〰
Bintangnya dulu dong qaqa(´ε` )♡
〰
|| My Mate ||
.
.
“Taeyong,... apa kau mendengarku?”
Terdengar sebuah suara seorang wanita disekitar tempat Taeyong berdiri. Kepala si cantik itu berputar, bingung melihat ke sekitarnya yang sangat gelap. Ia takut, Taeyong takut gelap. Namun suara itu membuat perhatiannya teralihkan.
“SIAPA DISANA?! TUNJUKKAN DIRIMU!” teriaknya takut.
“Taeyong....jika kau menerima pesanku ini...kau harus segera kembali kesini, ke rumahmu. Kami membutuhkanmu....pulanglah..”
“JANGAN BERCANDA! AKU TIDAK AKAN PULANG! AKU TIDAK PUNYA SIAPA-SIAPA LAGI DISANA!”
“Taeyong...pulanglah....seseorang yang sangat kau sayangi membutuhkan bantuanmu...pulanglah...kami membutuhkanmu disini....”
Suara itu semakin terdengar jauh, Taeyong berlari, mencoba mengikuti sumber suara tersebut berasal.
Ia putus asa, tak kunjung menemukan titik terang sebagai jalan keluar.
“SIAPAPUN TOLONG AKU!! AKU TIDAK MAU SENDIRIAN! TOLONG AKU! AKU BENCI KEGELAPAN INIII!”
“YONG! TAEYONG!!!”
Gasp
Kelopak mata Taeyong terbuka lebar, nafasnya bergerak naik turun dan dadanya terasa sesak. Airmata jatuh dari ujung pelupuk matanya.
“Sayang?! Apa yang terjadi?!” Guncangan ringan pada lengan kirinya menyadarkan Taeyong, bahwa ia telah kembali dari alam bawah sadarnya.
Kepalanya menoleh ke sisi kanan, dimana ada Jaehyun dengan setelan piyama tidurnya tampak begitu khawatir menatapnya.
Nafas Taeyong perlahan kembali normal. Debaran jantungnya juga sudah mulai berdetak normal. Walau kedua matanya tak berhenti melelehkan airmata.
“Sayang? Hey...kau bermimpi buruk ya?” Dengan lembut Jaehyun mengusap kening Taeyong, menghapus keringat yang bercucuran dari atas kepala si cantik itu.
Taeyong terdiam. Ia merasa, apa yang baru saja dialaminya bukanlah sekedar mimpi saja. Terasa sangat nyata. Seperti sebuah pesan yang memang ditujukan untuknya.
Apa ini adalah suatu tanda?
Sudah sangat lama ia tak menerima pesan apapun dari kerabatnya. Ia mengira, semua sudah mati tak bersisa. Jika masih ada yang menghubunginya, itu tandanya, masih ada beberapa orang yang berhasil selamat.
Entahlah, Taeyong harus merasa senang atau sedih sekarang. Perasaannya sangat kacau. Itulah sebabnya mengapa ia menangis dalam diam seperti sekarang ini.
“Baby?” Jaehyun memilih mengusap lembut punggung Taeyong. Mencoba menenangkan kekasih cantiknya yang baru saja terbangun dari tidurnya.
Sejak pingsan tadi pagi, Taeyong belum juga sadar. Bahkan sekarang jam sudah menunjukkan angka 10 malam, pria cantik itu baru terbangun dari istirahat panjangnya. Jaehyun sempat khawatir dibuatnya, ia bahkan mendatangkan Winwin dan beberapa tabib untuk mengecek keadaan kekasihnya.
Mereka bilang, Taeyong baik-baik saja. Hanya tubuhnya berusaha menyesuaikan diri dengan hadirnya calon Jung junior didalam sana, sehingga tubuh Taeyong membutuhkan waktu istirahat yang cukup.
“Jaehyun...aku一apa yang terjadi?” Seingat Taeyong, ia sedang mengobrol dengan kekasihnya itu dan berakhir histeris dan lepas kendali. Selanjutnya ia tak mengingat apa-apa lagi.
“Kau pingsan, baby. Tapi tak masalah, Winwin bilang kondisimu sehat-sehat saja, mungkin karena kelelahan dan banyak pikiran saja,” terang Jaehyun, dengan senyum tipisnya.
Seperti itu rupanya..
Taeyong sedikit lega, ia pikir ada yang salah dengan tubuhnya.
“Apa yang kau rasakan, hm? Mual tidak?”
Pertanyaan Jaehyun barusan membuat Taeyong menoleh. “Darimana kau tau?” Kedua matanya memicing curiga. Sebab, ia belum memberitahukan Jaehyun, jika dirinya mual dan pusing sejak kemarin.
Senyum Jaehyun mengembang semakin lebar hingga kedua matanya menyipit. Lalu kedua tangannya memegang bagian depan perut serta belakang Taeyong.
Membuat Taeyong sedikit terlonjak akan perbuatannya yang mengagetkan itu. “Jaehyun, apa yang一”
“Disini....” Satu tangan besar nan hangat itu bergerak memutar lembut perut Taeyong. “Ada calon penerus Jung. Itu sebabnya kau merasa mual dan moodmu cepat berubah sayang,” jelas pria berdimple itu. Tampak sangat bahagia, dengan satu tangan masih mengelusi perut rata Taeyong.
Tubuh Taeyong menegang ditempat. Membawa kedua tangannya ikut memegang tangan kekar Jaehyun yang masih bertengger di perutnya.
Kedua bola matanya berkaca-kaca, pipinya semakin merah mendengarnya. “A-aku hamil?” gumamnya sangat lirih, dengan suara seraknya akibat menahan tangis.
Entah mengapa kedua mata Jaehyun juga ikut berkaca-kaca melihatnya. Ia tersenyum lebar lalu mengangguk penuh. Jaehyun menempelkan keningnya pada kening Taeyong, sama-sama saling bertatapan dengan tangan memegangi perut Taeyong bersamaan.
Rasa bahagia dan haru melingkupi keduanya. Taeyong sudah menangis bahagia mendengar kabar perihal kehamilannya yang sangat tak terprediksikan ini.
Ini adalah anugerah dari Tuhan. Hadiah yang paling indah yang Taeyong dapatkan selama ia hidup.
“Mulai sekarang, jangan memikirkan hal yang dapat membuatmu stress ya, baby. Jika ada, tolong berbagilah denganku. Aku ada disini untukmu. Kau tidak lagi sendiri, ada aku, dan juga baby Jung yang akan menemanimu sepanjang sisa hidupmu. Ada Ten dan yang lainnya juga yang selalu siap untuk membantumu jika kau butuh sesuatu. Jangan merasa takut sendiri ya,” pesan pria muda yang akan berstatus sebagai calon ayah itu.
Taeyong mengangguk kuat, ia menangis semakin deras walau tanpa isakan. Ia semakin dibuat tersentuh dengan ucapan Jaehyun. Pria itu begitu menyayanginya dan juga calon buah hati mereka.
“Apa kau sudah memberitahukan yang lainnya?” tanyanya penasaran.
Jaehyun menggeleng. “Belum. Aku menunggumu hingga sadar dulu, baby. Aku ingin, kau sendiri yang memberitahu semua orang mengenai berita membahagiakan ini,” jawabnya lembut.
Segera setelah Jaehyun menyelesaikan perkataannya, Taeyong menarik pundak lebar sang kekasih lalu memeluknya dengan erat. Membuat Jaehyun terpaksa menunduk sedikit supaya Taeyong dapat memeluknya dengan nyaman.
Badan mungil Taeyong terasa sedikit bergetar, mungkin sangking bahagianya. Jaehyun mengusap-usap lembut punggung kekasihnya sambil menggumamkan kata penenang untuknya.
“Besok kita beritahu yang lain saja ya? Kalau perlu, kita buat acara makan-makan untuk orang-orang terdekat kita,” usul Jaehyun.
Taeyong sedikit berpikir. Kandungannya mungkin masih berusia beberapa hari saja. Apa tak masalah jika ia mengumumkannya sekarang? Terlalu dini, menurutnya.
“Em...Jae? Bisakah kita mengumumkan pada yang lainnya jika sudah berusia sebulan saja?” pintanya. “Janinku mungkin baru berusia beberapa hari. Terlalu dini untuk mengumumkannya apalagi membuat pesta. Aku tidak ingin, kalau-kalau terjadi sesuatu kepadaku dan janin ini, nanti一”
“Hushhh. Jangan berbicara seperti itu, baby. Aku akan menjagamu dengan baik. Tapi mungkin kau ada benarnya juga. Terlalu dini. Lebih baik kita tunggu waktu yang pas saja. Juga melihat situasi yang baik dulu,” potong Jaehyun, yang diakhiri dengan senyum hangatnya.
Taeyong lega. Ia kira Jaehyun akan marah dan menolak usulannya ini. Setidaknya ia tidak ingin mengecewakan orangtua Jaehyun nantinya. Meskipun Jaehyun berjanji akan menjaganya sekuat tenaga, kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi esok hari bukan?
Dan lagi, soal mimpi itu. Taeyong harus memberitahukan Jaehyun juga. Pria itu harus mengetahuinya. Semua yang terjadi pada hidupnya, Jaehyun pantas untuk tau.
“Jaehyun, sebenarnya, aku tidak mengalami mimpi buruk tadi,” ucapnya, kembali membahas topik awal mereka.
“Benarkah? Lalu apa?”
“Aku mendengar sebuah suara dibawah alam sadarku. Aku berada ditempat yang sangat gelap. Aku putus asa karena takut tak bisa keluar dari tempat itu. Suara itu terus memberitahuku untuk segera pulang ke tempat asalku. Orang itu bilang, mereka membutuhkanku disana. Tapi aku takut, Jaehyun. Aku takut kembali kesana yang hanya akan membuatku teringat pada masa-masa mengerikan itu!” Taeyong menutupi wajahnya menggunakan kedua tangannya.
Tampak begitu tertekan dan putus asa. Jaehyun merengkuh tubuh Taeyong ke dalam pelukannya. Menenangkan Taeyong adalah hal utama yang ia lakukan.
Taeyong kembali menangis. Seakan permintaan orang itu menjadi beban yang sangat berat baginya. Jaehyun memakluminya, tak mudah bagi seseorang kembali ke tempat yang membuatnya trauma.
Seberat itukah yang selama ini Taeyong rasakan?
Kenapa ia tak pernah menyadarinya? Selama ini, melihat Taeyong tersenyum riang sudah cukup baginya. Tanpa tau bahwa kekasih cerianya itu menyimpan memori penuh luka dan trauma yang berat.
Jaehyun sedikit banyaknya dapat merasakan sakit yang dirasakan mate cantiknya itu.
“Itu mungkin sebuah tanda untukmu, baby. Apa kau ingin mengeceknya kesana?” tawar Jaehyun.
Taeyong berhenti menangis, menoleh menatap Jaehyun dengan terkejut. “Bagaimana kalau monster itu ada disana juga, Jaehyun?! Itu sama saja dengan bunuh diri! Aku kemari karena menghindari monster itu!” serunya panik.
“Lalu bagaimana sayang? Seseorang一yang bisa jadi berasal dari kerabatmu, yang mengirimimu pesan. Tidakkah kau ingin bertemu dengan mereka?” tanyanya. “Pasti mereka membutuhkan bantuanmu disana. Jika tidak, mana mungkin mereka sampai memintamu kembali kesana,” imbuhnya.
Taeyong diam. Ia berpikir keras. Apa yang diucapkan Jaehyun, itu juga yang ia pikirkan. Tapi haruskah? Ia sangat takut berhadapan dengan monster itu, apalagi kini ia tidak seorang diri lagi. Ada Jaehyun, dan juga calon buah hati mereka di dalam rahimnya.
“Tidak perlu takut. Ada aku yang akan menemanimu kesana. Aku juga akan membawa orang-orang terkuat kita ikut bersama dengan kita. Jangan khawatir, baby,” ucap Jaehyun, seraya mengusapi puncak kepala si cantik.
“Kau yakin, Jaehyun? Entah mengapa, aku merasa, ini bukan ide yang bagus.” Jujur, perasaan Taeyong menjadi tak pasti. Antara takut, dan juga khawatir. Khawatir pada keluarganya disana, dan takut pada suatu hal yang belum pasti.
“Ya. Kenapa tidak? Aku juga ingin bertemu dengan sanak saudaramu, sayang. Aku ingin memperkenalkan diriku sebagai matemu. Kapan lagi waktu yang pas untuk bertemu dengan mereka bukan.”
Jadi itu tujuan lain Jaehyun. Taeyong mendesah panjang. Semua ini membuatnya lelah sendiri. Disandarkannya kepala Taeyong pada pundak kiri Jaehyun.
“Ya sudah kalau begitu. Aku sangat lelah, Jaehyunie. Ingin istirahat,” keluhnya, sambil mengusak-usakkan wajahnya pada lengan kekar sang kekasih. Persis seperti seekor kucing.
Jaehyun tersenyum tipis. Gemas dengan tingkah manja kekasihnya yang sudah kembali seperti biasa.
“Kalau begitu, kita tidur lagi sekarang. Baby Jung pasti kelelahan juga,” candanya seraya menidurkan kepala Taeyong dengan hati-hati ke bantal. Menyelimuti tubuh mereka berdua dengan selimut sebelum kembali merajut mimpi yang sempat terputus.
Sebuah kecupan hangat tak lupa Jaehyun berikan pada kening si cantik. Memeluk tubuh ramping itu seolah-olah Taeyong dapat hilang kapan saja.
Diam-diam, pria berdimple itu masih tetap terjaga. Menatap wajah damai kekasihnya yang baru tertidur lelap.
‘Aku janji akan melindungi kalian berdua. Sekalipun nyawaku taruhannya. Aku tak ingin kau hidup dalam bayang-bayang ketakutan akan monster itu terus, sayang. Akan kumusnahkan siapapun yang membuatmu menderita seperti ini.’
TBC (´ε` )♡