Dreamy Girl

1.5K 145 41
                                    

Cerita ini udh pernah aku up dengan karakter yg berbeda.

***

"Oh tuan putri, kau begitu cantik

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

"Oh tuan putri, kau begitu cantik."

Jihyo tersenyum malu mendengar pujian itu dari sang pangerannya.

Pangeran itu perlahan menunduk di hadapan Jihyo. Lalu ia berlutut sambil menatap Jihyo dengan tatapan cintanya.

"Maukah kau menikah denganku?" pangeran itu menyodorkan tangannya ke hadapan Jihyo.

Dengan malu-malu Jihyo menggapai tangan itu lalu mengangguk. "Ya, aku mau."

Setelah itu mereka berpelukan. Saat pangeran itu melepaskan pelukannya, kini ia beralih menatap Jihyo dengan lembut, perlahan ia mulai memajukan wajahnya mendekati wajah Jihyo. Spontan gadis itu menutup matanya, siap menerima perlakuan selanjutnya dari pangeran hatinya.

Gadis yang tengah duduk di sebelah Jihyo memandang jijik sahabatnya. Dengan sigap ia memukul mulut Jihyo yang sedari tadi memonyong ke depan dengan sendok makan yang sedang ia pegang.

Spontan Jihyo meringis kesakitan. Ia beralih menatap Jeongyeon dengan tatapan tajam. "Ya! Kenapa kau memukulku!"

"Kau gila ya? Apa yang sedang kau lamunkan, sungguh menjijikkan," ujar Jeongyeon sambil melanjutkan makannya.

Jihyo kembal tersenyum, "seorang pangeran melamarku, lalu kami berpelukan lalu kami akan bercium—"

"Astaga, diamlah."

Jeongyeon memutar matanya malas. Mempunyai sahabat dreamy girl terkadang membuatnya pusing. Hampir setiap hari ia melihat Jihyo melamun sambil tersenyum tidak jelas, dan terkadang juga tertawa, benar-benar persis seperti orang gila. Jihyo juga senang bercerita tidak jelas, kalau dia nanti akan menikah dengan seorang pangeran berkuda putih. Hal itu selalu membuat kupingnya memanas mendengar khayalan yang tak mungkin terkabulkan itu.

Jihyo masih saja tersenyum sendiri sambil menatap ke depan, tapi dengan pandangan kosong. Jeongyeon pun tak memedulikannya, ia lebih memilih memakan makanannya sebelum jam istirahat habis.

"Jihyo, kau tak makan? Jam istirahat akan usai 5 menit lagi," ujar Jeongyeon melirik Jihyo.

Jihyo tak mendengarkan Jeongyeon, ia masih asik dengan dunia impiannya. Dan Jeongyeon sekali lagi hanya pasrah, memilih tak peduli.

Suara kantin yang tadi riuh kemudian tergantikan dengan suara berdecak kagum dari siswa-siswa. Jeongyeon yang merasa aneh, ia akhirnya mendongak mencari tahu ada apa dengan keadaan sekitarnya. Setelah tahu, spontan ia membulatkan matanya, ujung bibirnya terangkat menjadi senyuman.

Jeongyeon langsung saja menyenggol bahu Jihyo dengan kuat. Jihyo pun tersadar, ia menatap Jeongyeon tajam lagi karena menganggu khayalannya.

"Kenapa lagi!"

Just Junghyo✔Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz