17. Gadis vs Dipta

5.1K 342 31
                                    

Ceklek...

Gadis membuka pintu ruang kerja Pradipta dan ia menemukan sosok Pradipta berdiri di depan pintu. Gadis tersenyum kala melihat suaminya yang badannya terlihat jauh lebih berisi daripada saat terakhir kali mereka bertemu.

Gadis masih diam saja menatap suaminya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Satu hal yang membuat Gadis ingin tertawa adalah bahu Pradipta yang naik turun seakan ia menahan rasa kesal bercampur baru saja berlari maraton. Gadis melipat kedua tangannya di depan dada dan memilih untuk terus berada di sini. Ia tidak mengundang Pradipta masuk ke dalam ruangan untuk segera membicarakan apa yang perlu ia dengar dan ketahui.

Sebagai laki-laki, kali ini Pradipta merasa bahwa prediksinya benar-benar jauh dari kenyataan yang ia temui. Ia kira Gadis akan menangis sejadi-jadinya hingga melampiaskan kekesalannya dengan melemparkan semua barang yang ada dalam jangkauan tangannya ke arahnya. Namun ternyata apa yang ia temui justru sebaliknya. Gadis terlampau terlalu tenang untuk ukuran seorang istri yang baru saja menemukan selingkuhan suaminya ada di dalam rumah.

"Kamu minta aku pulang ada apa?"

Gadis tersenyum karena pada akhirnya Pradipta yang memulai pembicaraan ini, bukan dirinya yang sebenarnya sedang diselimuti amarah dan sebentar lagi akan meledak hebat.

"Yang minta kamu pulang itu Rachel."

Pradipta mencoba mengabaikan perkataan istrinya yang mencoba memancing-mancing emosinya. Ia harus tetap berusaha tenang karena bagaimanapun pembicaraan ini tidak akan berjalan baik jika ia sudah kehilangan kesabaran di depan.

"Bisa kita bicara sambil duduk?"

Gadis nampak berpikir hingga akhirnya ia melangkah ke samping untuk memberi jalan suaminya. Saat suaminya sudah duduk di sofa yang ada di dalam ruang kerja ini, Gadis memilih menutup pintu ruang kerja. Ia tidak mau Rachel mengintip apa yang mereka lakukan dan bicarakan. Semoga saja Rachel masih memiliki rasa malu dengan tidak menguping dari balik pintu atau tembok.

Merasa bahwa kali ini dirinya adalah pihak yang paling banyak membutuhkan penjelasan atas semua yang terjadi, Gadis memilih diam sambil menunggu Pradipta berbicara. Hampir lima menit mereka terdiam hingga Gadis tidak sabar dan memilih memecah kesunyian ini langsung ke point masalah mereka berdua tanpa harus beramah tamah dengan menanyakan kabar.

"Sekarang kita sudah sama-sama duduk. Apa yang kamu ingin jelaskan, Mas?"

"Aku akan menjelaskan semuanya."

"Kalo ujungnya kamu cuma minta maaf lebih baik kamu urungkan niat itu, Mas karena semua itu hanya buang-buang waktu dan tenaga."

Pradipta tahu jika istrinya ini sosok wanita tenang namun ketenangannya mirip seekor Harimau yang meskipun tenang tapi sekali menerkam, ia tidak akan membiarkan buruannya kabur begitu saja.

"Tidak, aku tidak mau minta maaf sama kamu karena aku tahu kamu tidak akan memaafkannya dan apa yang aku lakukan tidak pantas untuk dimaafkan. Aku hanya akan menjelaskan kenapa aku memilih mengambil jalan ini."

Sial...
Rasanya kali ini Gadis semakin ingin meledak. Ia ingin berteriak dan menumpahkan semua rasa kesalnya. Saking marahnya, hanya sebuah senyuman sinis yang bisa Gadis ekspresikan di depan Pradipta. Ia benci pada dirinya sendiri yang terlalu baik dalam melakukan kontrol diri. Jika Gadis mau merunut lebih jauh, satu-satunya orang di luar keluarganya yang pernah melihat ia kehilangan kontrol diri adalah Gavriel. Laki-laki itu satu-satunya orang di luar keluarganya yang tidak lari tunggang langgang melihat amarahnya. Bahkan sumpah serapah yang biasa ia katakan jika emosinya sedang membara.

Karena Gadis tak kunjung menanggapi kata-katanya, Pradipta mulai menjelaskan semuanya. Sudah kepalang tanggung jika ia harus mundur saat ini.

"Sejak awal aku memang tidak pernah mencintai kamu."

From Bully to Love MeTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon