Beautiful Day

3.2K 215 12
                                    

Happy Reading

+

Menikmati kehidupan sambil membaca, saya mencoba membagi tugas antara penikmat dan pencetus. Semoga ini tidak membosankan.

See U.

Keep 200 like ya.

+

"Ji sudah aku bilang cuci tangan dan kaki dulu sebelum menyentuh Jeno" Aliya mulai rutinitas ngomel jika Jimin pulang. Selalu argumen menggelegar untuk kebiasaan buruk Jimin yang selalu mengabaikan peringatan Aliya.

"Sayang aku hanya mencium dia" dalih yang selalu disuarakan Jimin untuk usiran Aliya yang kesekian kalinya.

"Aku tidak peduli, bersihkan dulu dirimu" ketus Aliya yang meraih Jeno yang duduk anteng dikarpet bulu kamar. Aliya meninggalkan Jeno sebentar untuk mengambil ponselnya di meja rias tapi si pengganggu itu datang dan langsung menyerbu Jeno.

"Oke" jawab Jimin lesu dan menuju kamar mandi. Perintah Aliya adalah Pesan Tuhan dan Jimin tidak mau hari ini menjadi hari terakhir dalam hidupnya dengan tidak patuh pada istrinya.

Aliya menggeleng pelan melihat langkah gontai Jimin, apa susahnya kekamar mandi sebentar untuk cuci tangan dan kaki. Selalu saja ada alarm yang harus terdengar.

"Sudah. Apa lagi" Jimin muncul dari balik pintu dengan wajah sedikit kesal, jas tadi yang dipakai sudah lepas, menyisakan kemeja putih dengan dasi kendor serta dua kancing atas kemeja itu terbuka. Lengan kemeja itu digulung sampai siku, belum lagi rambut berantakan Jimin sedikit basah. Jimin terlihat menggoda. Ehem.

"Begitu kan tampan" puji Aliya, serius Jimin tampan.

"Modus" ketusnya dan menghampiri dua malaikat hidupnya.

"Mau ikut papa?" Jeno menggeleng dan mengeratkan pelukannya pada leher Aliya.

"Huh selalu saja begitu" ketus Jimin dan mengusap rambut tebal Jeno. Aliya tertawa dan mengusap punggung Jeno. Dari tadi Jeno tidak mau lepas darinya.

"Mau makan malam apa?" Tawar Aliya untuk mengurangi kekesalan Jimin karena Jeno yang menolak dirinya.

"Apapun yang kau siapkan sayang" jawab Jimin seadanya sambil mencium bibir Aliya kilat. Aliya tersenyum dan mengusap pipi Jimin yang berisi. Aliya memang menunjukkan kemajuan untuk memasaknya dalam 1.5 tahun ini. Berbeda dengan dulu. Jari Aliya tidak lagi kaku seperti pertama kali mereka menikah.

Tentu saja dengan perjuangan dan usaha Aliya akhirnya bisa masak tanpa kendala. Aliya memanfaatkan waktu luangnya untuk

"Baiklah, ajak dulu Jeno ditangan aku akan siapkan makan malam"

"Kau tidak lupa kan beberapa detik yang lalu dia menolakku" Aliya terkekeh dan mencium bibir Jimin singkat.

"Dan pasti kau tau bagaimana cara membuat Jeno ikut denganmu" Jimin tersenyum manis dan mengangguk.

"Baiklah Boy bukan waktunya menolak Papa" Jimin langsung meraih Jeno dan langsung membawanya kabur, Aliya bisa mendengar teriakkan Jeno dan tiba-tiba berhenti dengan suara tawa yang nyaring.

Dasar Jimin.

+

Mengawasi Jeno yang tengah lelap tertidur adalah kebiasaan menyenangkan Aliya, melihat bayi ini beberapa kali menggeliat dalam tidurnya. Aliya tidak tau waktu berlalu begitu cepat hingga hasil Sperma Jimin akan membentuk bayi ini.

Jeno tinggal dikamar yang berbeda dengan mereka, Jimin membiasakannya saat Jeno berumur 3 bulan, Aliya sempat protes dan bahkan mereka sempat bertengkar tapi bukan Jimin jika tidak bisa meyakinkan Aliya. Setelah perang dingin untuk beberapa hari akhirnya Jeno tidur di kamarnya. Awalnya susah tapi lama-lama anak ini terbiasa. Tentu saja dengan monitor Aliya penuh, tapi kadang-kadang Jeno juga tidur dengan mereka. Aliya tidak mau melewatkan masa kecil Jeno. Bayi diusia seperti ini sangat menggemaskan.

"Sudah memandanginya?"

Ayah satu anak itu muncul dari balik pintu dengan wajah sedikit ditekuk, menunggu istrinya dikamar dan tidak kunjung datang membuat Jimin menyusul. Aliya berjanji hanya akan mendongengkan Jeno dan kembali tapi sudah 2 jam Jimin menunggu wanita itu tidak kembali.

"Ji..." Aliya tersenyum malu dan membenarkan selimut Jeno lalu mencium kening putranya.

"Mama mencintaimu..." Aliya meninggalkan Jeno lalu menyalakan lampu tidur dan menghampiri Jimin yang masih berdiri di ambang pintu.

"Malam jagoan Papa..." Jimin menarik Aliya keluar tidak lupa mematikan lampu kamar Jeno.

"Kau melupakan aku lagi huh" Aliya tertawa dan mengikuti langkah Jimin. Tidak sabaran sekali

Mereka sudah sampai dikamar dan tentu saja Jimin membawa Aliya untuk berbaring diranjang, Aliya menurut ingin melihat apa yang Jimin lakukan lagi.

"Begini lebih baik" Jimin membaringkan kepalanya di dada Aliya, usapan rambut dirasakan Jimin sebagian balasan dari pelukan ini

"Kenapa?"

"Aku hanya merindukanmu" jawab Jimin sekenanya.

"Kau aneh, setiap hari kita bertemu..."

"Tidak setiap detik" sela Jimin cepat.

"Jangan mulai masalah Ji"

"Aku tau" Jimin mengeratkan pelukannya dan menghirup aroma tubuh Aliya. Candu dan Jimin tidak akan pernah melupakan ini. Mata Jimin menggelap dan bagian bawahnya mulai bereaksi akan harum tubuh Aliya. Apalagi dada Aliya terasa sangat nyata tanpa bra. Ini semakin membuat Jimin kehilangan kesadarannya.

"Sayang..." Suara berat Jimin membuat Aliya menegang, serius memang bukan yang pertama tapi selalu membuat Aliya merinding saat Jimin sudah siap untuk memulai bertempur.

"Ji...." Aliya menginstruksikan saat Jimin membuka kancing baju tidurnya.

Jimin membau dan wanginya semakin semerbak, hanya 3 kancing yang dibuka dan memperlihatkan belahan dada Aliya, ukuran dada Aliya semakin besar sejak menyusui Jeno, asi ekslusif selama 2 tahun, masih lama untuk melihat Jeno menyusu pada Aliya dan Jimin tidak bisa menghentikan kecemburuannya meskipun Jeno anak kandungannya.

"Ya...." Tangan Jimin semakin berani saat meraba bagian bawah Aliya yang tertutup selimut, meraba penuh afeksi pada bagian itu hingga Aliya menggeliat tidak nyaman, Jimin sedikit memberikan ruang untuk Aliya membuka kakinya sedikit lebar dan Jimin dengan leluasa mengusapnya.

Aliya mendesah merdu dan Jimin suka itu, usapannya semakin intens saat mendengar suara Aliya yang semakin keras. "Kau suka sayang..."

"Ephmmm...." Hanya geraman yang Jimin dengar dan ini lampu hijau, Jimin menyingkap selimut mereka dan fokus pada Aliya. Mata istrinya sudah berkabut gairah.

Malam ini akan jadi panjang untuk mereka.

"Kau harus memohon malam ini sayang..." Jimin mematikan lampu samping nakas hingga kamar jadi gelap. Satu persatu kain itu terlempar Malang oleh tangan dan lagi Aliya hanya menjadi pasif akan permainan Jimin.

Jelas Aliya tidak bisa didominasi tapi mendengar suara lirih Jimin akhirnya Aliya menyerah.

"Jadilah penurut setidaknya untuk malam ini, aku ingin melihatmu anggun di bawahku"

"Kau curangggggg....."

Oke this Beautiful Day.

Mari biarkan mereka membahas proposal untuk adik Jeno. Privasi ya🥰

 Privasi ya🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
All About Sex! 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang