74. Alasan aku belum menjawab

Bắt đầu từ đầu
                                    

"Enggak, pokoknya tidur di rumah."

"Aku sudah booking hotelnya, Gav."

"Aku ganti uang kamu."

"Ini bukan soal uangnya."

"Terus soal apa? Kamu takut aku bakalan lepas kendali ke kamu sampai melecehkan kamu?"

Meskipun Gadis tahu bahwa itu salah satu alasannya namun tak mungkin juga ia mengatakan secara jujur kepada Gavriel. Bisa-bisa ia dianggap perempuan yang pick me sekali.

Diamnya Gadis sudah diartikan sebagai jawaban bahwa apa yang baru saja Gavriel sampaikan adalah benar adanya. "Kalo memang itu yang kamu takutkan, seharusnya kamu sadar kalo kesempatan aku untuk melakukan itu ke kamu banyak sekali tapi enggak pernah aku lakukan selama ini karena aku menghargai kamu."

Tidak mau berdebat lebih lama lagi, kali ini Gadis memilih mengalah kepada Gavriel. "Okay, aku tidur di rumah kamu malam ini."

Sebuah senyuman lebar menghiasi wajah Gavriel. Melihat itu bukannya membuat Gadis ikut bahagia yang ada dirinya justru memegang keningnya yang tiba-tiba menjadi pusing karena mambayangkan apa yang akan ada di benak para tetangga Gavriel besok pagi. Bagaimanapun juga dirinya bukan pasangan Gavriel tetapi tinggal satu atap meskipun ada Leander diantara mereka nyatanya tak membuat Gadis merasa lebih baik.

Kini saat mobil Gavriel memasuki halaman rumah, tampak di jalan depan rumah Gavriel, mobil milik Wilson masih ada di sana. Gavriel bersyukur karena sepertinya Wilson tak sampai mengundang Adit untuk menemaninya. Tanpa berbasa-basi, Gavriel segera mengajak Gadis masuk ke rumah terlebih saat ini sudah pukul satu dini hari.

Sepi dan gelap. Gavriel cukup heran kenapa ruang tengah keadaannya seperti ini.

"Gav, si Wilson ke mana?" Tanya Gadis dari belakang tubuh Gavriel.

"Enggak tahu, Dis."

"Dia enggak kabur ninggalin Leander sendirian di rumah ini 'kan?" Sejujurnya inilah yang ditakutkan oleh Gadis dan ia tidak bisa menutupi kekhawatirannya.

Tidak sabar menunggu jawaban dari Gavriel yang memilih mengeluarkan handphonenya untuk menghubungi Wilson, Gadis segera menuju ke arah tangga. Tanpa mempedulikan sekitarnya yang gelap, Gadis menaiki tangga dengan setengah berlari dan menuju ke kamar Gavriel. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Gadis segera membukanya. Betapa terkejutnya Gadis  yang kini melihat Wilson tidur diatas ranjang Gavriel bersama Leander yang tidur dengan posisi kakinya berada di depan bibir Wilson. Andai saja ia tidak sepanik tadi kala memikirkan Wilson yang mungkin meninggalkan Leander sendirian di rumah ini, Gadis pasti bisa tertawa dengan apa yang terlihat di depannya ini.

Suara orang berdeham dari arah belakang tubuh Gadis berhasil membuat bulu kuduk Gadis meremang. Pelan-pelan ia membalikkan tubuhnya dan ia cukup terkejut karena melihat Gavriel menjulang tinggi di hadapannya.

"Gav, jangan bikin orang jantungan!" ucap Gadis dengan suara pelan.

Cengiran di wajah Gavriel membuat Gadis justru membelalakkan matanya.

"Galak banget sih, Dis."

"Teman kamu malam-malam bikin ovrthingking."

Gadis lalu berlalu meninggalkan Gavriel menuju ke arah tangga. Sebelum menyusul Gadis, Gavriel menutup kembali pintu kamar ini. Begitu berhasil menyusul Gadis saat berada di tangga, Gavriel sudah tidak tahan untuk menanyakan apa yang tadi ingin ia tanyakan saat Gadis ada di depan pintu kamarnya.

"Kamu kayanya sudah anggap Lean beneran kaya anak sendiri ya, Dis?"

"Kelihatannya gimana?"

"Kelihatannya seperti yang aku bilang barusan, cuma aku perlu memastikan saja."

Gadis menghentikan langkah kakinya kala ia berada di lantai satu. Ia tunggu Gavriel hingga laki-laki itu berada di sampingnya. Begitu Gavriel ada di sampingnya, Gadis segera membalikkan tubuh untuk menghadap Gavriel.

"Gav?"

"Ya?"

"Seorang wanita bisa dipanggil ibu itu bukan hanya karena dia bisa hamil saja. Tapi lebih dari itu. Ibu itu adalah seorang wanita yang mau merawat, mendidik dan menjaga anaknya sepanajang hidupnya. Rela mempertaruhkan semuanya bahkan nyawa untuk anaknya. Karena ibu itu seperti atmosfer yang melindungi bumi."

Mendengar perkataan Gadis ini, Gavriel hanya bisa mengerjakan kedua matanya beberapa kali. Meskipun saat ini suasana di sekitar mereka gelap, Gavriel bisa melihat sebuah air mata yang mengalir di pipi Gadis. Baru juga Gavriel akan mengangkat tangannya untuk menghapus air mata itu, tapi Gadis sudah menghapusnya lebih dulu dengan jari jemarinya.

"Setiap wanita yang sudah berjuang untuk memiliki keturunan tetapi takdir berkata lain seperti aku ini, pasti menginginkan ada yang memanggilnya ibu. Aku enggak tahu arti Lean buat kamu itu seperti apa, tapi buat aku kehadiran dia itu seperti sebuah cahaya pagi yang hangat setelah hujan badai di malam hari."

Astaga,
kenapa pertanyaan ringan dan sederhana yang iseng ditanyakan olehnya membuat Gadis menjadi sebaper ini menjawabnya?

Sebuah suara isakan kini bisa Gavriel dengar. Andai bisa, rasanya dirinya ingin menarik tubuh Gadis dan memeluknya seerat mungkin. Gadis yang biasanya terlihat tegar, percaya diri dan berani kali ini terlihat sebaliknya. Bahkan saat Gadis menceritakan keruwetan rumahtangganya dengan Pradipta saja, Gadis tidak terlihat 'sekalah' ini.

"Alasan aku belum menjawab semua ungkapan perasaan kamu karena aku belum tahu bagaimana pandangan kamu mengenai sebuah pernikahan terlebih tentang keturunan. Di satu sisi aku merasa bahagia karena ada orang yang menyayangi aku dengan tulus tapi di sisi lain aku tidak yakin bahwa aku bisa memberikan kamu keturunan. Selama dua tahun aku sudah promil rutin ke dokter tapi belum ada hasilnya sama sekali. Lebih baik kamu coba pikirkan lagi secara baik-baik mulai dari sekarang, Gav sebelum semua terlambat."

Setelah mengatakan itu, Gadis memilih berjalan ke arah dapur untuk mengambil minum. Rasanya ia membutuhkan air putih untuk membuat hatinya merasa lebih baik. Ia tak tahu bagaimana reaksi Gavriel setelah mengetahui alasan sebenarnya ia belum juga memberikan jawaban atas ungkapan rasa cinta Gavriel. Gadis tak ingin Gavriel kecewa di kemudian hari karena memilihnya yang mungkin tidak bisa memberikan keturunan. Meskipun ia tahu di jaman saat ini banyak sekali orang yang memilih child free tapi Gadis yakin jika Gavriel bukan orang yang menganut paham tersebut. Dari cara Gavriel memperlakukan Leander saja Gadis bisa tahu bahwa laki-laki itu tentunya menginginkan anak jika sampai ia berhasil memiliki pasangan dan menikah.

***

From Bully to Love MeNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