"PD!"

"Kenyataan sayang, minggu depan kitakan mau lamaran." Abi menjebaknya sehingga ia bersedia menerima lamaran dari pria brengsek ini.

Aurel memutar matanya malas. Lebih baik ia menghubungi kedua orangtuanya agar kesini. Namun ia lupa membawa ponsel. Muka Aurel pucat. Bagaimana ia harus menghubungi kedua orangtuanya.

"Kamu bawa hp?" Tanya Aurel pada Abi.

"Bawa dong." Abi menunjuk saku di dalam jasnya.

Aurel yang panik langsung meraba saku jas Abi mencari ponsel pria tersebut. Abi menahan napas, ia terkejut karena Aurel menyentuhnya. Kepalanya pening seketika. Astaga Abi padahal Aurel hanya ingin mengambil ponsel tapi tubuhnya sudah panas dingin.

Ketika berhasil menemukan benda yang dicari. Aurel langsung menghubungi orangtuanya. Untung Abi menyimpan nomer ibunya. Walau nama kontaknya membuat Aurel sedikit kesal. Karena Abi menamai nama kontak Afiqah dengan mama mertua tersayang.

"Assalamualaikum, ma. Ini Aurel pake hp Abi. Mbak Zara mau lahiran mama cepet ke rumah sakit. Sekalian bawa perlengkapannya mbak Zara, Hp aku juga sekalian ya ma." Setelah mendapat jawaban dari sang mama Aurel mencoba menghubungi Arga. Ia berharap sang kakak dapat dihubungi. Jika tidak Aurel akan membenci Arga. Bagaimana kakaknya itu tidak khawatir sedikitpun dengan kelahiran anaknya? Di dalam sana Zara berjuang sendiri, sedangkan suaminya tak ada disana hanya untuk menemani.

Aurel menggigit bibir, disaat nomer Arga tidak bisa dihubungi. Dulu ia akan maklum jika Arga jarang memberi kabar, tapi sekarang. Rasanya ia ingin membunuh kakak laki-lakinya itu. Tega sekali Arga dengan istrinya! Aurel kesal setengah mati. Ia benci Arga, karena telah membuat Zara menderita.

****

Zara membuka mata tubuhnya terasa remuk setelah melahirkan tiga bayi. Bahkan disaat ia selesai melahirkan bayi ke dua, ia hampir pingsan. Kalau tidak mengingat masih ada satu anaknya yang belum keluar. Anaknya hampir mati di dalam rahimnya. Untung Zara masih bisa melahirkan anak terakhirnya dengan selamat. Zara bersyukur bisa melewati semua ini dengan lancar. Tuhan masih baik padanya.

"Ma.." panggil Zara ke arah Afiqah yang duduk didekatnya.

"Kamu sudah sadar sayang? Ada yang sakit? Mau mama panggilkan dokter?" Zara menggeleng lemah. Ia baik-baik saja. Ia hanya ingin melihat ketiga anaknya.

"Anak-anakku ma."

"Mereka tertidur."

"Laki-laki atau perempuan ma?" Tanya Zara. Tubuhnya terlalu sakit, membuatnya tak memahami apa yang dokter katakan tentang anaknya tadi saat melahirkan.

"Laki-laki semua." Zara memandang Afiqah takjub.

"Mas Arga sudah menelpon ma?" Afiqah menatap Zara sedih. Sudah dari tadi siang hingga menjelang Maghrib Arga tidak bisa dihubungi.

"Sudah tadi ketika kamu tidur. Arga tidak mau menggangu istirahatmu." Afiqah tidak ingin menantunya sedih karena tahu Arga tidak ada kabar. Lagipula Arga juga tidak tahu tentang kelahiran istrinya yang mendadak. Terlebih akses untuk komunikasi sangat sulit.

Arsena juga mengatakan kalau di perbatasan Papua lagi ramai pemberontak. Berita juga sering mengabarkan aksi tentara dan polisi gabungan dalam menyergap kriminal-kriminal tersebut. Pasti Arga sedang sibuk dan tidak bisa diganggu. Jadi Afiqah memaklumi keadaan. Inilah resiko memiliki suami seorang tentara.

Zara sedih namun ia mencoba untuk memahami. Arga pasti banyak amanah disana. Ia tidak boleh egois. Yang terpenting ketiga anaknya lahir dengan selamat dan sehat. Itu sudah membuatnya senang.

"Berarti mas Arga usah ngadzanin si kecilkan ma?"

"Sudah." Afiqah merasa bersalah, karena bukan Arga yang mengumandangkan Adzan melainkan Arsena. Suaminya begitu antusias melihat kehadiran ketiga cucu pertamanya.

"Kalau nama untuk mereka?" Tanya Zara penasaran. Ia ingin tahu nama yang Arga siapkan untuk anak-anak mereka.

"Belum katanya masih dipikirkan."

Tubuh Zara lemas seketika. Kemudian ia mencoba berpikir positif. Arga mungkin ingin memberi ketiga anaknya nama sambil berbicara dengannya. Karena tadi ia tertidur sehingga mereka tidak bisa saling bersapa. Zara jadi tidak sabar berbicara dengan Arga. Ia sangat merindukan suaminya.

"Kamu mau kasih nama?"

"Biar mas Arga saja ma." Alasan Zara menyerahkan tugas memberi nama ke Arga. Agar pria itu merasa memiliki sebuah tanggung jawab. Jadi Arga akan berusaha menghubunginya untuk memenuhi tanggung jawabnya. 

"Ma aku mau lihat mereka boleh?"

"Tentu saja boleh sayang. Biar mama yang bawa ke ranjang kamu."

****

Gimana bab ini?

Semoga suka ♥️

Where is Arga?

Ada yang mau di sampaikan ke Arga?

Ada yang mau disampaikan ke Zara?

SPAM NEXT DISINI BIAR CEPET UPDATEEEE

Semakin dikit semakin lama wkwkwk 😝

Info spoiler Instagram @gullastory

Buat kalian yang baca cerita ini bisa tag aku di insta story' @wgulla_

FOLLOW INSTAGRAM KARAKTER CERITA AKU (Role Play)

@arganta.anggara | Arga
@zarashlla_ |Zara
@tiarafebriani53 | Tiara

@diirawan05 | Dirga

@ilham.juangp_ | Ilham

@aiin.prmthaaa | Iin

INSTAGRAM AUTHOR
wgulla_

ARGANTA - Embracing The sun (REMAKE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang