Seven (6) she is married

830 101 18
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

Jihyo mengoleksan lip gloss berwarna peach di atas bibir keringnya untuk memberi sedikit warna, kemudian mengamati penampilanya di dalam cermin. Tidak buruk, meskipun terlihat sedikit pucat dan lihatlah, kedua matanya sedikit bengkak akibat menangis semalam.

Dia meraih tas berwarna hitam di atas nakas lalu berdiri dan sekali lagi memperhatikan penampilanya di pantulan kaca lebar. Kemeja terkancing dengan sempurna ditutupi blazer berwarna hitam dipadu celana panjang dengan sepatu berhak rendah. Benar-benar tipe khas gadis kantoran.

Dia keluar kamar dan berpapasan dengan ayahnya ketika pria itu menuruni tangga dengan terburu-buru.

"Selamat pagi, ayah."

Jihoon berhenti di lantai dasar untuk menunggu putrinya dan mendapatkan ciuman di kedua pipinya. "Apa kau akan berangkat bersamaku, nak."

"Tidak, aku harus ke bandara menjemput putra temanku, adiknya tiba-tiba sakit dan mereka masih tinggal di Italia sampai putra keduanya sembuh. Sedangkan putra pertama temanku itu terbang bersama salah seorang teman lain dan dia akan menginap di sini sampai ayahnya datang dari Jepang mungkin besok atau lusa."

"Berarti kau akan tinggal lebih lama di Korea kalau begitu."

Jihyo melihat kebahagiaan terpancar jelas di mata ayahnya ketika pria itu memandangnya.

"Tentu saja, aku tidak akan tega membiarkan Jisung sendirian di sini denganmu, ayah, meskipun hanya sampai ayahnya datang. Aku berhutang banyak kepada Minnie juga suaminya selama aku tinggal di Italia, dan aku adalah ibu angkat dari kedua putranya."

"Apakah mereka tidak memiliki keluarga di Korea." Jihoon membuka pintu depan membiarkan Jihyo keluar terlebih dahulu.

"Tidak ada, mereka semua di Jepang dan orang tua istrinya sudah meninggal. Tidak ada kerabat lain. Apakah ayah keberatan?" Jihyo berhenti untuk melihat wajah ayahnya.

"Tentu saja tidak, aku sangat senang. Berapa umurnya, maksudku anak itu?"

"Tujuh tahun, dan adiknya lima tahun."

"Kurasa rumah kita akan ramai dengan kedatangan anak kecil, juga keluarganya. Aku mengijinkanmu untuk membawa temanmu dan keluarganya tinggal di sini selama yang mereka inginkan."

Senyum Jihyo mengembang dan melompat untuk memeluk ayahnya. "Terima kasi, ayah. Aku rasa mereka akan tinggal lama dan kuharap kedua putra mereka akan mengganggumu." Ujarnya jahil. Dia terus berjalan menuju pintu gerbang.

"Apa kau tidak ingin berangkat bersamaku, aku bisa mengantarmu."

"Tidak, terima kasih. Ayah akan sangat dibutuhkan di sana. Sebaiknya ayah yang memimpin acara ini. Aku tidak suka mereka semua kembali menyorotku, sudah cukup aku muncul di depan publik."

"Jihyo."

Jihyo berhenti untuk menatap ayahnya. Pria itu memakai pakaian kantor dan dasi sedikit miring. Kaki Jihyo melangkah maju untuk berhenti di depan ayahnya, dan membenarkan letak dasi itu.

Just Junghyo✔Where stories live. Discover now