"Susah ngomong sama orang bego."

"Nakula Sadewa diem! Kalian bikin Mbak Zara takut tahu."

"Maaf ya mbak mereka memang nggak ada akhlaq. Maklum baru keluar dari RSJ." Yudhistira tersenyum minta maaf. Nakula dan Sadewa otomatis melototi Yudistira, mereka tidak terima di bilang bekas pasien.

"Lu tuh yang baru keluar dari RSJ. Pasti Kak Yudish lupa ingatan."

"Bener yang di inget cuma cewek cantik aja." Yudhistira terdiam, ia merasa rahasianya tidak lagi aman. Kemarin ia kepergok nganterin pulang dari sama anak SMP. Bisa bahaya kalau Arga tahu, ia bisa diintrogasi. Awalnya pertemuan Yudistira dan gadis itu karena hanya sebatas ingin menolongnya.

"Mbak mau aku kupasin buah pisang nggak?"

"Mbak mau aku pisahin biji semangka nggak?"

Zara mulai pusing dengan perhatian keponakan Arga. Mereka semua mengerubungi Zara.

"Kalian nggak pada pulang ini udah mau jam delapan malam?" Tanya Arga. Mencari cara untuk mengusir bocah-bocah laknat ini.

"Nanti mas." Jawab Arjuna.

Arga hanya menghela napas panjang. Keponakannya ini susah diatur. Ia jadi kasihan dengan Pangeran yang memiliki banyak anak laki-laki semua lagi. Pasti bikin kepala setres.

"Keponakan kamu banyak juga ya."

"Itu baru setengah."

"Masih ada lagi?" Zara menatap Arga takjub.

"Anaknya mbak Putri. Keluarganya tinggal di Surabaya. Paling nanti pas liburan baru ke Solo. Mbak Putri waktu itu sakit jadi kemarin nggak ke Solo pas nikahan."

"Jadi pengen kenal sama saudara mas pasti seru."

"Mbak Zara kok mau sih nikah sama Om Arga nggak takut nanti ditinggal mati karena tugas?" Suara Bima membuat ruangan hening sejenak. Semua mata memandangnya. Semua laki-laki disana cemas takut ucapan itu membuat Zara sedih.

"Aku salah ngomong ya?"

"Bukannya fakta ya om Arga suka jaga perbatasan konflik."

"Bima mungkin mbak takut ditinggal mas Arga. Tapi itu resiko yang harus mbak tanggung karena menikah dengan Tentara. Mas Arga itu bukan cuma punya mbak tapi juga punya negara. Mbak harus mendukung pekerjaan suami mbak. Kalaupun Mas Arga gugur saat bertugas. Mbak dan anak mbak pasti bangga punya ayah seorang pahlawan." Jawab Zara dengan bijak.

"Mbak nggak usah khawatir misal nanti mas Arga mati karena tertembak kami Pandawa lima siap menggantikan posisi mas Arga." Ucap Bima bijak.

"Monyet!" Sadewa melempar pisang ke arah Bima kesal dengan perkataannya.

"Maksud lu apa setan mau jadi suaminya mbak Zara bawa-bawa kita lagi."

"Bim lu kayaknya sakit."

"Konyol!"

"Nggak jelas."

"Pantes dari tadi diem jangan-jangan lu cari cara biar bisa jadi suaminya mbak Zara."

"Mati lu dibunuh om Arga mampus!"

"Bukan gitu maksud gua."

"Trus apa setan? Lu sendiri yang bilang mau gantiin posisi om Arga."

"Lu pikir mbak Zara Dropadi yang punya suami lima. Siap-siap aja lu di gantung sama Om Arga. Gua nggak ikut-ikutan."

"Mending kalian pulang sebelum saya gantung terbalik di pohon bringin di belakang rumah sakit." Ucap Arga dengan nada dingin membuat kelima Pandawa tersebut menggigil ketakutan.

ARGANTA - Embracing The sun (REMAKE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang