〰
Pencet Bintangnya dulu ya mate (´ε｀ )♡
〰
|| My Mate ||
.
.
Jadi disinilah Jaehyun berada. Kembali ke Busan untuk mengurus masalah yang tidak ada habisnya. Tentu saja ia tidak sendirian. Kawanan packnya juga ikut, kecuali Lucas dan Taeil yang diperintahkan Jaehyun untuk berjaga-jaga di Seoul.
“Apa sudah ada info tentang orang itu?” tanya Jaehyun tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar ponselnya.
Yuta sejak kemarin malam sudah sibuk bersama anak buahnya. Yuta dan anak buahnya yang bertugas menyelidiki dan mencari tau keberadaan pelaku penyerangan kapan hari. Jangan tanya bagaimana caranya, koneksi mereka sangat luas dan peralatan yang canggih jaman sekarang semakin memudahkan pencarian mereka.
“Kita mendapatkan alamat tempat tinggal orang itu, Jae,” lapor Yuta. Jaehyun menganggukkan kepalanya sekilas. “Langsung saja kesana,” perintahnya yang langsung dilaksanakan oleh seluruh anak buahnya.
▪️▪️
“Ppsst! Kau kenal dia??” Ten menyenggol-nyenggol lengan Taeyong pelan. Ia penasaran, sejak kapan Taeyong yang cuek itu bisa punya teman diluar circle mereka.
Taeyong hanya diam tanpa berminat menjawab pertanyaan Ten padanya. Kedua matanya mencuri-curi pandang kearah Lucas yang duduk disayap kiri.
Merasa sedang dipelototi, pemuda tinggi itu akhirnya menoleh kebelakang. Benar saja, Taeyong kedapatan menatapnya dengan tatapan mata bertanya-tanya. Menyadari kebingungan Taeyong, Lucas hanya melambaikan tangannya kecil kepada Taeyong. Tak lupa sekalian dengan senyuman manisnya untuk calon Luna dalam Klannya itu.
“Buset deh. Dia peka juga ya. Sampai dadah-dadah gitu, Yong. Kalian dekat sekali memangnya?” bisik Ten lagi. Ia sudah sangat penasaran masalahnya.
“Diam dulu, Ten. Nanti aku ceritakan.” Taeyong memilih memfokuskan dirinya kembali kearah papan tulis.
‘Jadi, Lucas yang dikirim Jaehyun untuk menjaga dan mengawasiku?’ asumsi Taeyong pada akhirnya.
.
.
Seperti biasa, Mingyu dan kawanannya langsung menuju kelas Taeyong dan menunggu kelasnya selesai di depan pintu. Masa bodoh dengan banyaknya orang yang memperhatikan mereka kemudian berbisik-bisik membicarakan mereka; terutama dirinya. Yang penting Mingyu bisa bertemu dengan pujaan hatinya, tidak ada yang lebih berharga selain itu.
Selang 5 menit kemudian, kelas Taeyong dan Ten sudah selesai. Semua orang berhamburan keluar dari dalam sana. Namun Mingyu belum melihat sosok cantik itu keluar dari dalam.
“Lama sekali keluarnya, pasti ini gara-gara Ten,” keluh Yugyeom yang lelah menunggu.
Kedua mata Mingyu tak beralih sedikitpun dari pintu kelasnya Taeyong.
Baru saja Yugyeom hendak mengomel lagi, akhirnya yang ditunggu-tunggu keluar juga. Ten keluar lebih dulu diikuti dengan Taeyong dibelakang. Sontak Mingyu langsung bangkit berdiri untuk menghampiri si cantik seperti kebiasaannya.
“Taeyong...” panggilnya, dengan senyum manis terukir diwajahnya.
Mereka berdua, yang sedari tadi sedang berbincang dengan seorang pemuda tinggi dibelakang Taeyong, serentak menatap kearah Mingyu secara bersamaan.
Sekilas, Mingyu melirik kearah pemuda tinggi itu sebelum kembali menatap Taeyong. ‘Hm, apa itu tadi? Orang itu mengerang padaku?’ batin Mingyu begitu menyadari sikap pemuda tinggi itu.
“Siapa dia, Luna?” Taeyong sedikit tersentak kaget ketika tiba-tiba seseorang mengirimkan mindlink kepadanya. Ternyata itu Lucas orangnya.
Taeyong mendongakkan kepalanya menatap Lucas yang sedang menatap Mingyu dengan kedua alis sedikit ditekuk. Rahangnya mulai mengeras, Taeyong juga bisa mendengar geraman halus yang Lucas berikan kepada Mingyu.
“Dia Alpha klan Kim, klanku sebelumnya. Tapi aku masih ikut tergabung dalam klannya sampai Jaehyun menyuruhku untuk keluar, Lucas. Kita harus berpura-pura tidak mengenal satu sama lain agar mereka tidak curiga,” jelas Taeyong melalui mindlink mereka.
Mau tak mau, Lucas menahan diri untuk tidak membawa Taeyong pergi menjauh dari orang itu. Itu hanya akan membuat yang lainnya curiga akan hubungan mereka nantinya. Dan lagi, Lucas memang dikirim oleh Jaehyun untuk menjaga sekaligus mengawasi calon Luna cantiknya itu. Dengan mengirim Lucas kuliah dan menempati kelas yang sama dengan Taeyong, semakin memudahkan pemuda tinggi itu untuk berdekatan dengan Taeyong.
Pintar sekali bapak Jaehyun ini.
“Sudah selesai kan kelasnya?” tanya Mingyu dengan senyum manisnya kepada Taeyong.
“Taeyong!” Doyoung juga datang bersama dengan Lisa menghampiri Taeyong.
“Mumpung semuanya berkumpul, yuk, ke kantin dulu. Lapar nih aku,” ajak Ten kemudian. “Heleh, makan aja yang kau pikirkan. Tidak tinggi keatas tapi malah melebar ke samping tuh,” ledek Doyoung yang dihadiahi death glare oleh Ten. “Sudah, ayo ke kantin. Aku juga mau makan.” Akhirnya Taeyong menengahi mereka seperti biasa.
“YA AMPUN! ITU SIAPA YANG DIBELAKANGNYA TAEYONGIE?! GANTENG JUGA! TINGGI PULA!!” Lisa berteriak heboh menyadari seorang pemuda tinggi dibelakang Taeyong.
Dengan cepat Lucas mengubah ekspresi wajahnya kembali sumringah. Jika ia ingin lebih lama disana, ia harus berakting sebaik mungkin bukan?
“Salam kenal, aku Lucas Wong. Aku mahasiswa baru,” ucapnya memperkenalkan diri.
Entah kenapa, Mingyu merasa jika Lucas berada terlalu dekat dengan Taeyongnya. Ia bisa mengetahui Lucas ini seorang Alpha juga seperti dirinya.
Jangan bertambah lagi deh saingannya, do'a Mingyu penuh harap.
Mingyu dengan cepat menggandeng tangan Taeyong lalu menariknya agar lebih dekat dengannya.
“Eh? Mau dibawa kemana itu si Tayo, Kiming?!!” pekik Doyoung heboh. “Wah, wah, wah. Pelanggaran nih anak!! Main tarik anak orang aja tuh!” Lisa dan Doyoung buru-buru menyusul Taeyong dan Mingyu.
“Cas, ikut kita aja. Tidak apa-apa kan, Gyeom?” tanya Ten kepada Yugyeom. Yugyeom menengok menatap Lucas. ‘Kayak pernah lihat wajah anak ini. Tapi dimana ya?’ pikirnya.
“Gyeom! Ya elah kelamaan nih anak. Sudah Cas, yuk, ikut!” Tanpa pikir panjang lagi, Ten menarik tangan si bongsor itu untuk ikut dengannya. “Woi, ah! Tunggu aku juga kenapa!!” Tak ingin ditinggal, Yugyeom bergegas menyusul mereka semua.
....
“Oh! Jadi kau pindahan dari Hongkong, Cas?!” pekik Lisa heboh.
Mereka sedang berkumpul di kantin. Kalau bukan karena permintaan si cantik yang ingin makan, mungkin mereka memilih pulang ketimbang duduk di kantin. Untung saja agak sepi kantinnya jam segini.
Lucas yang sedang asyik makan dengan lahap, hanya menganggukkan kepalanya sambil menatap Lisa dengan kedua mata bulatnya.
Taeyong berdecak gemas melihat cara makan Lucas yang tak jauh berbeda dengan anak TK. “Pelan-pelan Cas, kau makan belepotan semua, ih.” Jiwa keibuan Taeyong keluar dengan sendirinya ketika melihat Lucas.
Dengan cekatan, ia mengambil tisu untuk mengelap bibir tebal Lucas yang belepotan.
“Aduhhhh,..mami acuuuu~ Perhatian sekali sih!” Lisa mencubit pipi Taeyong sangking gemasnya.
Sedangkan Mingyu dan Yugyeom saling melempar tatapan heran mereka.
“Kalian saling kenal?” tanya Yugyeom.
“Tidak,” jawab Taeyong dan Lucas secara serempak.
“Wehe~ kompakan nih yee jawabnya!” goda Lisa. Entahlah, Lisa merasa gemas sendiri melihat Taeyong dan si besar Lucas. Seperti melihat ibu dan anaknya saja.
“Tidak apa 'kan kalau kami membawa Lucas ikut bersama kami? Kasihan dia, seperti anak hilang kalau sendirian saja. Bahasa koreanya juga belum lancar sekali.” Ten meminta ijin terlebih dulu pada Mingyu.
Bagaimanapun juga, ia dan Taeyong masih bagian dari klannya Mingyu bukan?
Lalu Mingyu mengalihkan pandangannya, menatap kearah Taeyong dan Lucas secara bergantian. Walaupun memang dua orang itu sibuk dengan kegiatannya masing-masing, entah mengapa Mingyu tidak suka melihat kedekatan mereka yang tiba-tiba.
Lucas lebih memilih menyibukkan diri menyantap semua makanan yang dibelinya di kantin kampus. Enak juga sih, makanya Lucas membeli banyak karena ingin mencicipi satu per satu dari berbagai menu yang tersedia.
‘Salahkan saja Johnny hyung yang tiba-tiba menyuruhku berangkat ke kampus tanpa sarapan dulu,’ batin Lucas dalam hatinya. Ternyata ia kesal karena Johnny tidak membiarkannya sarapan lebih dulu.
“Ehem一jadi...bolehkah aku bertanya sesuatu kepadamu Lucas?” tanya Yugyeom pada Lucas.
Lucas balas menatap Yugyeom lalu menganggukkan kepalanya mengiyakan. Sedangkan mulutnya masih sibuk mengunyah. Persis, seperti orang belum makan setahun.
“Kau berada di klan mana?” Yugyeom langsung bertanya to the point.
Mereka semua lantas mengalihkan perhatiannya tertuju pada Lucas. Iya sih, mereka penasaran akan asal usul Lucas yang sebenarnya.
“Klanmu dari China sana??” Doyoung juga ikut bertanya.
“Hehe, iya. Aku masuk di salah satu Klan disana. Aku pindah kesini karena suatu hal, jadi yahh...mungkin tak akan lama disini,” jelas Lucas.
Doyoung dan lainnya一minus Mingyu, menganggukkan kepalanya mengerti. “Hati-hati, akhir-akhir ini banyak kejahatan yang sedang terjadi. Kau hanya sendirian disini, lebih baik kau mencari orang untuk menemanimu,” pesan Mingyu pada Lucas.
‘Jadi, dia ini yang membuat Jaehyun hyung was-was,’ tebak Lucas.
Pemuda tinggi itu lantas tersenyum lebar menunjukkan deretan gigi putihnya. “Sudah kok,” jawabnya yakin.
“Heh, dengan saudaramu ya?” tanya Lisa penasaran. Apa lagi kalau ada cogan atau cecan, Lisa maju paling depan untuk mendekati mereka.
“Nih, Taeyong hyung.” Tanpa malu Lucas merangkul lengan Taeyong yang ada di sebelahnya sambil menyengir lebar.
“HEEEHHH!!!/ Uwahhh~” seru Mingyu, Yugyeom dan Lisa bersamaan.
‘Gawat, nih anak ngegas juga ternyata,’ batin Yugyeom takjub.
‘Sialan! Aku harus jauhkan Taeyong dari dia,’ sedangkan Mingyu dibuat semakin siaga gara-gara sikap blak-blakan Lucas.
‘Omo, omo, omo!!!! Pertanda apakah ini??? Apa akhirnya Taeyongie mendapatkan jodoh?!’ pikir Lisa heboh.
Tsk!
“Ada apa, Jaehyun?" Johnny menatap bingung Jaehyun yang baru saja menggertakkan giginya cukup keras. Bahkan wajahnya yang tadinya terlihat datar dan bosan tiba-tiba mengeras dan terlihat marah.
Kedua tangan Jaehyun mengepal kuat saat instingnya merasakan sesuatu mencoba mendekati matenya diseberang sana.
Sebagai sepasang mate, Jaehyun dapat merasakan 'aura' Taeyong meskipun dari jarak jauh sekalipun. Terlebih lagi, Jaehyun memang memiliki kekuataan lebih yang semakin membantunya melacak 'aura' milik kekasihnya.
Seperti sekarang ini, Jaehyun merasa bila ada orang yang sepertinya Alpha, sedang berdekatan dengan kekasihnya. Tubuh, hati serta pikiran Jaehyun dan Taeyong seperti terkoneksi satu sama lain. Oleh karena itu, jika salah satu diantara mereka berdekatan dengan orang lain pasti mereka bisa merasakannya.
Apalagi kalau pasangannya sedang berada dalam bahaya. Jantung mereka terasa seperti tertusuk dan terasa menyakitkan. Jaehyun menggelengkan kepalanya pelan, ia berusaha mengontrol dirinya untuk tidak kembali ke Seoul saat ini juga.
“Cepat kita temui orang itu lalu kita introgasi dia berbicara yang sejujurnya.” Jaehyun mendesis pelan, “Kalau perlu kita bereskan semua masalahnya hingga ke akar-akarnya sekalian, supaya tidak bolak-balik kesini lagi untuk kesekian kalinya,” titahnya, yang tentunya segera dilaksanakan oleh para anak buahnya.
.
.
.
.
.
TBC