Zara mengambil buku sketsanya lengkap dengan pensil dan penghapus. Ia duduk di depan teras sambil menatap bulan di langit. Lalu membuka lembaran sketsa Arga yang ia buat tadi. Ia jadi teringat percakapannya dengan Kapten Arga tadi.

***

Flashback

"Saya tidak ingin bermain-main dengan sebuah komitmen. Bagi saya hati seorang wanita terlalu berharga untuk dipermainkan. Bagaimana kalau kita menikah?"

"Maaf kapten aku tidak bisa."

"Kenapa kamu menolak saya?" Arga menatap Zara bingung.

"Karena aku belum cinta sama Kapten. Lagian kita kan nggak saling mencintai kenapa harus menikah?" Zara mencoba menjelaskan bahwa hubungan mereka tidak normal. Masa ia belum kenal sama sekali mau langsung menikah.

"Kamu sudah berapa kali pacaran?" Tanya Arga.

Zara mencoba menghitung dengan siapa saja ia pacaran sejak SMP. Lalu menunjukkan angka 10 dengan jari tangannya ke arah Arga.

"10 kali?" Zara menggelengkan kepala lalu berbisik kecil. "Dikali dua."

"Maksud kamu?" Arga mengerutkan kening tidak mengerti.

"20 Kali pacaran yang bener." Arga menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Zara. Ia baru tahu pacaran bisa sebanyak itu.

"Apakah kamu mencintai mereka?"

"Cinta dong. Kalau nggak cinta mana mau pacaran." Jawab Zara dengan penuh percaya diri.

"Saya baru tahu ada yang namanya cinta sampai berkali-kali bahkan ke dua puluh lelaki yang berbeda. Apakah itu yang disebut cinta?"

Skakmat!

Zara tidak tahu harus membalas apa-apa lagi. Mulutnya terasa di bungkam. Karena Zara pacaran hanya mencari kesenangan belaka. Ya walau pada awalnya suka sama suka. Tapi kan yang penting nyaman dan sudah saling kenal. Urusan cinta bisa menyusul, apalagi kalau ia sudah jadi bucin.

"Kamu saja tidak mengerti apa artinya cinta tapi menolak saya hanya karena tidak cinta."

"Memang kapten sudah berapa kali pacaran?" Tanya Zara menatap Arga penasaran. Ia penasaran apa pria yang tidak mau bersentuhan dengan wanita ini pernah pacaran.

"Belum pernah, kamu wanita pertama yang bisa sedekat ini selain ibu dan saudara saya."

Deg,

Entahlah Zara merasa spesial. Tapi ia langsung menggelengkan kepalanya kembali. Ia tidak boleh jatuh dalam pesona orang ini.

"Nah berarti Kapten yang nggak tahu arti cinta. Sok-sokan mau ngajak menikah tapi nggak pernah jatuh cinta." Zara membalik ucapan Arga.

"Lalu kamu maunya apa, kita pacaran dulu gitu?" Tantang Arga.

"Saya tidak ingin bermain-main Zara. Umur saya sudah tidak muda lagi, tidak pantas untuk hubungan seperti itu."

"Sebenarnya saya ingin kita langsung menikah sekarang, namun karena saya belum bertemu kedua orangtuamu dan saya masih ada urusan disini saya tidak bisa langsung melamar kamu."

"Kapten kerasukan apa? Kok ngelantur banget omongannya. Pake acara ngajak nikah segala lagi." Zara menepuk-nepuk pipi Arga. Seketika suasana jadi hening. Zara yang sadar bahwa tindakannya salah, langsung menurunkan tangannya dari wajah pria itu. Arga terlihat salah tingkah sebentar namun dengan mudah memasang wajah datarnya itu.

Sial! Nih tangan nggak bisa diem, Zara menggerutu dalam hati. Untung aja dia tidak di ceramahi panjang kali lebar.

"Apakah kamu tidak merasakan ketertarikan pada saya?" Pertanyaan tiba-tiba Arga membuat Zara bungkam. Jantungnya tiba-tiba berdebar begitu kencang. Otaknya terasa tumpul untuk berpikir. Setiap bersama Arga Zara merasa dirinya menjadi orang yang paling bodoh.

"Jujur saya merasakannya, kalau saya tidak tertarik mungkin dari awal kamu mencium saya waktu itu. Saya sudah membidik pistol saya untuk memecahkan kepala kamu, Zara." Ujar Arga dengan nada yang dingin. Zara merinding membayangkan pria itu menembak kepalanya. Ia menelan ludah syukurlah itu tidak terjadi. Tapi tunggu dulu tadi apa maksudnya perkataan pria itu, apakah Arga benar-benar tertarik padanya? Otak Zara tiba-tiba jadi bodoh. Kenapa sekarang malah ia yang jadi diam? Dan kenapa Arga jadi yang cerewet?

"Saya lebih mengenal cinta dari pada kamu Zara. Bagi saya cinta itu bukan hanya sekedar romansa belaka, yang menghalalkan nafsu dengan mengatasnamakan cinta. Bukankah iman kepada Allah, berbakti kepada orangtua dan mengabdi pada negeri adalah bukti cinta?"

"Sedangkan kamu mengorbankan waktu kamu untuk berkelana dengan banyak laki-laki dan berujung dikhianati lalu putus. Apakah itu makna dari sebuah cinta?"

Zara hanya bisa diam mencerna. Arga memang hebat mampu membuatnya seperti orang bodoh.

"Saya memang tidak pernah tahu bagaimana rasanya jatuh cinta Zara. Tapi saya berjanji akan membangun cinta bersama kamu, jika kamu mau menerima tawaran saya."

***

"Kenapa jadi rumit begini?" Zara menjambak rambutnya frustasi kemudian menghembuskan napas.

Zara kembali menebalkan sketsa kasarnya itu, hanya dengan menggambar kewarasannya kembali. Ia mencoba mengingat setiap detail wajah Arga mengukirnya di sana.

Jujur ia juga tertarik dengan Arga. Namun untuk menjalin sebuah hubungan Zara masih ragu. Ia masih ingin hidup bebas dan tidak ingin terikat untuk saat ini. Walau ada sedikit rasa penyesalan telah menolak ajakan pria itu, hati kecilnya sedari tadi menyerca-nya karena menolak Arga. Apakah Arga akan membencinya karena penolakan ini? Akankah pria itu akan sakit hati lalu pura-pura tidak mengenalnya. Zara benar-benar frustasi sekarang. Ia jadi takut Arga menjauhinya.

***

Gimana kurang apa sama part ini?

Cerita akan di lanjut jika vote and Coment banyak, aku ngk nuntut berpaa kok. Aku cuma seneng aja kalau ada yang ngerhargain perjuangan aku nulis.

Jangan lupa follow Instagram @wgulla_

Selamat Membaca

SEMOGA SUKA CERRITA AKU

JANGAN LUPA SHARE CERITA INI KE TEMEN-TEMEN KALIAN.

Rekomendasi kan ya 💜

Love you..

Gulla
Istri sahnya Lee min ho

ARGANTA - Embracing The sun (REMAKE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang