21. Dia melihat tapi seakan buta

4.4K 344 5
                                    

"Gue sudah selesai foto lo. Terus gue mesti gimana?"

"Tolong lo balik ke rumah gue dan ambilkan rekaman CCTV untuk hari ini. Gue belum sempat ambil rekaman perdebatan gue sama Pradipta."

Satu detik...

Dua detik...

Tiga detkk....

Alena diam dngan mulut sedikit terbuka. Permintaan Gadis benar-benar di luar prediksinya.

"Wait, wait, wait... Lo minta gue balik ke rumah itu?"

"Iya, Len. Tolongin gue, ya? Sekali ini aja."

Alena menggelengkan kepalanya yang membuat Gadis memasang wajah mirip anak anjing yang sedang meminta diadopsi.

"Enggak. Gue enggak bisa. Kalo Pradipta belum waras dan dia ada di rumah, bisa-bisa nasib gue bakalan lebih buruk daripada lo."

Setelah mengatakan itu, Alena memilih keluar dari ruang perawatan Gadis. Saat ia membuka pintu kamar perawatan itu, kedua matanya langsung menangkap sosok Gavriel yang sedang duduk sambil fokus pada layar laptopnya. Sangat terlihat jelas jika temannya itu sedang fokus pada deadline pekerjaannya. Tanpa mempedulikan pekerjaan Gavriel, Alena segera menghampirinya dan duduk di sampingnya.

"Gav, lo masuk sono," Kata Alena sambil mulai menghempaskan tubuhnya di kursi besi yang langsung terasa dingin saat ia mendudukinya.

"Lo aja yang temenin Gadis. Gue tungguin di sini."

"Buruan lo masuk sebelum gue banting laptop lo!"

Seketika Gavriel langsung menoleh karena kaget mendengar suara Alena yang tedengar galak ini. Ia mengamati wajah Alena yang nampak terbakar amarah.

Sambil menutup laptopnya, Gavriel bertanya kepada Alena kenapa tiba-tiba ia jadi seperti ini? Akhirnya Alena menceritakan kepada Gavriel tentang permintaan Gadis kepadanya yang langsung ia tolak mentah-mentah.

"Gila enggak musuh lo itu, Gav? Bisa-bisanya dia nyuruh gue balik ke rumah itu. Apa dia kira enggak bahaya kalo gue masuk ke sana seorang diri?"

"Seenggaknya dari permintaan Gadis ini, kita tahu bahwa dia enggak memaafkan Pradipta. Bagus 'kan itu. Berarti sesuai sama keinginan lo."

"Rekaman itu mau buat apa? Kalo cuma lapor polisi cukup Gadis kita ajakin datang ke sana dan minta bukti buat visum."

"Gue rasa Gadis enggak sependek itu pemikirannya. Dengan kecerdasan dia, gue yakin di dalam otaknya ada rencana besar yang sedang dia susun."

"Udah deh lo aja yang masuk sana. Barangkali dia lagi butuh bantuan," Kata Alena sambil mendorong-dorong punggung Gavriel agar ia segera berdiri.

"Iya-iya. Gue masuk," Ucap Gavriel sambil mulai berdiri.

Sebelum masuk ke ruang perawatan Gadis, Gavriel memilih memasukkan laptopnya ke dalam tas ransel yang sejak tadi ia bawa.

Saat Gavriel mulai berjalan, tiba-tiba Alena memanggilnya.

"Gav?"

Gavriel memilih membalikkan tubuhnya untuk melihat temannya itu. "Apalagi sekarang?"

"Cuma mau bilang, kalo nanti si Gadis minta hal yang aneh-aneh, lo langsung tolak aja."

Gavriel memilih diam tak menjawab permintaan Alena. Entah kenapa ia justru bersemangat menolong Gadis untuk membalas dendam pada Pradipta. Bukan karena rasa cinta yang ia pendam pada Gadis, tapi baginya, perempuan yang tangguh dan tahu apa yang dia mau adalah perempuan yang patut diperjuangkan meskipun pada akhirnya mungkin bukan dirinya yang akan jadi pemenangnya.

From Bully to Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang