"Eh." Mati! Zara langsung mengaca dan merutuki kelakuannya. Liptisk sialan! Seharusnya tadi ia tidak usah berdandan.

"Tadi sekalian dandan biar cantik. Lama ya?" Arga hanya tersenyum lalu mengalihkan pembicaraan. Ia ingin membicarakan perihal lamaran, ia sudah izin dengan ayah dan ibunya.

"Apa maksud kamu ngirim pesan seperti itu pada saya?"

"Ah itu, maafkan aku Kapten, waktu itu aku panik karena mendengar Kapten tertembak dan orangtuaku memutuskan untuk menjodohkan ku dengan orang yang tidak aku cintai."

"Aku frustasi rasanya aku ingin mati saja, tidak tahu lagi harus apa, hanya kapten satu-satunya tempat yang aku harapkan bisa menolongku. Hanya kapten yang selalu ada setiap aku kesulitan, bagiku Kapten adalah pahlawan. Aku hiks.. cuma mau menikah dengan Kapten. Aku takut sekali, membayangkan menikah dengan orang lain..." tanpa sadar Zara menangis, ia mencurahkan apa yang dia rasakan. Sakit sekali ketika tidak ada satupun orang yang berpihak dengannya bahkan orangtuanya sendiri.

"Jadi tolong jangan membenciku Kapten, jangan pergi meninggalkanku, jangan batalkan niat kapten yang ingin melamarku. Aku mohon..hiks.. aku tahu aku tidak punya sopan santun, bar-bar dan bodoh.."

"Zara.."

"Pliss kapten jangan tinggalin aku hiks..hiks.."

"Zara, saya ingin -"

"Kapten, aku takut jika kapten pergi. Pasti Kapten jijik dengan sifat ku yang bar-bar dan tidak tahu sopan santun. Aku tidak pantas untuk-" Arga menghela napas sabar, ketika ucapannya di potong oleh Zara berkali-kali.

"ZARA, I STAND WITH YOU."

Zara mendongak, menatap mata hitam di layar kaca ponselnya. Pria itu tersenyum sambil mengatakan itu. Jantung Zara berdebar, lalu apa yang Arga inginkan? Kalau bukan untuk menghakimi dirinya yang sudah tidak sopan pada pria itu.

"I see an Angel now, she cry at me but she look beautiful."

"You're beautiful, it's true Zara."

"Kamu sekarang memang tidak punya sopan santun, saya akui itu. Dari awal kamu sudah mencuri ciuman pertama saya lalu mengatai saya yang tidak-tidak, bahkan memukuli saya seperti penjahat." Zara malu mendengar ucapan Arga membuatnya semakin merasa rendah, pasti malaikat sudah banyak mencatat dosa-dosanya. Bar-bar sekali dirinya. Ia harus belajar jadi anggun nanti, tapi bukan anggun artis iklan shampo.

"Saya tidak masalah dengan itu, karena sifat seseorang bisa berubah dengan seiring berjalannya waktu. Kamu hanya perlu belajar, dan saya siap membimbing kamu untuk berubah menjadi lebih baik." Pipi Zara bersemu mendengar itu. Astaga kenapa akhir-akhir ini Arga jadi suka gombal. Apakah ini sifat asli si manusia batu? Zara menghapus airmatanya, malu sekali dirinya karena telah menangis tidak jelas tadi. Sialan! Pasti Arga mentertawakan nya dalam hati. Sudah berapa kali coba dia mempermalukan diri di hadapan Arga. Malaikat roqib dan atib pasti sudah bosan mencatat tingkah lakunya.

"Jadi kapten nelpon Zara mau ngomong apa? Aku kira mau bahas pesan santet online itu."

"Hahahaha."

"Saya cuma mau bilang, kamu lucu sekali berani mengancam membunuh saya. Sudah punya sabuk karate apa berani mengancam saya?" Arga mencoba bercanda, jujur ia jadi gugup untuk mengatakan lamarannya itu.

"Apa! Kapten tahu nggak aku udah panik! Aku kira kapten mau batalin lamar aku! Dasar Argagak jelek!"

Arga menaikan alisnya mendengar perkataan itu. "Argagak? Bukan Arganteng? Tadi katanya Arganteng."

ARGANTA - Embracing The sun (REMAKE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang