(Not) Mistake Bag. 1

2K 166 72
                                    

Langkah kaki itu awalnya berjalan pelan menyusuri jalanan cukup gelap ini dengan angin kencang dan langit mendung mendukung cuaca gelap yang akan dihujami air hujan sebentar lagi ini, lamban laun tungkai itu menjadi langkah cepat dan menjadi berlari melewati beberapa orang-orang yang masih beraktivitas di jalanan malam ini.

Nafasnya sedikit tersengal-sengal akibat larinya, ia segera membuka pintu sebuah toko dan memasukinya. Berhenti sejenak sebelum mengambil keputusannya untuk kali ini, yakin pada dirinya bahwa semua baik-baik saja.

Namun, melihat pandangan wanita yang berdiri di sana dan tersenyum menyambutnya malah membuat hatinya tak nyaman dan semakin berdetak kencang. Setelah menyakinkan dirinya cukup lama dengan sekali tarikan nafas dalam, tungkainya mendekat pada wanita itu dan bertanya.

"Selamat malam nona, ada yang bisa saya bantu?"

Satu bulir keringat jatuh di pelipisnya menyusuri keningnya. Meneguk sekali salivanya setelah merasakan kerongkongannya mendadak kering. Sedikit malu rasanya untuk bertanya sesuatu pada wanita penjual di apotek ini.

"Emmhh... itu, apa...apa ada testpack?"

Pipinya kemudian merona tiba-tiba hanya menanyai benda pintar pengetahuan untuk postitif dan negatif hamil itu. Wanita itu tersenyum dan mengambil sebuah kotak kecil persegi panjang.

"Silahkan, jika ingin mencobanya langsung, di sana ada kamar mandi. Semoga berhasil."

Kepalanya lantas menggeleng kuat. Menolak mentah-mentah untuk kedua kalimat wanita itu. Mencoba langsung? Dia bahkan belum siap pingsan tiba-tiba di tengah keramaian ini ketika melihat hasil yang tak diinginkannya dan juga kata semoga berhasil? Jangan sampai berhasil itu terjadi dalam dirinya.

Kemudian ia segera membayarnya dan kembali ke rumahnya. Selama di perjalanan pun bibirnya tak siap-siap melafalkan sebuah doa agar dirinya baik-baik saja.

***

Lagi, keringat itu perlahan jatuh menyusuri keningnya dan berhenti di lehernya. Rasanya hawa di tubuhnya begitu panas. Satu tangannya yang saat ini memanjang masuk ke dalam rok mininya, dengan mata terpejam erat berdoa di dalam hati.

"Please please please no no no..." begitulah sedari tadi komat-kamit yang dilontarkannya di bilik kamar mandi rumahnya ini.

Selesai menyiapkan derasnya air seni di bawah sana, ia kembali menarik tangannya dari bawah roknya. Membuka matanya perlahan, melihat benda persegi panjang di tangannya yang masih belum menandakan sesuatu.

Diam sejenak dirinya mendongak ke atas berharap ini tidak terjadi, selagi menunggu ia malah melamun sendiri. Hingga beberapa kemudian, waktu sudah cukup mendiamkan benda persegi panjang itu. Ia kembali melihatnya dengan ragu.

Satu detik berikutnya, jantungnya berdetak begitu kencang. Matanya perlahan membesar.

"Oh no!!!"

Berteriak cukup keras lalu tersentak berdiri melihat benda itu menunjukkan dua garis biru yang artinya dirinya telah positif hamil.

"Matilah kau Park Jihyo!" Terlalu kesalnya ia memukul begitu kuat kepalanya.

***

"Jangan memakan yang mentah, kau bisa muntah."

Suara berat seseorang khas baru bangun tidur itu menyadarkan Jihyo dari giuran makanan mentah yang dihidangkan dihadapannya saat ini. Kiannya yang matanya penuh binar ingin menyentuh dan menelan langsung seafood itu seketika meredup memandang sosok pria yang sudah duduk di depannya dengan malas.

"Mencium bau tubuhmu saja aku ingin muntah," balas Jihyo kesal melihat tangannya di dada.

Pria itu malah mendengus memasang ekspresi malas seperti dilakukan Jihyo ini. Ia mulai sibuk mengambil pisau dan garpu dan memakan seafood yang diberikan orangtua Jihyo beberapa menit yang lalu, sayangnya orangtua Jihyo langsung pergi begitu saja karena sebuah urusan.

Just Junghyo✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن