🔥

1.6K 48 1
                                    

New season for your Story. Let’s Go
+


“Papa Jenoooo?” Teriakkan melengking sang Nyonya membuat yang diteriaki langsung terdiam tidak bisa melakukan apapun. Berdiri dan tidak bisa bergerak sama sekali.

Bayi berumur 7 bulan yang ada dibawahnya hanya bisa melihat dengan mata polosnya tanpa melakukan apapun. Teriakkan itu juga mengangetkan Jeno.

“Sudah aku bilang jangan bawa Jeno kesana. Kau ini keras kepala sekali sih” Nyonya rumah terus saja mendumel sambil menghampiri keduanya. Mengambil alih Jeno yang duduk dirumput dan menatap tajam suaminya.

“Sayang?”

“Apa?” Belum sempat bersuara jawaban sinis Nyonya membuat Tuan ciut.

“Nanti kalau anakmu kenapa-kenapa mau tanggung jawab huh?”

Sebenarnya Aliya tidak akan se histeris ini jika Jeno tidak habis sakit, tapi papanya yang gila malah mengabaikan peringatannya. “Bukan begitu. Aku mau dia..”

“Sudah, kau ini memang menyebalkan sekali” Aliya pergi sambil membawa Jeno yang kebingungan dan Jimin yang menghela nafas panjang. Nasib punya istri yang cerewet, tapi semua istri kan memang crewet pak?


“Huh nasib...”

Hari ini Jimin libur jadi dihabiskan dirumah berhubung anaknya baru selesai sakit habis imunisasi tapi malah dirinya kena amuk dari nyonya rumah.

“Papa Jeno masuk. Aku tidak mau kau sakit menyusul anakmu” teriakkan Aliya benar-benar menggelegar, jika Jimin tidak terbiasa mungkin akan gila duluan.

“Aku datang Nyonya”

+

Hari membosankan karena Aliya masih memusuhinya, Jimin tidak bisa melakukan apapun bahkan mendekati anaknya juga tidak bisa. Diam sambil melihat keduanya. Memang Jimin patung pajangan yang bodoh? Hei dirinya kepala keluarga seharusnya mereka memperhatikan dirinya lebih. Sialan.

Jimin sudah coba membujuk Aliya dari tadi sore tapi gagal dan ini sudah jam 9 malam, tapi Aliya tidak menghiraukannya sama sekali. Dan ditambah Jeno yang tidak mau tidur. Anak setan memang. Alhasil Jimin hanya duduk dengan bodoh sambil dilihat saluran tv yang menayangkan acara musik. Berisik sih tapi dari pada tidak melakukan apapun?

Sudah 1 jam Jimin diam dan entah sampai kapan. Aliya juga tidak menunjukkan ciri-ciri mengibarkan bendera putih jadi Jimin diam dari pada kena amuk lagi.

“Sudah sadar dengan kesalahanmu?” Jimin menoleh mendengar suara lembut yang terdengar ditelinganya. Aliya berdiri sambil berkacak pinggang. Uh Jimin seperti anak kecil yang baru selesai dihukum.

“Hem..”

“Aku tidak akan mengoceh lagi. Bisa tua duluan jika terus mengomel padamu” oceh Aliya.

“Itu sadar”

“Apa kau bilang?”

“Tidak” cetus Jimin gelagapan.

“Kau harus bayar biaya perawatan ku Papa Jeno” ancam Aliya.

“Memang yang membayari selama ini siapa? Perdana menteri?” cetus Jimin aneh.

“Berani menjawab Huh?”

“Kan ditanya jadi jawab” balas Jimin.

“Aih sudahlah. Ayo masuk kekamar. Kau fikir aku tidak tau jika tv itu melihatmu dari tadi”

“Ya mau bagaimana orang istriku sibuk dengan anaknya” balas Jimin.

“Dia anakmu juga Park Jimin” ketus Aliya jengkel.

“Memang tapi kau benar-benar memanjakan dia. Bagaimana jika dia manja”

“Dia masih bayi” alasan Aliya.

“Ya teruskan saja” demul Jimin.

“Oh begitu” Jimin mendengus melihat Aliya yang kesal. Jimin juga kesal tau.

“Terserah anda Mama Jeno” Jimin berdiri dan meninggalkan Aliya sendirian.

“Papa Jeno aku belum selesai bicara”

“Malas. Kau selalu bela setan kecil itu”

“Dia anakmu”

“Oh Ya”

“Dasar Iblis”

“Suamimu”

“Yaaaaaaaa.....”

+

Ponsel terus berdering membuat Aliya terganggu tidurnya. Dari tadi dan tidak ada niat Jimin mengangkat. Aliya mencoba menggoyangkan lengan Jimin yang memeluknya tapi Jimin seperti mati dan tidak bergerak sama sekali.

“Jim ponselmu”

“Biarkan saja..”

“Tapi dari tadi terus bunyi, berisik” keluh Aliya yang tetap mempertahankan pejaman matanya.

“Aish..” Jimin mendumel dan akhirnya membuka matanya. Mendengus saat melihat jam baru pukul 6, bergeser kesamping sambil menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.

Mengambil ponselnya yang ada disambil nakas. Taehyung 10 panggilan, 15 pesan. “Dia tidak tau aku hari ini berangkat siang?” dumel Jimin dan kembali telfon itu berdering.

“Ya kau ini menganggu sekali. Ini masih pagi dan aku berangkat siang?” belum sempat Taehyung bicara Jimin sudah nyerocos duluan.

“Hei bodoh aku tidak akan menelfon jika bukan penting”

“Katakan sialan”

“Paman Stev ingin bertemu”

“Untuk apa? Bukannya kemarin sudah”

“Penting”

“Iya apa?”

“Aku tidak tau. Nanti jam 10 di kantorku”

“Ah sialan”

“Dia menunggu”

Jimin mendumel karena panggilan itu dimatikan sepihak oleh Taehyung. Alien sialan.

“Siapa?” Aliya terbangun karena Jimin mendumel dan mengumpat.

“Kakakmu” balas Jimin seadanya.

“Kenapa?”

“Paman ingin bertemu”

“Ada masalah?” Aliya bangkit dan tidak lupa menarik selimutnya agar tidak memperlihatkan tubuhnya.

“Aku tidak tau”

“Jam berapa?”

“10”

“Ya sudah. Mandi sana, aku akan lihat Jeno” Jimin hanya bergumam dan meraih boxer nya yang ada dibawah lalu memakainya dan menuju kamar mandi. Aliya melilitkan selimut pada tubuhnya dan memunguti baju mereka yang berserakan dilantai. Malam pengantin untuk mereka yang kesekian kalinya.

“Sayang samponya habis”

“Dilemari ada”

“Oh oke” itulah Jimin selalu berisik dan berteriak. Tidak ada lagi Jimin perfect setelah Jeno lahir. Hilang entah kemana.

+


Nasi goreng kimchi serta jus untuk pagi ini, dan bubur untuk Jeno. Aliya menyuapi Jeno yang duduk manis dikursinya dan Jimin sibuk melihat tabletnya sambil makan. Kebiasaan Jimin dan Aliya malas membahasnya karena pasti berujung adu mulut serta banyak lagi alasan Jimin untuk membantahnya. Aliya akan keriput duluan jika terus adu mulut dengan Jimin.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 dan sebentar lagi Jimin berangkat, pakaian Jimin sudah rapi dan hanya tinggal berangkat saja. Keperluannya juga sudah oke, memang Jimin lelet jika disuruh makan.

“Papa sudah tebletnya. Selesaikan makanmu dan berangkat. Kau bisa telat” instruksi Aliya karena Jimin sudah 20 menit makan dan belum selesai padahal Jeno sudah minum susu.

“Ah benar” Jimin menghabiskan sarapannya dan membawa bekas piringnya ke wastafel.

“Sudah sayang...” Aliya membenarkan baju Jimin dan dasinya. Jimin harus perfect.

“Kalau bisa nanti pulang sore ya. Aku mau belanja kebutuhan dapur dan kita kesalon potong rambutmu”

“Aku usahakan sayang. Soalnya jika Paman mengajak bertemu pasti tender besar” Aliya mengangguk mengerti. Salah Aliya juga kenapa tidak minta ditemani kemarin padahal Jimin libur. Mungkin karena Jeno baru sembuh jadi Aliya tidak berani membawa Jeno keluar.

“Baiklah hati-hati” Aliya diberikan ciuman sayang di dahi oleh Jimin dan beralih pada Jeno yang masih anteng dikursinya.

