(Not) Mistake Bag. 3

Start from the beginning
                                    

Jungkook tersenyum tipis, ia melirik Jihyo lalu mengelus perut besar istrinya itu. "Kita belum berbelanja perlengkapan baby, mau belanja sekarang?"

"Pekerjaanmu? Nanti saja saat waktumu kosong."

"Aku tidak punya waktu kosong, jika tidak aku sendiri yang membolos."

Jihyo kemudian tersenyum menoleh menatap Jungkook, "beli ice cream yang baru di buka di mall itu ya?" Dengan mata binarnya memegang lengan suaminya.

Jungkook tersenyum mengangguk melirik Jihyo lagi, "tentu."

Jihyo langsung bersorak gembira. Seperti anak kecil memang, tapi itulah Jihyo. Hampir delapan bulan lebih hidup bersama Jihyo, Jungkook sekarang mulai terbiasa dengan sikap kekanakan Jihyo ini. Awalnya tahu sikap Jihyo seperti anak kecil membuatnya selalu aneh memandang Jihyo. Terkadang wanita itu suka mengancam seperti anak kecil, bermanja dengan ibunya di depan matanya sendiri tanpa rasa malu, bertingkah seperti anak kecil dengannya, tapi itu semua mulai terbiasa baginya dan menjadi nyaman. Ia mengambil jemari Jihyo dan menyatukan pada jemarinya menjadi genggaman hangat dan tentunya dibalas Jihyo.

Keduanya pun tak tahu apa artinya hubungan mereka ini. Layaknya seperti sepasang suami istri saling mencintai, tapi keduanya pun belum satu pun mengungkap perasaan masing-masing. Jungkook juga tak segan-segan meminta jatah suami pada Jihyo dan Jihyo pun menerimanya. Mereka juga kadang bersikap manis tanpa sadar, seperti perhatian Jungkook pada Jihyo dan kemanjaan Jihyo dengan Jungkook, bahkan terkadang mereka melakukannya di depan keluarga mereka tanpa rasa malu. Menjadi menyakini keluarga keduanya, hubungan mereka baik-baik saja. Padahal saat ini kata cinta pun belum terlontar sama sekali di keduanya.

***

Jihyo bingung melihat ayah dan ibunya berdua menonton TV bersama, pasalnya dimana Jungkook sekarang? Belum terlihat sama sekali di malam hari ini, padahalkan sudah pulang kerja. Yah... memang mereka belum kembali pulang, itu juga permintaan Jihyo masih merindukan rumah kecilnya ini.

Tungkai Jihyo mengarah ke halaman belakang. Ia pun akhirnya mendapatkan Jungkook sedang bermain catur bersama Kamal. Terlalu asyiknya sampai tak sadar Jihyo mulai mendekat dengan jalan gontainya, tubuhnya yang semakin memberat membuatnya susah berjalan saja. Ia kemudian mendaratkan bokongnya di sebelah suaminya.

"Perlu aku membuatkan kopi?" tawar Jihyo memandangi permainan catur keduanya.

"Tidak perlu," Jungkook merangkul pundak Jihyo lalu mengusap lengan itu lembut.

Kamal hanya melirik sebentar lalu kembali menatap catur. "Noona, buatkan aku susu saja."

"Untukmu tidak berlaku, aku hanya menawarkan suamiku saja blee..." Jihyo menjulurkan lidahnya pada Kamal. Jungkook malah tersenyum menahan tawanya.

Kamal mendengus kesal, "lebih baik noona masuk saja, di sini banyak nyamuk. Nanti darah noona dihisap habis lalu noona bisa kurus, jelek sekali," sindirnya diakhir untuk tubuh Jihyo yang berkali lipat lebih besar.

"Aku tidak peduli, yang terpenting aku sudah menikah. Untuk apa cantik lagi," balas Jihyo terlalu percaya diri.

"Hati-hati jika kakak ipar melihat wanita lain yang lebih cantik dari noona."

Kemudian Jihyo langsung menatap Jungkook tajam, mengancam dari matanya, seperti awas saja jika Jungkook benar melakukannya pada dirinya.

"Jangan dengarkan Kamal, percaya saja aku tak akan pergi," jawaban Jungkook serta elusan di rambut Jihyo berhasil membuat wanita hamil itu tersipu mendengarnya.

Kamal sendiri tiba-tiba merasa menjadi nyamuk seketika. "Ayo kakak ipar, giliranmu."

Jungkook kembali fokus pada permainan caturnya, Jihyo sudah membaringkan kepalanya pada bahu Jungkook. Pasangan ini membuat Kamal mendengus jadinya, kenapa bisa masih bermesraan di depan anak yang masih berusia belasan tahun. Kamal menjadi muak sendiri.

Just Junghyo✔Where stories live. Discover now