"Satu kali lagi Bim."

"Mbak perasaan dari tadi gayanya itu-itu aja deh."

"Masalah buat kamu." Bima hanya bisa mendesah, mana mungkin ia bisa melawan bumil. Bisa mati dia.

Bima berusaha mengambil foto sebagus mungkin. Walau ia merasa semua gaya yang Zara gunakan sama. Buang-buang waktu dan tenaga saja. Hasil jepretannya bisa mencapai 100 foto, Bima takjub. Keberuntungannya ketika melihat tulisan memori tidak mencukupi untuk mengambil foto berikutnya. Pantas saja ponsel milik cewek gampang penuhnya. Belum lagi foto dan video cogan-cogan mereka.

"Mbak ini di ciloknya gimana?" Yudistira bingung apa yang harus ia lakukan karena Zara sedang sibuk berfoto.

"Kamu pegang dulu."

"Mbak ini memorinya penuh." Bima bangkit dari pose terbaringnya.

"Masa udah penuh." Zara cemberut.

"Ya nggak tau mbak kenapa bisa."

"Yaudah sini ciloknya mbak laper." Yudistira bahagia mendengar itu. Tugasnya sudah selesai.

Kemudian Arjuna, Nakula, dan Sadewa tiba. Mereka menyerahkan apa yang ibu hamil minta tadi. Mereka duduk selonjor di bawah tanah menatap Zara yang nampak asik makan di kursi. Mengenaskan sekali mereka, hanya disuruh lihat tanpa dibagi makanan.

"Kalian mau?"

"Mbak yakin nawarin kita?"

"Nggak lah cuma basa-basi aja. Kalian kan udah gede bisa beli sendiri." Pandawa mendesah kecewa.

"Mbak dimana-mana itu yang ada Tante jajanin keponakan bukan sebaliknya." Protes Bima.

"Mau mbak laporin mas Arga biar di gantung terbalik di pohon?"

Skak mat! Ancaman Zara membuat Pandawa diam. Sabar tinggal 3 bulan lagi penderitaan mereka berakhir. Karena saat itu Zara akan melahirkan. Mereka tidak akan memilki beban mengurus ibu hamil lagi.

***

Arga berlari mengelilingi desa. Ia suka joging setiap pagi dan sore. Paling tidak dengan melakukan banyak kegiatan kecil. Pikirannya tentang Zara akan teralihkan. Setiap mengingat Zara dan calon ke tiga anaknya membuat Arga sesak. Ia merasa seperti bajingan yang meninggalkan perempuan hamil tanpa tanggungjawab..

Keringat sudah membasahi tubuh Arga. Kakinya juga sudah pegal. Arga memutuskan untuk beristirahat sejenak di bawah pohon. Ia merenggangkan anggota tubuhnya. Ia akan kembali ke posnya setelah ini. Ia butuh mandi untuk membersihkan badannya yang berkeringat.

"Buat kamu." Arga terkejut ketika seseorang tiba-tiba menjulurkan sebuah botol minum.

"Tidak terimakasih." Arga tidak ingin menerima pemberian Laras. Ia takut Laras merasa di beri harapan.

Arga baru menyadari jika ada kehadiran Laras. Karena ia merasa tidak ada satupun yang mengikutinya. Atau mungkin Laras sudah hapal dengan kegiatan sorenya hingga bisa kesini. Besok ia harus mencari jalan lain agar tidak bertemu dengan Laras. Ia sudah berjanji kepada Zara untuk tidak berdekatan dengan Laras.

"Tapi kamu haus bukan?" Laras tetap memaksa.

"Saya tidak haus." Kesal karena penolakan Arga, ia memutuskan untuk duduk di hadapan Arga. Ia tidak akan menyerah.

"Kenapa sih ga? kamu nggak pernah kasih aku kesempatan sedikitpun buat aku ngerasain cinta kamu!!" Laras merasa Arga tidak adil. Ia juga ingin dicintai pria itu.

ARGANTA - Embracing The sun (REMAKE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang