22. Tak semudah itu meminta tolong padanya

4.2K 341 4
                                    

Gavriel menatap jam tangan yang melingkari tangan kirinya. Sejak tadi ia menunggu Alena yang tak kunjung kembali ke rumah sakit. Sejujurnya ia sedikit khawatir karena temannya itu baru sekali ini menginjakkan kakinya di Bontang.

"Lo kenapa sih, Gav?" Tanya Gadis karena ia mulai merasa terganggu dengan kegiatan Gavriel yang sejak tadi keluar masuk ruang perawatannya.

"Alena enggak balik-balik. Dia ke mana, ya?"

"Lagi marah sama gue. Makanya enggak bakalan dia mau balik ke sini."

Gavriel berhenti berjalan dan kini ia menatap Gadis yang sedang menonton TV dengan tatapan penuh keheranan. Sejak selesai membantu Gadis berganti pakaian, Gavriel memilih diam dan tak berbicara apapun dengan wanita ini. Ia takut salah berbicara hingga membuat Gadis lepas kendali. Bahkan ia tak banyak bertanya apa-apa saat ada dokter yang mengunjungi Gadis untuk mengecek kondisinya.

"Lo berdua jangan rebutan gue. Soalnya lo berdua bukan tipe gue."

"Setelah apa yang Dipta lakukan ke gue, gue benar-benar mati rasa sama yang namanya laki-laki."

"Asal lo jangan jadi belok aja."

Gadis memilih diam dan ia memperhatikan Gavriel yang mulai sibuk dengan smartphone miliknya lagi. Gadis mencoba menimbang-nimbang apakah ia bisa meminta bantuan pada Gavriel kali ini karena Alena jelas sudah menolak untuk membantunya.

"Gav?" Panggil Gadis lagi yang sukses membuat Gavriel menoleh untuk menatap perempuan yang tanpa ia sadari sudah mengisi pikirannya sejak ia berusia 25 tahunan.

"Apa?"

"Gue bisa minta tolong sama lo enggak?"

Gavriel tahu apa yang kemungkinan besar akan Gadis minta dirinya. Ia mencoba menganggukkan kepalanya.

"Kalo gitu bisa lo duduk di kursi ini?" Tanya Gadis sambil menunjuk sebuah kursi yang ada di dekat ranjangnya.

Tanpa berbicara apa-apa, Gavriel memilih untuk segera duduk di sana. Ia memilih menunggu Gadis membuka percakapan lebih dulu. Hampir satu menit menunggu Gadis untuk berbicara namun akhirnya Gavriel tidak sabar.

"Lo mau minta tolong apaan? Kalo kelamaan gue tinggal."

"Lo mau ke mana?"

"Cari Alena. Gue takut dia kenapa-kenapa."

Gadis tahu jika musuh bebuyutannya di kantor ini sebenarnya tidak seburuk pikirannya selama ini. Apalagi Alena sempat mengatakan kepadanya jika Gavriel yang berinisiatif memanggil ambulance. Mereka tidak berani menolong langsung karena takut ada salah penanganan.

"Gue minta waktu lo lima menit aja."

"Okay, di mulai dari sekarang."

Setelah mengatakan itu, Gavriel memilih diam. Mskipun ia ingin tertawa melihat wajah Gadis yang tampak bingung namun ia menahannya.

"Gue mau minta bantuan lo untuk ambil rekaman CCTV di rumah. Terutama rekaman dari tiga hari yang lalu."

"Kenapa harus gue?"

"Karena Alena enggak mau bantuin gue."

"Gue bukan laki-laki bodoh yang mau melakukan sesuatu tanpa alasan yang jelas dan kuat. Jadi kalo lo mau gue bantuin, lo harus cerita semuanya sama gue tanpa ada yang ditutup-tutupi."

Alamak...
Andai saja Gadis bisa memutar kembali waktu, ia pastikan jika dirinya tidak akan mau meminta tolong pada Gavriel. Apalagi respon laki-laki ini seperti ini. Rasanya ia ingin mementung dirinya sendiri karena telah berharap laki-laki ini akan sudi membantunya secara cuma-cuma.

From Bully to Love MeWhere stories live. Discover now