72. Overthinking

3.5K 460 8
                                    

"Ayah, Bunda duduk sama aku di belakang, ya?" Kata Leander ketika Gavriel sampai di dekatnya.

Gavriel menganggukkan kepalanya. Melihat Leander yang sudah bersorak kegirangan, Gavriel hanya bisa tersenyum tapi lirikan matanya tetap mengarah ke Gadis yang menjadi diam kembali. Gavriel tak akan bertanya pada Gadis jika bukan Gadis sendiri yang menceritakannya kepadanya. Kini saat mereka memasuki mobilpun hanya celotehan Leander yang terdengar. Baik dirinya maupun Gadis sama-sama diam. Mereka hanya akan membuka mulut ketika Leander bertanya saja.

Setelah lima belas menit perjalanan, suara Leander tak terdengar lagi. Gavriel mencoba mengintip dari kaca spion tengah dan tampak Gadis yang melihat ke arah luar jendela, sedangkan Leander tertidur dengan posisi kepalanya berada di pangkuan Gadis. Melihat Leander sudah tertidur, Gavriel memilih melajukan mobilnya ke arah rumahnya. Entah karena pikiran Gadis yang tidak fokus di tempat ini atau memang Gadis ikhlas begitu saja tidur di rumahnya tapi perempuan itu tidak berkomentar apa-apa.

Saat Gavriel sudah melewati pos satpam depan perumahan tempat tinggalnya,  Gadis baru menyadari jika Gavriel tak mengantarnya ke hotel.

"Gav?"

"Hmm.."

"Kok kamu enggak antar aku ke hotel dulu?"

"Lean tidur, Dis. Kamu ingat 'kan tadi dia maunya gimana?"

Gadis menganggukkan kepalanya. Beberapa saat mereka terdiam hingga Gavriel berhasil memarkirkan mobilnya di halaman rumahnya. Saat Gavriel turun dari mobil, ia langsung membuka pintu belakang mobil. Melihat Gavriel ada di hadapannya, Gadis hanya diam dan menimbang-nimbang apakah ia akan mengajak Gavriel kembali malam ini untuk ke rumah Rachel. Tetapi jika ia mengajak Gavriel, bagaimana dengan Leander? Anak ini sudah tertidur. Tidak mungkin juga ia akan membangunkan bocah itu hanya untuk ia ajak ke rumah Rachel.

"Dis?" Panggil Gavriel kala Gadis terlalu lama diam sambil menatapnya lekat-lekat.

"Ya?"

"Kamu kenapa lihatin aku begitu? Ada hal yang mau kamu bicarakan sama aku?"

Beberapa saat Gadis berpikir hingga akhirnya ia menjawab dengan suara yang terdengar penuh keraguan di telinga Gavriel. "Aku lagi menimbang-nimbang apakah malam ini aku harus ngajakin kamu atau enggak."

"Ngajakin ke mana? Kencan?"

Gadis tersenyum kecil mendengar pemikiran Gavriel ini. Kencan? Aduh, ia terlalu tua untuk melakukan hal itu. Usianya memang lebih pantas berdiam diri di rumah sambil memikirkan apa yang bisa ia kerjakan esok hari daripada buang-buang waktu ke cafe atau coffe shop hanya sekedar untuk mengobrol. Kalo hanya ingin mengobrol, dilakukan di rumah pun bisa. Kenapa juga harus buang-buang uang belum lagi harus berjibaku dengan kemacetan di jalan.

"Sudah bukan masanya, Gav punya kegiatan kaya gitu."

"Jadi kamu mau ajakin aku ke mana?"

Sambil pelan-pelan mengangkat kepala Leander lalu saat kepala Leander sudah mendarat di atas kursi penumpang belakang mobil ini, Gadis segera turun. Baru saat Gavriel mencoba mengangkat Leander dari dalam mobil, Gadis mencoba untuk menjawabnya.

"Rumah Rachel." Ucap Gadis pelan hampir seperti gumaman. Jika Gavriel tidak memasang pendengarannya dengan baik, ia tak yakin akan mendengar perkataan Gadis ini.

Gadis kira Gavriel akan kaget mendengar permintaannya, namun ternyata tidak. Gavriel terlihat biasa saja. Bahkan saat Gavriel berhasil menggendong Leander, ia hanya menjawab dengan satu kata, "Kapan?"

"Malam ini setelah pukul sepuluh malam. Apa kamu bisa, Gav?"

"Kita bicarakan ini di dalam. Sekarang bantuin aku buka pintunya."

From Bully to Love MeWhere stories live. Discover now