“Papa berangkat ya sayang. Jaga Mama dirumah” pipi tebal Jeno dihadiahi ciuman oleh Jimin.

“Sudah sana berangkat” Aliya memberikan tas Jimin malah pinggangnya ditarik hingga menempel. Jimin menarik kursi Jeno dan membuatnya membelakangi mereka.

“Love You” Jimin mencium Aliya dengan lembut, tidak akan kembali berangkat tanpa morning kiss dari istrinya. Penyemangat Jimin untuk hari ini. Lebih tepatnya tenaga.

“Sudah...” Instruksi Aliya karena hampir 3 menit Jimin menciumnya.

“Baiklah, aku berangkat” Jimin melepaskan Aliya dan meraih tasnya. Menyempatkan menepuk kepala Jeno.
“Hati-hati”

“Iya sayang”

+

Jalanan lumayan lenggang dan tidak ada kemacetan sama sekali memudahkan Jimin untuk sampai dikantor 10 menit lebih awal. Jarak rumah kekantor 30 menit jadi lumayan dekat. Alunan musik pop menemani perjalanan Jimin. Sesekali suaranya terdengar mengikuti lirik lagu.

Ponsel Jimin berdering menghentikan lagunya. Tanpa melihat id nya Jimin mengangkatnya.

“Halo?”

3 detik tidak ada jawaban. Jimin melihat layar ponselnya dan ternyata nomer baru. Ah seharusnya Jimin tidak mengangkatnya.

“Halo?” masih tidak ada sautan, pasti orang iseng.

Jimin mendengus karena tidak ada balasan apapun berakhir mematikan panggilan ini. “Mengganggu saja”

Mendengarkan musik lebih menyenangkan dari pada meladeni orang iseng. Oke Jimin sampai kantor.

Memastikan barangnya tidak tertinggal dan langsung keluar, pas disana ada Taehyung yang baru keluar dari mobilnya juga. “Hai Papa muda?” goda Jimin dan langsung dihadiahi tatapan sebal dari Taehyung.

“Berhenti mengejekku” ketus Taehyung. Teman yang jadi iparnya ini memang ahli soal mengejek orang. Menyebalkan sekali.

“Hei congrats Bro”

“Sudahlah Jim kupingku sudah risi. Lisa terus mengomel dan kau jangan coba-coba mengompori” keluh Taehyung lalu disambut tawa Jimin. Lisa hamil lagi padahal Lucas baru berumur 5 bulan. Lisa parno dan terus mengomeli Taehyung untuk insiden kebobolan ini. Cucu kedua Kim juga laki-laki dan entah nanti anak kedua Taehyung dan Lisa.

“Jelas. Belum kurus badannya hamil Lucas kau hamili lagi” kekeh Jimin. Keduanya beriringan masuk kedalam kantor.

“Hei aku tidak tau  kalau dia tidak KB”

“Hei dia selalu memintamu menggunakan Kondom kau lupa?” Jimin jelas tau, karena selalu Aliya yang disuruh beli kondom oleh Lisa. Jimin sempat mengomel karena Aliya mau disuruh beli alat-alat bodoh oleh Lisa tapi Aliya tidak keberatan karena menurutnya lucu. Lagipula usia Aliya sudah legal dan juga sudah menikah, kenapa harus tubuh masalah kondom.

“Kau tau menggunakan itu tidak enak” suara Taehyung mengecil karena mereka sudah memasuki area kantor dan banyak orang berlalu lalang.

“Iya aku tau. Tapi kenapa Lisa tidak mau minum pil KB?”

“Pil KB itu seperti racun untuk perempuan Jim. Ada yang membuat gemuk, hitam dan lain-lain lagi. Itu sebabnya Lisa tidak mau. Kau taukan dia naik 35 kg saat hamil Lucas” ah benar juga. Aliya juga naik tapi tidak separah Lisa. Lisa benar-benar jadi buntalan saat hamil Lucas.

“Mungkin itu sebabnya dia ngomel saat hamil anak kedua kalian”


“Bisa jadi” lemas Taehyung.

“Oh ya ada apa Paman mau menemuiku?”

“Entahlah dia bilang penting”

“Kau tidak tau?” Taehyung menggeleng pelan. Pamannya tidak bilang apapun.

“Aku keruangannya”

“Oke”

+

Jeno tidur dan Aliya bisa santai setelah bersih-bersih rumah. Memeriksa beberapa E-commerce untuk memuaskan hasrat belanjanya mungkin. Melihat beberapa toko yang menarik minatnya lalu membeli apa yang Aliya mau. Jimin membebaskan Aliya soal belanja jadi Aliya tidak pernah pusing soal belanjaan.

“Apa sebaiknya aku belanja sendiri saja ya?”
Didekat rumah ada minimarket mungkin Aliya mencicil beberapa barang Urgent mereka dari pada habis sama sekali. Nanti kalau Jimin sudah ada waktu luang bisa saja diantar.

Baru jam 12, mungkin sebentar lagi Jeno bangun. Aliya tidak akan meninggalkan Jeno sendirian dirumah. Bahaya, lagipula Jeno anteng diajak belanja.

“Aaaa....” benarkan Jeno sudah bangun. Aliya meletakkan tabletnya dan menuju kamar. Jagoannya sudah bangun dan waktunya menyiapkan.

“Mama datang sayang...”

+

“Kau tau maksudku kan?” Jimin mengangguk kaku mendengar Steven. Tidak ada yang bisa Jimin lakukan selain mengangguk.

Pagi luar biasa.

“Aku mengatakan ini agar kau mengerti karena kalian bertemu, tapi aku tidak akan diam. Aku ada dibelakangmu” Jimin menatap Steven kaku. Entah kenapa kata-kata Steven membuat Jimin yakin bukan hal baik untuk dirinya yang kesekian kalinya. Lebih tepatnya keluarganya yang baru bahagia dalam kurun waktu 1 tahun. Tidakkah semuanya terlalu cepat.

“Apa hanya Paman yang tau?” Steven mengangguk pelan. Tidak ada yang tau karena mereka fikir semua sudah selesai tapi ternyata belum. Entah ini yang terakhir atau akan ada lagi.

“Aku harap dia tidak segila yang sebelum-sebelumnya”

“Aku tidak berani berharap untuk ini. Orang diam cenderung mengerikan” lirih Jimin.

Steven menghela nafas panjang, ini juga salahnya. Jika diawal dirinya tidak menjerat Jimin dalam ketakutan itu semua tidak akan terjadi. Manusia-manusia gila yang berujung menyusahkan hidup mereka dan mengancam kebahagiaan mereka.

“Apa kau akan diam sampai dia datang?” Jimin menggeleng tidak tau. Bingung, jika dirinya jujur mungkin Jung Woon akan langsung membuat mereka bercerai. Jimin dan Aliya.

Jung Woon bilang jika insiden Bianca adalah yang terakhir dan entah apa yang akan terjadi jika muncul lagi 1 manusia gila yang mengacaukan kehidupan mereka.

“Aku akan coba bilang pada Jung Woon, siapa tau dia mengerti”

“Berikan aku waktu Paman. Aku akan bilang sendiri pada Ayah dan juga Kakek” putus Jimin. Lebih baik Jung Woon tau dari dirinya daripada dari orang lain.

“Kau yakin?”


“Ya. Mereka akan mengatakan aku pengecut jika mengatakan lewat paman” jawab Jimin.


“Baiklah dan pada Aliya?”

“Perlahan Paman. Aku tidak bisa jujur mengenai ini. Dengan kebiasaan gilaku dulu sudah sangat melukainya apalagi jika dia tau...”

Jimin tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Sebuah ucapan yang Jimin pantang katakan. Ketakutan Jimin pada kegilaanya dulu. Sialan kenapa semua harus kembali?

“Aku coba caritahu dia...”

“Terima kasih” hanya itu yang bisa Jimin katakan diantara kerunyaman perasaannya.

“Semoga ini yang terakhir...”

“Aku tidak berani berharap untuk kehidupan berantakan ini”

“Hei ada jalan..”

“Untuk mantan Bajingan seperti aku”

“Kau pesimis bahkan sebelum dia bergerak”

“Lalu aku harus apa? Aliya akan marah besar jika tau semua ini. Belum lagi kemungkinan terburuk dia pergi dari hidupku” ujar Jimin putus asa.

“Dia tidak Setega itu. Kalian sudah menikah dan itu hanya masa lalu. Dia pasti mengerti”

“Itu doaku untuk saat ini” Lirih Jimin memohon pelan.


To be continued

Secara singkat ya. Kalau lancar akan jadi projects ebook selanjutnya🥰

All About Sex! 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang