Saat berita pernikahan ku dan Jimin ditetapkan, Taehyung Oppa datang dan mengatakan jika Jimin adalah temannya. Aku yang saat itu emosi tidak mendengarkan ucapannya sama sekali. Aku justru mengusirnya dan sempat melempar dia dengan sepatuku. Setelah itu Taehyung Oppa kapok dan tidak mau membahas Jimin didepanku lagi. Mereka bertemu saat pernikahan kami dan itu juga pertemuanku yang pertama dengan Jimin.

"Kufikir kau lupa dengan temanmu" Jimin memajukan bibirnya lucu dan itu berhasil membuatku terkekeh. Aku baru tau jika dia punya kebiasaan memajukan bibirnya sebelum menjawab pertanyaan.

"Tidak semua kuingat juga. Hanya yang dekat-dekat saja" aku diam mendengar suaranya. Membiarkan jemariku terus diremasnya. Terserahlah, yang penting dia tidak menyakiti jariku.

"Aliya?"

"Hem?"

"Puncak dadamu tidak sakit?" Pertanyaan Jimin berhasil membuatku kesal. Mengingat kejadian tadi sore aku jadi kesal dan hampir saja memukul kepala kecil Jimin. Ya Tuhan suamiku seperti orang kesetanan tadi.

Aku membiarkan Jimin terus menyusu, padahal jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Terhitung 1.5 jam Jimin tidak melepaskan puncak dadaku. Agak nyeri karena Jimin terus menyesapnya, tapi rasanya sungguh gila. Mendengar dia menyesap dan memainkannya seperti bayi membuatku membiarkan dia bermain. Lidahnya terus berputar-putar dan bibir tebalnya tidak berhenti bersuara.

"Ji keram!" Aku meringis saat rasa keram mulai menjalar pada dadaku, Jimin bekerja dengan aktif. Mulut dan jari terus saja menyiksa dadaku, rasanya sungguh! Jimin sialan.

"Sakit?" Bibir Jimin berhenti menyesap dan mendongak menatap ku. Aku mengangguk tanpa bersuara, kami masih ada dimeja makan dan aku duduk dipangkuan Jimin.

"Ini sudah lebih dari 1 jam. Rasanya sakit!" Aku melihat kondisi puncak dadaku yang sudah berubah menjadi sedikit kemerahan. Jelas ini karena sesapan Jimin, puncak dadaku berwarna kecoklatan. Jimin menghela nafas dan menyisir rambutnya kebelakang. Yah kebiasaan Jimin jika sedang kesal.

"Tapi aku belum puas!" Aku menunduk dan terus melihat kondisi puncak dadaku. Agak ngeri mendengar ucapan Jimin.

"Ini tidak ada rasanya dan tidak ada apa-apa. Apa yang kau nikmati?" Jimin menarik pinggangku agar lebih merapat dan mencondongkan wajah kami.

"Kau tidak tau. Rasanya manis!" Aku hanya diam dan membiarkan Jimin mengecup bibirku beberapa kali. Melumatnya pelan dan melepaskannya. "Tapi sakit. Ini mulai keram dan bagaimana jika putus!"

"Tidak mungkin! Aku tidak mengigitnya" Jimin memang tidak menggigitnya, hanya sesapan lembut dan terus menerus. Tapi aku juga tidak tahan jika seperti ini.

"Boleh aku menawarkan hal lain untuk kusesap?" Tawaran lain? Sejauh aku mengenal Jimin pasti tawaran itu akan sangat menguntungkan Jimin dan merugikan aku! Tidak Aliya, kau tidak boleh mengiyakan itu.

"Tidak. Penawaran mu pasti akan sangat merugikan aku. Tidak seperti pagi tadi, aku tidak memasak kau justru mengajakku bermain diatas ranjang dan itupun sampai jam 10, belum lagi sebelum ini saat dikamar mandi" tolakku ketus dan Jimin tertawa. Mengusap pipiku lembut.

"Kau tau saja!"

"Memangnya tawaranmu itu apa? Mau apa lagi yang kau sesap hah?"

"Lubang kecilmu. Rumah adikku!" Dan aku memekik mendengar jawaban sialan Jimin. Dia gila hah?

"Dasar Sialan" Jimin tertawa lepas dan membawaku dalam gendongannya. Langkahnya menuju kamar kami, entahlah apa lagi yang akan pria mesum ini lakukan.

"Baik-baik aku tidak akan melakukannya. Lagi pula aku juga baru mengobatinya tadi masa kurusak lagi" aku mendengus saat Jimin membaringkan tubuhku diatas ranjang. Menindih tubuhku dan memainkan wajahku.

"Bagaimana dengan hidung? Bibir?" Kuteloyor kepala Jimin saat mendengar pertanyaan vulgarnya. Kapan dia berhenti.

"Bagaimana jika aku yang menawarkan ini. Aku akan menyesap dan mengigit Nipple mu sampai putus. Bagaimana hah?" Tawarku sadis. Dia harus tau rasanya, sakit bodoh.

"Boleh. Asal nanti adikku boleh mengunjungi rumahnya. Bagaimana? Semalaman? Dia harus berada dalam sarangnya? Bolehkan?"

"Park Jimin!" Jimin tertawa dan menelusupkan wajahnya keceruk leher ku. Ya Tuhan pria ini benar tau caranya membuat mainan baru.

"Aku pilih ini saja" akhirnya Jimin kembali dengan kegiatan-kegiatannya. Menciumbui tubuhku, dan sekarang sasarannya adalah leher. Dia sialan!

"Sudahlah!" Jimin mengerti dengan ekspresi ku. Tentu saja kesal, aku selalu dijadikan mainannya dari tadi pagi.

"Tidak ada jatah selama 1 Bulan! Tidak ada adik-adikan dan tidak ada sesap-sesapaan. Kau tidur diluar" sentakku kesal tapi justru Jimin tertawa.

"Benarkah? Jangan-jangan nanti pulang dari pesta minta ditiduri? Minta dimasuki, minta dicumbu" mendengar ucapannya itu semakin ngawur akhirnya tanganku bekerja, jelas Jimin harus menahannya.

"Aliya sakit akhh" kucubit perut Jimin dengan keras dan kasar. Biar dia tau rasa sakitnya.

"Aliya akhj sakit!"

Pestanya meriah dan benar ada Taehyung Oppa dan Lisa Eonni disini. Keduanya hadir dan kami tengah berkumpul bersama. Jimin tidak bergabung bersama kami, dia menyapa temannya dan aku tidak ikut. "Jadi bagaimana?" Pertanyaan Taehyung Oppa hanya kujawab delikan bahu acuh.

"Hais pernikahan kalian seperti apa?" Tekan Taehyung Oppa. Dia memang agak cerewet jika menyangkut aku.

"Kami menjalankannya tentu saja. Lagi pula ini pernikahan" kulihat Taehyung Oppa tersenyum dan mengangguk. Sepertinya dia senang dengan jawaban ku.

"Ah sepertinya kalian membicarakan hal yang menarik?" Jimin datang begitu saja dan merangkul pinggangku. Memeluknya posesif dan aku hanya tersenyum tipis.

"Hais kau langsung saja serobot" Jimin terkekeh dan dengan berani mengecup pipiku didepan kedua orang ini. Keduanya jelas melongo dan aku juga. Apa-apaan Jimin?

"Yakh" Jimin tertawa dan mengeratkan pelukannya.

"Mana yang salah? Kau kan istriku! Benarkan Tae?" Kulihat Taehyung Oppa Mengangguk kaku dan aku hanya menggeleng. Jimin menyebalkan.

"Lagi pula~~~"

"Jimin!" Ucapan Jimin tersela karena ada seorang perempuan yang datang dan tiba-tiba merangkul Jimin. Apa-apaan dia?

"Lama tidak bertemu! Bagaimana kabarmu Chimy? Kau baik-baik saja kan? Oh ada Taehyung juga? Bagaimana kabarmu Tae?" Aku jijik mendengar pertanyaan wanita itu. Suaranya menggelikan, dan lagi dia juga mengenal Taehyung Oppa? Mereka teman.

Tunggu dulu, Chimy? Kenapa dia memanggil Jimin seperti itu? Apa mereka begitu dekat!

"Aku merindukanmu Chimy!"

Chuu! Kami melongo melihat wanita itu dengan berani mencium pipi Jimin. Rasanya emosi mulai menyulut ku. Dengan kasar kulepaskan tangan Jimin dan menarik kasar tangan wanita yang menggenggam tangan Jimin.

Tanganku terayun menampar pipi mulusnya, dia kaget dan begitupun 3 orang ini. Aku tidak peduli, Dia berani mencium pipi suamiku? Sialan.

"Jaga tingkahmu jalang. Dia suamiku!" Aku berteriak tepat didepannya, emosiku sudah sampai ubun-ubun.

"Sialan!" Aku menghempaskan tangan Jimin yang menahanku dan berlalu begitu saja. Aku benci ada disini, apalagi ada penggoda itu. Sialan!

"Aliya tunggu!" Aku mendengar Jimin memanggilku tapi percuma, aku sudah emosi sendiri.

Pesta sialan!

Tbc.

All About Sex! 21+Where stories live. Discover now