67. Tentang Rachel yang tidak kamu ketahui

2.6K 276 4
                                    

Pagi ini wajah ceria para penghuni kantor Gavriel benar-benar terlihat nyata. Apalagi kala mereka mendapatkan oleh-oleh dari Gavriel yang langsung dibagikan sebelum jam kerja di mulai. Yang paling beruntung adalah yang datang pagi karena mereka berhak memilih oleh-oleh apa yang mereka inginkan. Untung saja oleh-oleh itu bisa dirasakan semua karyawan tanpa terkecuali.

"Sering-sering ke Solo ya, Pak," ucap Nardi yang merupakan satpam kantor mereka.

Gavriel yang mendengar perkataan Nardi hanya menanggapinya dengan senyuman. Toh tidak mungkin ia menerangkan alasan sebenarnya kenapa semua penghuni kantor ini mendapatkan oleh-oleh. Kemungkinan besar ini adalah wujud rasa terimakasih keluarga Gadis atas kesediaannya serta Alena menjadi saksi persidangan cerai Gadis serta Pradipta.

Ragil yang mendengar hal itu segera berbisik pelan di telinga Nardi. "Makanya lo do'ain si Gadis buruan terima cintanya Gavriel."

"Bukannya bu Gadis sudah menikah?" bisik Nardi tidak kalah pelan. Ia berharap Gavriel tidak akan mendengar pembicaraan absurd antara dirinya dengan Ragil pagi ini.

"Kabar burung yang gue dengar sudah mau jadi janda sebentar lagi. Makanya lo doain aja."

Nardi yang sudah sewindu bekerja di tempat ini dan mengenal sosok Gadis langsung menganggukkan kepalanya. Tak pernah ia sangka jika gosip yang pernah ia dengar dulu adalah sebuah fakta. Pantas saja sejak Gadis resign dari kantor, Nardi tak pernah melihat Gavriel dekat dengan perempuan lain lagi. Berbeda dengan dulu yang sesekali akan ada wanita yang menjemput Gavriel saat pulang kerja atau mengantarnya ke kantor saat pagi hari. Meskipun perempuan-perempuan yang pernah dekat dengan Gavriel tergolong cantik dan seksi namun tidak ada yang memiliki kharisma seperti Gadis. Setiap kali Gavriel dijemput oleh perempuan, sosok Gadis adalah orang yang selalu menjadi saksi kejadian itu selain dirinya yang memang bertugas di depan pintu masuk. Bahkan Nardi lumayan sering mendengar Gadis mengomel tidak jelas setiap kali melihat Gavriel dijemput perempuan yang berbeda. Nama panggilan yang disematkan Gadis kepada Gavriel bahkan membuatnya penasaran hingga mencarinya di internet dulu. Bonobo, nama inilah yang membuatnya terngiang-ngiang sampai saat ini. Andai Gavriel tahu jika nama kontaknya di handphone Nardi diberi nama Bonobo, bisa dipastikan jika kepala Nardi tak akan selamat karena kedua sepatu Gavriel tiba-tiba memiliki sayap lalu terbang ke arahnya. Mana mungkin ada manusia yang akan senang jika dirinya disamakan dengan hewan yang paling rajin melakukan hubungan badan itu.

"Memang pak Gavriel masih jadi pengagum rahasia bu Gadis?"

"Masihlah, Nar. Kalo enggak mana mungkin kita bisa dapat oleh-oleh buat dibawa pulang begini."

"Hehehe... lumayan ya, Pak. Saya enggak usah mampir beli jajanan buat anak-anak nanti. Ini dapat intip, serundeng kelapa sama ampyang."

Ragil melirik Nardi dengan tatapan cemburu karena Nardi yang selalu berangkat pagi bisa mendapatkan tiga macam oleh-oleh sekaligus, sedangkan dirinya yang baru tiba di kantor dua puluh menit sebelum jam kerja dimulai justru hanya mendapatkan ampyang saja.

"Besok kalo Gavriel pulang dari Solo lagi, gue mau jadi karyawan teladan dengan berangkat pagi ke kantor."

Gavriel mencoba mengabaikan suara-suara lirih yang ia dengar di sekitarnya dan sedang membicarakan dirinya serta Gadis. Ia tak mau ambil pusing karena Gadis bukan karyawan di perusahaan ini lagi. Lagipula hanya orang-orang lama yang mengenal sosok Gadis. Selebihnya hanya pernah mendengar dan mungkin melihat fotonya yang ada di album kenangan karyawan saja. Kini saat ia melihat jam kerja akan segera dimulai sepuluh menit lagi, ia segera mengajak anak buahya untuk briefing pagi. Hal seperti ini biasa mereka lakukan untuk mengompakkan team sejak dulu.

Di waktu yang sama dan tempat yang berbeda, Susan sedang duduk di dalam kereta Sancaka pagi bersama Pradipta. Mereka sedang dalam perjalanan menuju ke Stasiun Gubeng Surabaya. Sejak semalam, Susan menahan dirinya untuk tidak meneriaki bahkan memukul adik laki-lakinya ini setelah mendengar pengakuan Pradipta yang menjual perhiasan milik Gadis dengan bantuan Rachel.

From Bully to Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang