Bab 3

210K 23.6K 772
                                    

[Jangan lupa untuk vote and Coment 💜]

Kasih emot dong buat part ini

Kangen Authorkan?

***

Zara terdiam menunggu Arga yang sedang berada di rumah kepala desa, pria itu menyuruhnya untuk diam di dalam mobil. Karena takut jika ia ikut akan membuat masalah di dalam. Seperti mengaku tunangan pria itu. Padahal mana mungkin ia akan melakukan itu di hadapan kepala desa. Bisa mati kutu karena malu. Kalau kemarin waktu di hutan beda acara. Ia terpaksa melakukannya agar tidak dibawa oleh dua tentara kejam itu.

"Kenapa lama sekali?" protes Zara ketika Arga duduk di sampingnya.

Pria itu menjalankan mobil tanpa mau berbicara dengan Zara. Menganggap seakan-akan tidak ada dirinya. Zara mendengus sebal, Arga mendiamkannya sejak pria itu bangun. Apa gara-gara kejadian semalam? Lagipula ini bukan salahnya kalau ia tertidur di dalam pelukan pria itu. Salahkan Arga yang tidak mau melepaskan pelukannya. Bahkan hampir meremukkan tubuhnya.

"Bapak kenapa sih diem terus?"

Hening tak ada jawaban selain desiran angin dan kicauan burung. Zara mendengus kemudian menatap Arga yang tengah menyetir. Ia terpesona dengan cara pria itu menyetir mobil JIP. Zara memukul kepalanya sendiri agar tidak terpengaruh dengan ketampanan pria dia sampingnya ini.

"Pak.... Bapak masih marah sama aku, gara-gara pelukan kita tadi malam." Lagi-lagi Zara diabaikan.

"Pak!!"

"Tadi malam kan tidak sengaja. Lagian aku itu cuma mau membangunkan bapak dari mimpi buruk bapak tapi bapak malah memeluk aku." Zara terus mencari pembelaan, ia juga tidak sepenuhnya bersalah. Seharusnya ia yang marah karena pria itu telah memeluknya sembarangan tapi kenapa malah terbalik Arga seakan-akan menjadi korban.

"Yasudah kalau itu tidak penting buat dibahas." Zara menyerah untuk mengajak Arga berbicara, ia sudah tidak peduli jika orang ini menyimpan dendam kesumat padanya.

"Sudah sampai." Perkataan Arga membuat Zara tersentak, ia kemudian menatap sekeliling ternyata benar mereka telah sampai di poskonya, sepertinya jaraknya dekat. Haruskah secepat itu mereka berpisah. Zara tiba-tiba menjadi sedih memikirkan hal itu. Mungkin efek kebersamaan mereka kemarin. Apalagi banyak kejadian yang masih membuat Zara penasaran, seperti luka dan igauan Arga. Apakah pria itu pernah mengalami peristiwa yang buruk di masalalunya?

"Sebelum saya pergi, tolong tunjukkan kartu identitas kamu terlebih dahulu. Saya tidak ingin ada kesalahpahaman lagi." ucap Arga dengan dingin. Hal itu membuat Zara kesal karena pria itu tak menanggapi ucapannya tadi. Sekarang malah seenak udelnya menyuruhnya. Emang begitu menjijikkan apa pelukan dengan dirinya hingga pria itu tidak mau membalas perkataannya.

"Oke.."

"Bapak tunggu disini atau ikut turun," tak mendapatkan jawaban, Zara memilih turun dari pada di-kacangin lagi terus-menerus.

"Itu orang kayak patung aja. Punya mulut tapi nggak dipake. Untung ganteng coba kalau enggak!" Gerutu Zara sebal.

"Zarraaa..."

"Astaga.. Gua terkejut... Untunglah kamu masih hidup.." Beni berlari ingin memeluk Zara. Semalaman mereka mencari gadis itu tapi tidak ketemu bahkan mereka pikir Zara hilang di tengah hutan di makan hewan buas. Untunglah sekarang gadis itu berdiri dengan selamat di hadapannya. Kalau tidak bisa di gorok sama ayahnya Zara yang super galak itu.

ARGANTA - Embracing The sun (REMAKE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang