Stupid Girls.

511K 7.3K 745
                                    

Happy Reading.

Dihadapan dengan berbagai jenis bahan makanan membuat Aliya mati kutu, tanganya bergetar saat akan menyentuh pisau. Belum lagi tatapan mata Jimin yang memperhatikannya.

Keduanya memang memutuskan untuk tinggal terpisah dengan orang tua, hidup sendiri di Rumah Kecil yang Jimin beli. Tidak menggunakan jasa Pembantu atau yang lainnya. Jimin ingin Aliya mengurus rumah sambil kuliah. Itu mutlak sebagai syarat jika Aliya ingin kuliah lagi.

Pagi setelah mandi dan menyegarkan tubuhnya, Jimin menyuruh Aliya masak. Jelas Aliya gelagapan. Menginjak dapur dirumahnya saja tidak pernah dan ini harus memasak.

Mustahil!

°

Demi Tuhan situasi apa ini? Bagaimana bisa aku memasak jika menyentuh pisau saja aku tidak pernah. Dan demi Tuhan kenapa juga Jimin ada disini? Itu akan semakin mempersulitku.

Sialan! Kenapa aku tidak belajar tentang dapur dari dulu. Lihatlah sekarang? Aku jadi orang bodoh didepan suamiku yang ingin makan masakanku. Masak ramen saja aku tidak bisa. Aku gila.

"Jadi?" Suara Jimin pelan tapi cukup menganggu. Aku tau dia mengunggu tapi apa juga yang ditunggu. Aku saja tidak bisa melakukan apapun.

"Aku tidak bisa masak!" Malu, mengatakan itu sama saja menjatuhkan harga diriku, tapi ini memang kenyataannya. Aku tidak bisa memasak.

"Belajar. Kau harus bisa menyiapkan makanku. Entah itu sarapan, makan siang dan makan malam. Semua makanan ku harus kau yang memasak dan dengan tanganmu sendiri. Itu mutlak"

Kepalaku pusing mendengar ucapan Jimin, itu hanya kata-kata sederhana tapi sudah membuatku pusing. Rasanya ribuan balok menimpuk kepalaku. Sialan.

Hanya karena makanan aku jadi orang bodoh didepannya. Stupid Girl. "Akan ku coba!" Aku hanya bisa mengatakan itu. Aku tidak mungkin melakukan pembelaan apapun, karena pada dasarnya aku memang tidak bisa. Aku tidak bisa masak.

"Hari ini kutoleransi. Tapi tidak untuk besok, ganti bajumu. Kita keluar mencari makan. Rasanya cacing diperutku tidak akan berhenti berteriak jika tidak diisi" aku mengangguk samar dan berlari kearah kamar. Aku tidak mau semakin mempermalukan diri didepan Jimin. Hari ini cukup.

"Bodoh kau Aliya!"

°

Hanya makanan sederhana dicafe pinggir kota, makanan sederhana yang mengisi perut kami. Jimin bilang ini sarapan sehat, tapi sepertinya Jimin harus meralat Ucapannya. Ini bukan sarapan lagi, tapi makan siang. Ini bahkan sudah pukul 12 siang. Salah Jimin sendiri terlalu lama dikamar tadi.

Kami hanya makan, tidak berbicara juga tidak saling menatap. Aku sibuk dengan fikiranku dan Jimin sibuk dengan makanannya. Aku agak terbebani dengan kata-kata Jimin mengenai makanan tadi.

Bagaimana bisa aku melakukan itu, ini mustahil. "Berhenti memikirkan itu. Kau seperti orang bodoh!"

Dan aku hanya diam. Ucapan Jimin sungguh membuatku tertohok, tidak bisa membalas karena itu kenyataannya.

"Baca ini!" Jimin memberikan sebuah brosur dan berada tepat disamping makananku. Tulisannya membuat aku sedikit tertarik.

Kursus memasak? Apa mungkin? Tapi tidak salah dicoba.

All About Sex! 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang