Aku menahan tangan Jimin yang akan menyelinap masuk kedalam rok pendekku, dia tersenyum dan duduk di depanku, lebih tepatnya Jimin duduk dimeja makan dan aku dikursi. Kami baru menyelesaikan Saparan dijam 1 siang. Ini lebih cocok disebut makan siang, Jimin masak pie susu untuk kami dan aku hanya diam sambil melihat dia memasak. Jimin tidak memaksaku memasak lagi, Jimin selesai makan dan aku belum, hanya tinggal beberapa suap lagi aku sudah tidak berselera, Jimin benar-benar tidak bisa menahan dirinya lagi.

"Masih sakit!" Aku menggembungkan pipiku kesal mendengar pertanyaan itu. Dia masih terfikir untuk melakukan hubungan seks lagi.

"Apa kecanduanmu kambuh?" Jimin menggeleng dan tersenyum. Mendekatkan wajah kami dan mengecup pelan bibirku.

"Tidak. Hanya saja aku tidak tahan melihat tubuh Sexy istriku!" Alasannya benar-benar menjengkelkan, dia psikopat Seks.

"Kapan kita pulang?" Jimin tersenyum misterius dan menarik wajahnya menjauh dariku. Bersendekap dada dan memperhatikan aku dengan dalam. Apa lagi ini?

"Kau lupa jika ini rumah kita sayang?" Aku menarik nafas dalam-dalam mendengar ucapan Jimin. Menyebalkan.

"Bukan itu maksudku, rumah ibu maksudnya!" Dia tertawa dan turun dari meja.

"Entahlah. Aku masih ingin berduaan dengan istri cantikku. Jika kita pulang cepat agak tidak enak jika kita bermesraan. Dan aku lebih suka rumahku sendiri. Bisa bebas tentunya" aku mendengus mendengar ucapan Jimin, dia benar-benar tau caranya berasalan. Dasar pria mesum.

"Apa isi otakmu hanya itu saja?" Jimin tertawa dan menjauh dariku. Berjalan kearah kamar kami tanpa menjawab pertanyaan ku.

"Park Jimin?"

"Jika melihatmu iya sayang. Jika tidak ya tidak!" Aku hanya geleng-geleng kepala mendengar teriakan keras Jimin dari kamar. Dia benar-benar menyebalkan.

"Pak mesum!" Kubereskan sisa makananku dan mencuci piring bekas makanku. Setelah selesai aku menuju ruang TV. Aku ingin bersantai di tengah, bukanya dikamar. Jimin ada didalam dan kemungkinan aku diserang lagi sangat besar dan aku hanya cari aman. Aku tidak akan masuk ke kandang singa lagi, tidak untuk ketiga kalinya.

Aku menikmati acara musik siang ini. Sudah lama aku tidak mendengar musik-musik seperti ini. Aku tersenyum saat melihat ada group boy band yang tampil. "Mereka tampan!"

"Lebih tampan aku!" Hampir saja aku berteriak keras saat mendengar suara Jimin yang tiba-tiba terdengar di telingaku.

"Ji!" Aku memekik kesal kearahnya dan dia hanya melompat dari belakang dan duduk tepat disampingku.

"Ck seleramu apa itu. Mereka itu jelek, lebih tampan juga aku. Apa nama mereka? Bang-bangtan"

"Bangtan Boys!" Selaku kesal pada Jimin, dia tidak pernah bisa memberikan waktu aku senang untuk menikmati kesukaan ku. Dasar bantet.

"Entah apa nama mereka. Aku tidak peduli, hei lihat mereka. Mereka hanya bisa menyanyi dan menari, aku bisa menyanyi, yah walaupun tidak terkenal dan lagi aku seorang CEO. Kurang apa aku?" Dan aku hanya memejamkan mataku kesal karena justru Jimin menyombongkan dirinya sendiri. Dia benar-benar percaya diri. Ya Tuhan suamiku benar-benar menyebalkan.

"Dan apa itu yang berambut merah muda. Uh dia Seperti wanita! Dan apa itu dikepalanya. Menyebalkan!"

Aku hanya diam mendengar Jimin mengomentari salah satu member BTS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku hanya diam mendengar Jimin mengomentari salah satu member BTS. Dia fikir dia tampan, dasar.

"Jika kau mengejek dia itu artinya kau mengejek dirimu sendiri. Namanya sama denganmu. Park Jimin dan ya seperti kalian mirip. Sama-sama punya eye smile yang cantik!" Ketusku yang melihat.

"Cih tampan juga aku. Dia itu seperti wanita!" Aku jengkel setengah mati mendengar ucapan Jimin. Dia benar-benar tidak bisa memberikan aku waktu senggang. Selalu saja merecoki aku.

"Dasar tuan menyebalkan. Terus saja komentar tentang kesukaanku. Kau benar-benar menyebalkan. Aku bahkan tidak bisa melihat acara musik ini dengan tenang karena usikanmu. Dasar tukang usik. Park Jimin menyebalkan, Crewet, tukang gosip" aku meninggalkan Jimin begitu saja setelah mengumpatnya, menuju kamar kami dan membiarkan Jimin terus melihat itu.

"Aliya sayang. Yahk sayang, kembali. ALIYAAAA!" Aku mengabaikan teriakan Jimin yang memanggilku. Aku tidak peduli bantet.

-

Aku berjalan mengabaikan Jimin yang sudah berbaring di ranjang, matanya melirikku seolah mengatakan untuk menghampirinya, alisnya bergerak keatas seolah ingin aku melompat ke pelukannya. Cih aku tidak mau, aku masih kesal padanya.

"Sayang aku minta jatah!" Kupejamkan mataku erat mendengar suara manjanya. Dia benar-benar frontal jika ingin hak-nya.

"Vaginaku sakit!"

"Itu tadi!" Balasnya keras.

"Nanti kau gesek tambah sakit!" Ketusku yang tidak menyerah.

"Aku pelan janji!" Ucapnya membujuk.

"Tidak mau. Kau bohong, pasti tambah sakit nanti. Kau itu maniak, sekali masuk tidak mau keluar dan itupun lama. Belum lagi ronde-ronde menyebalkan yang kau usulkan. Terus saja tambah, bisa-bisa aku tidak tidur lagi malam ini. Kau fikir aku tidak tau jika kau akan begadang untuk melakukan itu jika sudah menunggangi aku. Kau itu psikopat Seks menyebalkan" balasku yang tidak mau kalah, Jimin masih saja tidak menyerah. Justru mendekatiku yang duduk dimeja rias.

"Ayolah, aku ingin!" Dia merengek dan memegang pundakku.

"Ji berhenti bersikap seperti anak-anak. Kau ini sudah tua!" Kesalku.

"Aish tidak mau. Aku mau masuk kedalam tubuh istriku!" Jimin juga tidak mau mengalah dan aku semakin kesal.

"Isi otakmu hanya seks?" Jimin Mengangguk semangat dan membuat aku semakin jengkel. Dia tidak tau malu.

"Only sex? Really!" Jimin tersenyum manis dan menaruh dagunya dipundakku.

"Aku melakukan itu karena aku mencintaimu. Sangat mencintaimu, Mencintai istriku, hanya istriku. Aliya Park Jimin, only Aliya Park Jimin" tanpa sadar senyumku terbit mendengar ucapan lembut Jimin. Dia benar-benar tau cara merayuku.

"Kau perayu ulung" Jimin tertawa dan membawa aku berdiri. Membuat aku menatapnya dan mengusap pipiku dengan sayang.

"Tidak keberatan kan!" Aku menghela nafas mendengar permintaannya lagi.

"Jangan lama-lama dan jangan kasar" peringatku dan dia tersenyum manis, lalu Mengangguk. Membawa tubuhku dalam gendongannya dan menuju ranjang.

"Aku mencintaimu sayang. Sungguh!"

"Me to Ji. Me To!"

Tbc.

All About Sex! 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang