Bab 20

159K 19.5K 1.6K
                                    

Jangan lupa vote and Coment 💜

Love dulu buat part ini ♥️

***

Zara sadar jika ia adalah tipe orang yang tidak bisa menahan emosi. Bahkan teman-temannya tahu, ia tidak suka memendam apa yang ia rasakan. Sejak ibunya meninggal, ia menjadi anak yang suka pemarah, bahkan tak segan memukul orang asing yang mendekat kepadanya.

Disaat ayahnya menikah lagi, ia tak segan-segan mengatakan ketidaksukaannya pada wanita itu. Karena baginya diam itu tidak pernah menyelesaikan masalah. Ia tidak ingin terlihat sok kuat padahal ia rapuh. Baginya tidak ada hati yang akan baik-baik saja saat di patahkan. Itulah kenapa Zara menjadi orang yang bar-bar. Ia ingin menunjukkan pada orang-orang jika terluka itu menyakitkan.

Menyerang Arga termasuk bagian dari rasa sakitnya. Itulah kenapa ia tidak ragu melakukan itu. Ia ingin menunjukkan pada Arga betapa kecewanya dipermainkan.

Sungguh ia tidak menyesal melakukan hal seperti tadi! Tapi ia malu setengah mati. Bahkan ia sudah tidak berani menunjukkan wajahnya. Untungnya Arga tadi langsung memberikan penjelasan pada orang-orang disana dan juga meminta maaf atas keributan yang telah ia buat.

Sedangkan Zara berdiri di belakang Arga dengan syok. Ia menunduk tak berani melihat Arga.

"Kenapa kamu dari tadi diam saja, Zara?" Pertanyaan Arga membuat Zara mengeram kesal. Pria itu tidak peka sama sekali. Sudah tahu ia malu masih saja ditanya.

Mereka saat ini sedang berada di alun-alun keraton. Mereka duduk di lapangan, sedangkan Aurel dan Arshaka naik delman. Ia berusaha untuk tidak canggung, walau ia malu setengah mati apalagi berhadapan dengan saudara Arga yang sudah di tuduhnya macam-macam. Bisa-bisa ia tidak tidak tidur satu minggu. Gara-gara hal ini.

"Kamu masih memikirkan hal yang tadi?"

"Insiden penyerangan tadi? Saya sudah maafkan kok. Saya tahu kamu pasti cemburu, apalagi saya menghilang tanpa bisa memberikan kepastian yang jelas."

"Apa kamu akan meninggalkanku?" Zara memberanikan diri mengatakan itu. Ia sadar diri pasti Arga jijik melihat tingkahnya yang seperti orang gila tadi. Arga pasti akan berpikir jika ia tidak normal.

"Kenapa aku harus meninggalkanmu?" Zara mengeram marah, kenapa sih pria ini masih bertanya. Mana bisa saja menjelaskan masalah memalukan tadi. Mau di taruh dimana mukanya menceritakan aibnya tadi.

"Ya karena aku menyerang Kapten. Kapten pasti jijik menyukai wanita bar-bar sepertiku. Aku tidak anggun, aku tidak lembut seperti wanita umumnya."

"Kamu cantik."

Jawaban itu membuat Zara mendongak. Ia menatap Arga tak mengerti. Apa maksudnya?

"Ketika aku kecil pernah ada anak perempuan yang melempar ku payung atau mengigit tanganku dengan brutal hingga menimbulkan bekas. Tapi sampai sekarang aku masih menyukainya."

"Siapa yang Kapten bicarakan?" Zara menatap Arga tak mengerti apa hubungannya kejadian tadi. Namun ia merasa familiar dengan cerita yang Arga ceritakan.

"Kamu anak perempuan yang selalu di taman bersama saya, bukan?"

"Anak kecil yang tak sengaja saya pergoki sedang menangis. Lalu memberikan saya payung dengan cara dilempar, suka mengigit saya ketika saya melihat gambar kamu. Kamu juga pernah mengatai saya jelek." Zara meringis mendengar itu, ia malu sekali. Ternyata tebakannya dulu jika Arga adalah laki-laki itu benar. Ia jadi tambah tidak punya muka. Apalagi kelakuannya yang tidak pernah normal kepada Arga. Ia jadi teringat peristiwa dimana ia mencium Arga dan mengaku sebagai tunangan. Kenapa dari dulu hingga sekarang ia selalu bersikap gila di depan Arga? Zara benar-benar malu dengan dirinya sendiri.

ARGANTA - Embracing The sun (REMAKE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang