14. Galau

3.7K 305 10
                                    

Pradipta menatap martabak manis yang ada di atas meja dengan tatapan penuh keheranan. Tumben sekali Gadis mengiriminya makanan seperti ini. Biasanya juga Gadis melarang dirinya untuk makan serta ngemil ketika jam sudah lebih dari pukul tujuh malam.

"Kamu kenapa sih, Dip?"

"Aneh aja, Hel. Enggak biasanya Gadis kirimin aku kaya beginian."

"Dia lagi kangen kali. Kamu mudik aja."

"Dia lagi di Solo. Makanya aku minta kamu ke sini."

"Kamu mau bicarakan apa?" Tanya Rachel sambil mulai duduk di sofa yang ada di ruang keluarga.

Mau bagaimanapun, sejak Pradipta menikah dengan Gadis, rumah ini adalah salah satu neraka bagi Rachel. Terlebih di setiap sudut dinding rumah penuh dengan foto Dipta dan Gadis. Mulai foto sejak berpacaran, prewedding hingga foto pernikahan. Foto yang paling membuatnya jengkel adalah foto resepsi pernikahan mereka yang kini ada di hadapannya dan dalam ukuran besar.

"Hubungan kita."

"Kenapa? Masih galau buat minta Gadis untuk bercerai?"

"Bukan itu, Hel. Mbak Susan sudah tahu semua dari tante Ermita. Tadi siang dia telepon aku dan marah besar. Katanya kalo sampai Gadis enggak pulang ke rumah, aku adalah sumber bencananya."

Mengenal Pradipta bertahun-tahun baru belakangan ini Rachel melihat pacarnya itu segalau ini. Bahkan sampai memintanya terbang dari Jakarta ke Bontang.

Rachel diam karena ia sadar jika dirinya bersalah, sayangnya sudah kepalang tanggung. Mau sampai kapan ia harus seperti ini? Lebih baik jika hancur, hancur semua saja. Kini bahkan beberapa temannya yang mengetahui jika dirinya tetap mempertahankan hubungannya dengan Dipta memilih menjauh. Salah satunya Gavriel yang sangat menjaga jarak. Gabriel juga sudah tidak mengambil barang dagangan dari dirinya. Ia telah memperbesar usahanya dengan menjadi distributor tangan pertama. Itu juga salah satu alasan yang membuat Rachel beberapa bulan ini sudah tidak bertemu dengan Gavriel.

"Sudah kepalang tanggung kalo kita mundur," Kata Rachel dengan jujur.

"Aku merasa ini salahku, Hel. Andai dulu aku memperjuangkan hubungan kita dan tidak mengundang Gadis masuk ke dalamnya, sepertinya tidak akan seruwet ini."

"Sekarang kamu mau apa? Enggak mungkin kita akan kembali ke masa lalu."

"Aku masih belum tahu. Belum kepikiran," Kata Pradipta sambil mulai berdiri dari sofa yang ia duduki dan memilih berjalan menuju ke kamarnya yang ada di lantai dua.

Di waktu yang sama dan tempat yang berbeda, Gadis baru saja makan malam bersama Om dan Tantenya. Ia utarakan maksud kedatangannya ke Jogja dan tentunya rencananya untuk mengunjungi suaminya di Bontang besok. Bukannya marah atau melarang, justru tatapan kasihan yang ia dapatkan dari Om dan Tantenya.

"Om, bisakan rahasiakan masalah ini dari Mama sama Papa, terlebih Mas Banyu?" Kata Gadis mencoba memastikan.

"Sebenarnya Om enggak mau ikut-ikut, Dis. Kalo saran Om sih kamu tetap jujur ke orangtuamu. Bagaimanapun setelah menikah istri memang seharusnya mengikuti suami bukan orangtuanya."

"Memang, Om. Mama sama Papa melarang aku berhubungan dengan Dipta serta keluarganya. Mereka sudah menyiapkan pengacara buat mengurus proses perceraian aku."

Eliza dan Dimas Bimantara langsung menegang di tempat mereka duduk saat ini. Tak pernah mereka sangka jika Aryanti dan Sudibyo benar-benar telah murka kepada menantunya itu. Padahal dulu mereka menyanjung Dipta habis-habisan hingga Eliza merasa insecure karena anaknya yang sudah melanglang buana sampai Eropa masih fiktif jodohnya.

From Bully to Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang