Jungkook menghembuskan nafasnya dengan kasar. Kakinya berbelok melangkah ke kanan menuju cafeteria.

Jihyo tersenyum senang. Ia tahu, walau Jungkook marah atau pun kesal dengannya, Jungkook tetap akan peduli dengannya. Karena ia yakin, Jungkook begitu mencintainya, begitu pun dengan dirinya.

Sesampai di cafeteria itu, Jihyo langsung menarik tangan Jungkook menuju meja yang hanya memilik dua kursi, alasanya karena ia tak ingin ada orang lain ikut-ikutan duduk di tempat mereka, lalu merusak suasana romantis mereka.

"Kau ingin memesan apa honey? Kali ini aku yang akan memesannya," ujar Jihyo seraya menaruh tas sandang merah mudanya di meja.

"Terserah," jawab Jungkook malas.

Jihyo tetap tersenyum. "Baiklah honey, tunggu sebentar. Kekasihmu ini akan segera datang," lalu ia berbalik memesan makanan.

Jungkook memilih memainkan ponselnya. Ia ingin meminta maaf dengan Nayeon lewat pesan saja, karena kemungkinannya kecil jika mereka bisa bertemu, mengingat Jihyo selalu menempel padanya.

'Nayeon maafkan soal tadi. Jihyo memang cemburuan.'

Send

Sekarang ia berharap Nayeon memaafkannya. Ntah kenapa ia merasa begitu bersalah dengan Nayeon. Padahal masalahnya kecil.

Beberapa menit kemudian Jihyo datang membawa mampan dua jus dan kentang goreng. Ia berjalan pelan agar Jungkook tak mengetahuinya, dari samping segera ia mengecup pipi kekasihnya itu.

Jungkook berdecak kesal, tangannya langsung cepat menghapus kecupan di pipinya.

Pandangannya beralih pada nampan yang sudah ada di hadapanya sekarang, ia mengernyitkan dahinya. Bukankah tadi Jihyo lapar?

"Tadi kau bilang kau lapar, kenapa hanya membeli jus dan kentang goreng?"

Jihyo menyengir lalu duduk. "Tadi, sekarang tidak. Aku hanya ingin berduaan denganmu."

Jungkook memutar bola matanya malas. Ia menatap ke arah lain. Lama-lama ia merasa bosan berada di dekat Jihyo, karena kelakuan Jihyo ini.

Jihyo mengambil satu kentang goreng itu lalu ia mengangkatnya ke depan mulut Jungkook.

"Buka mulutmu honey..."

Jungkook menggeleng kecil, ia mengambil kentang goreng itu dari tangan Jihyo, lalu langsung memasukkannya ke dalam mulutnya.

Jihyo berdecak. "Aku saja yang menyuapimu."

Jihyo kembali mengambil kentang goreng itu, mengangkatnya ke depan mulut Jungkook lagi. "Aaa..."

Jungkook meringis, ia melihat sekitar mereka. Begitu banyak mahasiswa di cafeteria ini. Apa Jihyo tak tahu malu?

"Buka honey..." rengek Jihyo dengan suara manjanya.

"Aish..."

Akhirnya Jungkook dengan cepat memakan kentang goreng itu dari tangan Jihyo. Jihyo tersenyum puas. Ia pun mulai memakan kentang goreng itu.

Jungkook kembali sibuk dengan ponselnya setelah merasakan getar di tangannya. Sebuah pesan dari balasan Nayeon, berasil membuatnya tersenyum sendiri.

Jihyo melihat itu merasa diabaikan, tangannya dengan cepat mengambil ponsel itu.

"Ya..."

"Siapa yang berani membuat kekasihku ini tersenyum sendiri, mmhh..."

Jihyo membuka isi pesan ponsel Jungkook. Matanya langsung melebar melihat sebuah pesan dari Nayeon.

'Tak apa Jungkook. Aku mengerti, lain kali kita bisa belajar bersama ;) jangan lupakan aku ya :D'

Kepala Jihyo mendongak menatap Jungkook seperti meminta jawab. "Ini apa? Jangan lupakan aku? Apa maksudnya itu?"

Jungkook meneguk ludahnya susah payah. "A—ani, maksudnya jangan lupa harinya."

Jihyo memincingkan matanya. "Jangan bermain di belakangku honey."

Jungkook menghela nafas dengan kasar. "Tidak akan."

"Baiklah kalau begitu aku akan menghapus pesan ini dan nomornya."

Jari-jari Jihyo begitu cepat berkutat di keypad ponsel Jungkook. Jungkook hanya bisa diam memandang Jihyo kesal, marah dan emosi. Tapi saat ini, ia hanya bisa diam. Kesabarannya sudah di luar batas.

***
BRAK!

Stick PS itu tercampak begitu saja. Taehyung yang tadinya tersenyum bangga karena berhasil mengalahkan Jungkook, langsung menatap pria bergigi kelinci itu bingung.

"Ada apa?" tanyanya bingung, padahal ini hanya permainan, tidak biasanya Jungkook segitu marahnya hanya karena kalah. Biasanya mereka hanya menganggap sepele jika kalah.

Jungkook menutup matanya rapat, mengacak rambutnya frustasi. "Aku hampir mati," gusarnya.

Taehyung mengernyit. "Maksudmu apa?"

Jungkook membuka matanya kembali menoleh pada Taehyung. "Aku sudah tak tahan lagi dengannya."

"Jihyo?"

Jungkook mengangguk beberapa kali. "Sikapnya membuatku jengah."

Taehyung hanya diam menunggu ucapan Jungkook selanjutnya.

"Dia terlalu manja, cerewet dan satu lagi dia begitu cemburuan. Tadi saat Nayeon tak sengaja menyentuh tanganku, dia langsung marah dan memukul tangan Nayeon. Terlalu kejam!"

Taehyung tetap diam membiarkan Jungkook meluapkan semua kekesalannya.

"Setiap pagi aku menjemputnya seperti seorang supir, lalu membukakan pintunya bak tuan putri dan aku adalah pengawalnya."

Jungkook menatap kedepan, ia menggelengkan kepalanya jika sudah mengingat hal itu. "Dia juga selalu meminta cium di depan umum, apa dia tak punya malu? Aku selalu saja menahan malu, tapi dia tak pernah merasa malu."

Tangan pria bergigi kelinci ini sudah terkepal kuat. "Dia juga selalu menggenggam tanganku ke mana pun, aku merasa sangat malu, semua orang memandang kami."

"Setiap malam, kami harus berteleponan, jika tidak, dia akan marah. Aku benar-benar tak tahan dengan sikapnya itu dan satu lagi, panggilan honey-nya selalu berlaku dimana pun kami berada, bahkan di hadapan anak-anak lain, dia tetap memanggilku honey. Aku begitu malu."

Jungkook berhenti sejenak menarik nafasnya. "Selama setahun ini aku selalu bersabar dengan sifatnya itu!"

Taehyung menghela nafas, ia menepuk pundak Jungkook. "Lalu kau ingin apa sekarang?"

Jungkook menoleh pada Taehyung. "Aku ingin putus dengannya."

***
TBC...

Just Junghyo✔Место, где живут истории. Откройте их для себя