis, ia menatap ibunya penuh kerinduan yang mendalam. “I miss you...i miss you....” ucapnya sedikit bergetar. Sehun yang tidak tega melihat Irene seperti ini pun hanya bisa mengusap-usap punggungnya pelan. Mencoba menenangkan sang kakak.

“Ibu juga merindukan kalian...maafkan ibu....ibu meninggalkan kalian lebih cepat...”

Irene menggelengkan kepalanya kuat. “Tidak. Ibu tidak salah. Aku yang salah karena tak sanggup menyelamatkanmu, bu...maafkan aku!” ucap Irene sembari menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya. Kris yang juga merasakan hal yang sama dengan sang adik pun tak kuasa untuk merangkul pundak Irene dan menempelkan kepalanya pada yang lebih kecil; berusaha saling menguatkan satu sama lain.

Tiffany yang melihat kedekatan ketiga anaknya tersenyum haru. Sejak ia pergi, pasti banyak hal yang berubah pada ketiga anaknya. Pasti pertempuran serta kepergian dirinya dulu merubah banyak hal dalam hidup mereka. Apalagi mereka berhasil menyelamatkan nyawa Jaejoong yang ia ketahui sekarat ketika ia menyelamatkannya dulu.

“Tidak. Kalian sangat berguna dan membantu ibu dan ayah. Kalian memperjuangkan hidup ayah kalian dengan berbagai cara hingga ayah kalian dapat kembali menghirup udara lagi. Terimakasih.....kalian sungguh luar biasa....” tutur Tiffany diakhiri dengan senyum lebarnya.

Bukannya meredamkan tangis ketiga anaknya, mereka semakin menangis deras. “Ibu, aku ingin ibu kembali!! Tidak bisakah kita berkumpul seperti dulu lagi?! Apapun caranya akan kulakukan! Aku hanya ingin ibu kembali ke sisi kami lagi!!” Sehun yang jatuh ke tanah sembari menangis tak sanggup lagi menahan unek-unek didada. Ia ingin ibunya kembali ke sisi keluarganya lagi seperti dulu.

“Sehun..” Jaejoong menatap sendu Sehun yang terlihat sangat down kali ini. Bukan cuma Sehun saja sih, Irene pun juga sama. Justru Kris yang terlihat lebih tegar dari kedua saudaranya.

“Sudah....jangan seperti ini....kita tidak bisa lagi membangkitkan orang yang sudah meninggal. Itu akan menyalahi aturan alam,” tegur Jaejoong. Kali ini ia menatap ke arah Dewi Seohyun yang masih berusaha menyelamatkan Taeyongnya.

“Sekarang fokus kita adalah Taeyong. Kita harus bisa menyelamatkannya,” sambungnya.

Namun cukup untuk menyadarkan Irene dan juga Sehun. Perlahan tangis mereka sedikit mereda. “Kau benar, yah.....Taeyong...” ucap Sehun.

“Kalian tenang saja, Taeyongie baik-baik saja. Hanya ada satu masalah saja yang coba Dewi Seohyun patahkan,” sahut Tiffany yang sukses menarik atensi keempat orang itu.

“Apa itu, bu? Tidak ada masalah dengan kandungan Taeyong bukan?!” Irene panik duluan. Jaehyun yang mendengar pertanyaan Irene dari belakang sontak menegang.

“Tidak....bukan itu....melainkan sesuatu yang lain,” jawab Tiffany dengan wajah seriusnya. “Sepertinya Kangta memberikan sebuah ‘kutukan’ dalam tubuh Taeyong,” lanjutnya yang mana membuat semua orang disana tercengang.

“A-apa? Kutukan?! Bagaimana bisa?!” spontan, Kris meninggikan suaranya.

“Kutukan?” Jaehyun yang dapat mendengar percakapan keluarga Lee didepan sana tak dapat membendung kekhawatirannya. Sementara Taeyongnya masih diurus oleh Sang Dewi di tengah Danau, ia merasa sama sekali tak berguna tak bisa menolong matenya.

Luhan yang sedari tadi diam, memilih tidak membuka suara dulu sampai mereka mengetahui inti permasalahan pada tubuh Taeyong. Bukan saatnya ia ikut campur dalam urusan keluarga sang suami, terlebih lagi, kutukan dan sejenisnya bukanlah spesialisnya.

Wajah Tiffany pada pantulan air itu terlihat sedikit merengut, tampak serius dan sedikit marah. Jelas saja ia marah, mengetahui putra bungsu yang paling ia sayangi disakiti oleh kakak iparnya sendiri sungguh melukai hatinya sebagai seorang ibu.

“Kami belum dapat memastikan jelasnya apa kutukan yang Kangta berikan pada Taeyongie. Untuk lebih jelasnya, kalian bisa bertanya pada Dewi Seohyun setelah ini. Waktuku tidak banyak, Dewi akan segera kembali kesini karena ia sudah selesai menyembuhkan luka Taeyongie,” tutur Tiffany. Yang sontak mendapat gelengan kuat dari kedua anaknya; Irene dan Sehun. Mereka masih tidak rela Tiffany pergi dari pandangan mereka lagi.

“Jangan pergi, bu! Kami mohon!” Sehun terlihat begitu frustasi. Jika akal sehatnya sudah hilang, bisa-bisa ia menyebur ke dalam Danau untuk mencari sang ibu.

Tiffany tersenyum sendu. Meskipun hatinya juga menginginkan hal yang sama dengan ketiga anaknya, namun ia tak bisa. Ia tak akan bisa memeluk mereka semua dengan raganya seperti dulu kala. Kini ia hanyalah roh yang mendiami Danau tempatnya tinggal sejak ia ‘dilahirkan’ dulu.

“Maafkan, ibu. Tetapi ini semua diluar kemampuan ibu, bahkan Dewi Seohyun sekalipun...” ucapnya lirih.

Mengerti dengan batas waktu yang Tiffany punya, Jaejoong merangkul pundak ketiga anaknya sembari mengusapnya lembut. “Sudah....Kita dapat melihat dan berkomunikasi dengan ibu lagi sudah merupakan sebuah keajaiban. Kita harus bersyukur setidaknya kita tau bahwa ibu sudah bahagia disini,” katanya, mencoba memberi pengertian pada ketiga anaknya yang masih menangis tersedu. Tidak rela harus berpisah dengan ibu mereka lagi.

“Sesuai perkataan ibu sebelumnya, kalian masih bisa datang kemari jika kalian merindukan ibu. Tapi maaf, ibu memiliki waktu yang terbatas. Jadi kita tidak bisa mengobrol untuk waktu yang lama,” jelas Tiffany.

Ya, mau bagaimana lagi. Ia hanyalah sebuah roh, jelas saja kemampuannya untuk menampakkan diri tidak bisa sesempurna ketika ia masih hidup dulu. Bahkan hanya beberapa menit saja ia dapat mempertahankan wujud penampakkannya pada orang lain.

“Kami mengerti...maaf....maaf kami bersikap egois,” ucap Sehun dengan kepala tertunduk.

“Tidak apa. Ibu juga sangat merindukan kalian...” balas Tiffany dengan senyum hangatnya.

Mau tidak mau mereka bertiga harus merelakan Tiffany pergi untuk sekarang. Setidaknya kerinduan mereka akan sosok wajah cantik sang ibu sudah tersalurkan walau hanya sebentar saja. Jaejoong tersenyum teduh menatap pantulan wajah sang istri pada permukaan air, sorot mata penuh cinta dapat dengan jelas terpancar dari kedua matanya.

“Aku pergi dulu...” pamit Tiffany pada sang suami, “Tolong jaga anak-anak kita...hanya kau satu-satunya orang yang bisa menemani mereka sampai masa tua mereka nanti,” pesannya lagi.

Mengangguk kecil, Jaejoong mengiyakan pesan sang istri. Jika dulu ia tak sempat mengucapkan kata perpisahan, kini ia tak berminat untuk mengucapkannya. Dalam hati kecilnya ia percaya, bahwa mereka berdua masih dapat bertatapmuka serta berbincang walau barang sebentar di Danau ini nantinya. Meskipun nanti membutuhkan waktu yang lama, baginya tak masalah.

“Aku akan selalu menunggumu disini, di tempat ini. Jika kau bisa menampakkan rohmu lagi seperti ini, atau dengan cara lainnya, tolong temui aku,” pesannya untuk terakhir kalinya.

Ada jeda beberapa detik sebelum akhirnya Tiffany menganggukkan kepalanya disana. Tersenyum amat lebar hingga kedua matanya membentuk bulan sabit yang selalu menjadi favorite Jaejoong. Perlahan namun pasti, riak air mengaburkan wajah Tiffany hingga wajah itu menghilang diatas permukaan air. Tiffany telah pergi. Waktu mereka sudah habis. Meskipun hatinya terasa sesak, namun itu sudah lebih dari cukup bagi Jaejoong.

Tak lama ia melihat Dewi Seohyun mengangkat tubuh Taeyong dari dalam Danau, para Peri kembali mengitari tubuh Taeyong yang terlihat bersih, tanpa ada noda dan bekas luka sedikitpun. Wajahnya terlihat segar walau kedua mata indahnya masih terpejam. Jaehyun mendesah penuh kelegaan ditempatnya berdiri. Menanti Dewi Seohyun beserta para Peri membawa raga Taeyong kembali ke permukaan tanah lagi.

Belum juga Jaejoong membuka mulut hendak bertanya, Dewi Seohyun sudah lebih dulu menyelanya dengan raut wajah yang terlihat tidak bersahabat, “Jaejoong, aku rasa dugaan kami benar. Monster ituㄧKangta, telah memberikan sebuah ‘kutukan’ pada Taeyong. Kami sudah mencoba untuk mematahkan dan menghilangkan ‘kutukan’ itu, namun sangat sulit. Seolah ‘kutukan’ itu telah meresap ke dalam raga atau jiwa Taeyong,” tutur Sang Dewi yang mencengangkan semua orang untuk kesekian kalinya.

Jaehyun menahan nafasnya selama beberapa detik, tidak percaya pada apa yang Sang Dewi katakan barusan. Otaknya berkata untuk tidak mempercayai semua ucapan Sang Dewi yang suci itu, namun tidak dengan hatinya. Ia dapat merasakan sesuatu yang tidak beres ada pada tubuh sang mate. Namun ia bisa berbuat apa untuk menolong Taeyong?

“Apa tidak ada cara lain untuk mematahkan ‘kutukan’nya?” Irene menyuarakan rasa penasarannya. Pasti ada cara lain yang bisa diambil untuk mengatasi ‘kutukan’ tersebut.

Sang Dewi terlihat berpikir, kedua alis tebalnya menukik tajam, para Peri memandangnya penasaran. “Sebenarnya ada. Tapi aku tidak yakin apakah kita bisa mengambil cara ini di jaman sekarang,” jawabnya, yang membuat semua orang berharap-harap cemas.

“Apa itu?! Apapun akan aku lakukan untuk menolong Taeyong!” Suara lantang Jaehyun mengalihkan atensi Sang Dewi dan semua orang yang ada disana. Wajah tampan Jaehyun terlihat sangat serius dan penuh tekad yang kuat, Dewi Seohyun dapat merasakannya.

“Jika kalian bisa menemukan orang ini, peluang kita untuk mematahkan ‘kutukan’ Taeyong semakin besar,” kata sang Dewi. “Kalian harus bisa menemukan seorang Witcher tua. Aku tidak tau berapa banyak dari Witcher tua yang masih tersisa sampai sekarang. Hanya merekalah satu-satunya kunci jawaban untuk saat ini. Sebab ribuan tahun yang lalu, para Witcher suka bereksperimen dengan membuat mantra sihir baru, dan tak sedikit dari mereka memakai mantra tersebut untuk hal buruk. Aku pernah mendengar beberapa Witcher berhasil memberantas masalah itu, dan aku yakin, mereka dapat menemukan jawaban untuk ‘kutukan’ Taeyong,” sambung Sang Dewi.

Semua orang yang ada disana saling melempar pandangan, satu masalah belum teruraikan, kini muncul masalah baru lagi. Mencari seorang Witcher tua yang usianya ribuan tahun? Apa masih ada sampai sekarang?!

Yang benar saja....

Irene terduduk lemas di atas tanah, pusing mendera pikirannya. Ia hanya ingin adiknya kembali sehat seperti sebelumnya lagi, kenapa harus sesulit ini?

Namun dengan segala tekad dan keteguhan hati, Jaehyun menerima masukan dari Sang Dewi.

Apapun....

Apapun akan ia lakukan demi keselamatan Taeyong beserta calon buah hatinya. Entah butuh waktu berapa lama, Jaehyun berjanji pada hidupnya, jika ia akan mencari Witcher tua itu bahkan sampai ke ujung duniapun akan ia cari.






🖤 TBC 🖤

Fiuh~

Udah mentok mikirnya nih hehhe

Otw end nih, mungkin nanti menggantung gatau lagi deh. Tapi sesuai jawaban kalian dari pertanyaan ku sebelum nya, bakal aku buat sequel hehe

Harap bersabar dulu ya mate 💚

Makasi banget yg suka dan support work ini💚 Aku seneng baca DM sama komen kalian 💜






Continue Reading

You'll Also Like

1M 165K 31
[Fantasy] [Omegaverse] [M] [Romance] Lee Taeyong; seorang Queen Omega yang di puja oleh seluruh Alpha, semua Alpha tentunya menginginkan Taeyong seb...
555K 62.1K 12
[Sad Romance] [Short Story] Rasanya, Taeyong ingin menangis dengan keras. Tapi ia sadar seharusnya ia tidak melakukan hal itu. •BXB || YAOI || GAY...
2.1M 253 1
|DIBUKUKAN| "Arti sebuah cinta, besarnya sebuah rasa, dan ikhlasnya sebuah asa." Pernikahan yang tidak diinginkan antara Lee Taeyong dan Jung Jaehyu...
750K 53.6K 22
[ 재현 - 이태용 ] 🔞 Jaehyun itu adik yang sangat posesif. BXB, YAOI, MPREG ! MATURE ! Kurang jelas? ini cerita cowo vs cowo. Homophobic? Go away ! [Re...