Ilham itu ibarat jembatan cinta penghubung antara Zara dan Arga. Meski Ilham agak risih melihat keuwuan mereka, karena ia merasa jomblo padahal sudah punya pacar. Tapi ia tidak bisa menolak jika Arga sudah meminta tolong padanya, karena Arga selalu membantunya dalam kesulitan, bahkan pernah menutupi kesalahannya dan menanggungnya disaat ia berbuat salah.

"Maaf Komandan sedang ada tugas di perbatasan. Jadi saya yang di utus kesini." Wajah Zara menjadi lesu, jadi ini rasanya kalau punya pacar abdi negara. Pasti mereka akan lebih memprioritaskan negara dari pada kekasihnya. Lalu wajah Zara tambah sedih ketika sadar jika ia bukan pacar Arga, dia bukan siapa-siapa untuk pria itu. Tidak ada hubungan apapun yang mengikat mereka. Selain tunangan pura-pura ini, bahkan tidak ada cincin yang melingkar di jarinya. Meraka bukan apa-apa hanya abstrak bagai awan yang terlukis di langit, bisa memudar.

"Jangan sedih begitu nyonya, Komandan Arga juga merindukan nyonya sampai ia begitu ingin cepat-cepat menyelesaikan tugas ini demi bisa bertemu nyonya." Pipi Zara merona malu mendengar ucapan Ilham. Ternyata orang ini memang menyebalkan. Kenapa Arga tidak suruh temannya yang lain saja? Yang tidak banyak omong seperti Ilham. Bahkan suka meledeknya, ia jadi ingat peristiwa kemarin ketika Ilham meledeknya dengan kata-kata MERIANG.

"Yasudah pergi sana, tidak ada yang ingin di sampaikan lagi bukan." Usir Zara sambil menutupi rasa malunya.

Ilham terkekeh disaat Zara berusaha mengusirnya, ia bingung kenapa Arga bisa suka dengan wanita bar-bar ini. Ia kira dulu Arga menyukai wanita kalem. Cinta itu memang buta.

"Ada yang mau disampaikan ke kapten Arga?" Zara diam nampak menimbang-nimbang. Lalu pikirannya bergulat ingin menyampaikan apa untuk Kapten Arga. Sebenarnya banyak sekali yang ingin ia sampaikan tapi tidak mungkin bukan dia menceritakan kegalauannya pada Ilham. Bisa-bisa pria itu mengejeknya lagi.

"Kalau tidak ada saya pamit pergi." Baru saja Ilham akan berbalik untuk pergi. Zara mencegah pria itu.

"Tunggu!"

Kemudian gadis itu mengambil buku gambar di tasnya. Entahlah dapat dorongan dari mana ia ingin memberikan buku itu pada Arga. Buku itu berisi gambar-gambar pria itu selama di perbatasan. Ia harap Arga menyukai pemberiannya, selama ini pria itu terus memberikannya hadiah tapi ia tidak pernah memberikan pria itu apapun.

"Kasih ini ke Kapten Arga."

"Baik saya laksanakan!"

"Ada lagi?"

Kemudian Zara membentuk jari kanannya menjadi hati dengan jari telunjuk dan jempol. "Tunjukan ini ke Kapten Arga." Semoga saja Kapten Arga tahu apa artinya.

Ilham terkekeh melihat Zara membentuk finger heart, baru kali ini ia melihat orang jatuh cinta seperti remaja yang baru mengenal cinta.

"Ini buat kapten Arga, bukan buat kamu." Seru Zara kesal ketika melihat Ilham tersenyum-senyum.

Kalau Zara perkirakan Ilham itu seumuran dengannya. Jadi ia merasa tidak perlu memanggil orang ini dengan sebutan pak atau mas.

Ilham berdehem lalu menganggukkan kepala. "Kamu tahu artinya kan?" Tanya Zara memastikan agar pesannya tersampaikan. Ia tidak ingin kejadian seperti kemarin terjadi lagi. Dimana kapten Arga tidak tahu arti Saranghae.

"Saya tahu nyonya." Tepat saat itu suara orang mengucapkan salam terdengar membuat kedua orang itu menoleh ke pintu.

"Assalamualaikum."

"Rizal?"

"Eh ada mas Ilham, maaf..." Rizal terkejut ketika mendapati seorang tentara disana. Ia kira Zara hanya sendirian.

"Santai aja Zal, cuma sama dia."

"Saya pamit dulu. Assalamualaikum..." kemudian Ilham pergi meninggalkan keduanya.

ARGANTA - Embracing The sun (REMAKE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang