Bab 52

107K 13.6K 2.5K
                                    

Jangan lupa follow, vote and Coment 💜

Love dulu buat part ini ♥️♥️

Selamat membaca kesayanganku 💜😉

Follow wattpad aku dulu dong biar makin sayang 🤗

Menjelang akhir-akhir dari cerita.

****

Kehamilan Zara sudah memasuki 9 bulan. Orang-orang dirumah lebih siaga dan memperhatikan Zara secara lebih. Aurel dan Afiqah membantu mempersiapkan barang-barang untuk berjaga-jaga. Zara sedih karena Arga menghilang. Bayangkan saja dalam waktu 8 bulan hanya menghubunginya sekali. Suaminya itu bagai ditelan bumi. Zara berharap Arga baik-baik saja disana dan tidak tergoda dengan Laras.

Kandungan Zara semakin kuat hingga bisa membuat bayinya bertahan 9 bulan di kandungan. Padahal dulu mereka takut jika Zara akan melahirkan secara prematur. Untungnya Zara pandai menjaga pola makan dan pola pikirnya.

Zara sedang duduk di sofa, tiba-tiba perutnya sakit. Muka Zara pucat, ia terkejut melihat cairan dikakinya. Sepertinya air ketubannya sudah pecah, apakah ia akan lahiran? "Aurel..." Teriak Zara ketakutan dengan suara bergetar.

"Ada apa mbak?" Aurel berlari menuju ruang tamu bersama Abi. Awalnya ia akan mengantar Abi ke depan. Namun mendengar suara ketakutan Zara membuat Aurel takut. Apalagi tidak ada orang di rumah, tadi Afiqah menjemput Arsha sedangkan Arsena bekerja.

"Sepertinya aku, aku mau lahiran. Sakit... Argh... sakit." Wajah Zara pucat menahan bagian perutnya yang sakit.

Aurel panik, ia tidak menyangka jika Zara akan melahirkan hari ini. Jauh dari prediksi dokter yang mengatakan kemungkinan masih 7 hari lagi. Begitu juga Abi yang tidak punya pengalaman menghadapi wanita hamil, ia bingung takut melakukan kesalahan.

"Bi ayo bantu bawa mbak Zara ke rumah sakit." Tegur Aurel ketika Abi malah bengong.

"Eh iya." Balas Abi linglung.

Aurel dan Abi membawa Zara ke mobil. Abi menyetir mobil sedangkan Aurel menemani Zara di belakang. Ia menjadi tumpuan dari rasa sakit Zara. "Bi, bawa mobil hati-hati." Aurel mengingatkan agar Abi tidak ugal-ugalan.

"Oke."

Aurel terpana dengan ketangguhan Zara karena bisa menghadapi ini tanpa di dampingi Arga. Ia tidak bisa membayangkan jika dirinya yang berada di posisi Zara. Pasti bukan hanya sakit di fisik tapi batin. Arga beruntung memiliki Zara.

"Mbak yang kuat ya. Sebentar lagi kita sampai." Ujar Aurel menenangkan Zara yang terus menahan rasa sakit. Apa sesakit itu rasanya? Aurel ikut menangis. 

Tiba di rumah sakit Zara langsung di bawa ke ruang bersalin. Sedangkan Abi mengurus Administrasi. "Mbak Zara, mau aku temani?" Aurel menawarkan diri. Ia tidak tega membayangkan Zara berjuang di dalam sendirian. Tak apa jika ia yang menggantikan posisi Arga.

"Tidak. Mbak bisa sendiri. Lagipula ada dokter." Jawab Zara sedih, ia hanya ingin ditemani Arga bukan Aurel.

Mendengar itu membuat Aurel semakin sedih. Bayangkan saja seorang perempuan muda melahirkan tiga anak tanpa ada suami yang mendampinginya. Melahirkan anak satu saja sakitnya minta ampun bagaimana dengan tiga ditambah tidak ada suami yang menemani.

"Kalau aku melahirkan nanti, aku harap suamiku ada disisi ku." Aurel bergumam ketika keluar dari ruangan.

"Kamu tenang saja, aku akan selalu menemanimu sampai anak-anak kita lahir. Aku tidak akan menjadi seperti kakakmu." Aurel mendelik menatap Abi. Percaya diri sekali orang ini. Padahal ia berbicara pada dirinya sendiri bukan dengan Abi.

ARGANTA - Embracing The sun (REMAKE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang