24 Hours Meet You

Mulai dari awal
                                    

Selama satu jam kedua manusia itu tak ada yang berusaha membuka pintu gudang itu lagi. Mereka terlihat lelah. Percakapan pun tak ada yang terdengar, bahkan keduanya tak tahu nama masing-masing. Si wanita memejamkan matanya sebentar. Ia melirik pria itu yang sedang memejamkan matanya.

"Per—permisi"

Pria itu membuka matanya, ia mengernyit.

"Apa tak ada jalan keluar lagi?"

"Kalau ada, aku tidak akan diam saja"

Jawaban yang singat itu membuat wanita itu mengerucut. Tiba-tiba saja ia teringat dengan zaman modern sekarang ini. Bukankah ia memiliki telepon. Segera ia meronggoh kantung celananya, mengambil benda beradiasi itu.

Jari-jarinya bermain diatas layar itu. Setelah menemukan nama 'Nayeon' di kontaknya, segera ia menelepon pemilik nama itu. Lontaran kata-kata diucapkannya dalam hati, berharap wanita itu mengangkat teleponnya dan membantu dirinya. Namun kesialan terus menghantuinya, sayangnya tak ada jawaban dari pemilik nomor itu. Tapi wanita itu bersisikeras mencari bantuan dari yang lain.

Disisi lain, pria itu hanya diam menatap wantia itu datar. Ia memutar bola matanya malas. "Apa kau akan seperti itu?" ujar pria itu.

Wanita itu menoleh, "aku sedang berusaha" lalu ia kembali sibuk dengan teleponnya.

"Jaringanku tak ada, kenapa kau bisa ada?"

Pertanyaan itu membuat wanita itu spontan menjatuhkan teleponnya. "Jadi sedari tadi tak ada jaringan? Lalu bagaimana dengan kita?"

Pria itu berdecak. "Ya seperti ini"

Wanita itu menekukkan kedua lutunya, lalu ia menenggelamkan kepalanya diantara kedua kakinya. "IBU!"

Pria itu terkejut mendengar teriakan yang nyaring itu. "Ya! Jangan berisik. Mau kau berteriak ataupun menjerit tak akan ada yang bisa mendengarnya" kesal pria itu.

Wanita itu mendongak, ia menatap pria itu nanar. "Lalu bagaimana? Apa kita akan terkurung disini selamanya?"

Pria itu hanya mengedikkan bahunya, hal itu membuat wanita itu kembali menenggelamkan kepalanya, menangis dalam diam.

14.00 pm

"Aku tak bisa seperti ini terus!"

Pria itu membuka matanya kembali, ia memperhatikan wanita itu yang berdiri mencoba mendobrak pintu itu. Ia menggelengkan kepalanya beberapa kali.

"Aku saja tak sanggup, bagaimana kau?"

Wanita itu berbalik. "Lalu bagaimana?!"

"Ini ketiga kalinya kau menanyakan hal itu padaku. Sekali lagi aku katakan, jika aku bisa, aku juga tak akan diam seperti ini" jujur pemuda itu diakhir helaan nafasnya.

Wanita itu menundukkan kepalanya, ia menggigit bibir bawahnya, rasa takutnya mulai datang.

Pria itu berdiri dari duduknya, ia menepuk bokongnya membersihkan debu-debu yang lengket. Kemudian ia berjalan mendekati pintu itu. Perlahan ia mendekati kupingnya ke pintu itu. Yang ia dengar suara hening, tak ada siapa pun di luar sana.

"Siapapun diluar sana, tolong kami!" teriak pria itu.

Wanita itu mendongak, ia pun ikut berteriak dengan kuat. "IYA! Siapapun diluar sana, tolong kami, tolong!!" jerit wanita itu.

Beberapa kali mereka menjerit, tapi tak ada yang mendengarnya. Hingga pria itu berhenti merasa lelah, kerongkongannya pun terasa kering.

"Tolong! Ada orang terkurung disini!!" jerit wanita itu.

Just Junghyo✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang