Your Dark Life!

140K 3.9K 311
                                    


Happy Reading.

°

Tanganku terulur untuk mengusap kening Jimin dengan pelan. Matahari sudah naik dan tidak ada dari kami yang beranjak dari tempat tidur, Jimin masih tertidur pulas sambil menjadikan dadaku bantalnya. Yah dari semalam Jimin tidak bergerak. Terus memeluk pinggang ku dan menjadikan dadaku bantalnya. Aku diam dan membiarkan Jimin tidur. Mengingat kejadian semalam aku mengulum senyum manis.

Kejadian semalam terus berputar seperti kaset film dan aku tidak bisa menyembunyikan semburat merah dipiku. Demi Tuhan aku bisa gila mengingat sikap manis Jimin padaku. Tidak sedetikpun aku lupa pada ucapan dan perilaku manisnya. Apalagi dengan kata-katanya semalam.

"Berjanjilah kau akan menjadi wanita terakhir dalam hidupku. Entah bagaimana caranya aku ingin hanya kau yang menguasai hatiku" rasanya aku ingin menjerit penuh kebahagiaan mengingat ucapannya. Sungguh baru kali ini aku diperlakukan manis oleh seorang laki-laki yang bukan keluarga ku. Dia laki-laki asing yang menjadi suamiku dan berhasil membuatku melayang hanya karena ucapan dan tindakannya.

"Jadi masih merona Hem?" Aku menunduk dan menatap Jimin. Matanya masih terpejam tapi dia bersuara. Tapi suaranya masih sangat serak. Aku yakin dia baru bangun tidur.

"Matahari sudah naik Ji! Kau tidak mau bangun Hem?" Jimin menggeleng dan semakin mengeratkan pelukannya pada pinggangku. Aku hanya diam dan membiarkan Jimin melakukan apapun yang dia inginkan.

"Kau tidak lapar Hem?" Jimin mendongak menatapku dan menggeleng. Menarik wajahku dan menyatukan bibir kami. Jimin hanya melumatnya dengan lembut dan melepaskan itu.

"Bibirmu sudah lebih dari cukup" aku terkekeh dan menggesekkan hidung kami.

"Dasar. Sepertinya kau lebih cocok disebut perayu ulung dari pada CEO!" Jimin tertawa dan mengeratkan pelukannya pada pinggangku.

"Kau lapar?" Aku mengangguk. Perutku sudah berbunyi dari tadi. Rasanya sungguh melilit. Tapi melihat Jimin yang tidur aku tidak tega.

"Kita sarapan dulu. Nanti kita jalan-jalan" aku mengangguk dan Jimin melepaskan pelukannya.

"Aku akan memesan private room untuk kita. Makan disini saja ya?" Aku mengangguk tanpa banyak protes. Lebih baik aku segera makan dari pada pingsan karena kelaparan.

"Ji aku Mandi dulu!" Jimin mengangguk tanpa menoleh dan aku menuju kamar mandi.

"Jangan lupa siapkan bajuku" aku mengangguk dan menuju kamar mandi.

Aku mandi dengan tenang, aku sudah ingat untuk mengunci pintu kamar mandi, aku hanya mengantisipasi jika Jimin tiba-tiba masuk kekamar mandi. Hanya butuh waktu 10 menit untukku mandi, kuraih Bathrobe dan keluar dari kamar mandi. Kulihat Jimin sibuk dengan ponselnya, tumben dia memegang ponsel seserius itu. Biasanya juga biasa saja. Biarkan saja lah, Aku tidak terlalu peduli dan mengambil pakaian ku.

"Ji aku sudah selesai. Kau cepatlah mandi!"

"Hem!" Jimin hanya berdehem dan aku langsung menatapnya. Ku letakkan pakaian ku disofa dan menuju Jimin. "Kau sibuk apa?" Jimin mematikan telfonnya dan menggeleng capat, ada yang aneh diwajahnya, dia seperti pucat. Menatapku dengan lembut dan menarikku dalam pelukannya. Jimin menyempatkan untuk mencium rambutku.

"Aroma mawar. Pantas baunya menyengat" aku ingat dengan kata-kata Jimin yang mengatakan jika dia suka wangi mawar dan aku memang menggunakan aroma itu. Entah itu sampo atau sabun.

"Mandilah. Aku sudah lapar!" Jimin mengangguk dan melepaskan pelukannya. Tentu setelah mencuri satu ciuman dariku. Aku mendesis dan memukul lenganya.

All About Sex! 21+Where stories live. Discover now