12. Lunch

3.7K 307 12
                                    

Gadis : Gue sekarang jadi tahanan.

Alena : ketangkap kasus apa lo? ada di Polsek mana?

Gadis : kasus dibodohi dan dimanipulasi oleh keluarga Dipta. Bukan polsek tapi rumah orangtua gue.

Alena : lo belum jadi pergi ke tempat Dipta buat cek langsung?

Gadis : maunya hari ini tapi gue sudah terlanjur jadi tahanan. Lo punya cara enggak buat gue kabur dari rumah?

Alena : berani bayar berapa lo kalo gue kasih ide?

Gadis : gue bayar pakai kakak gue aja gimana? Eneg gue lama-lama di rumah bareng Mas Banyu.

Alena : gue mau sama kakak lo tapi belum tentu dia mau sama gue yang bentukannya begini.

Gadis : alhamdulillah, sadar juga lo sama kapasitas diri.

Alena : bangke lo, Dis!

Gadis : buruan lo kasih ide.

Alena : gue pikirin dulu. Nanti gue kasih kabar habis makan siang. Okay?

Gadis : okay.

Setelah membaca pesan dari Gadis, Alena memilih segera menutup handphone miliknya. Ia segera berdiri dari kursi kerjanya sambil membawa handphone serta dompetnya.

"Gil, gue lunch bareng lo, ya?" Ucap Alena kala melihat Ragil baru saja berjalan lewat depan meja kerjanya.

"Gue bareng sama boss baru. Lo mau ikutan?" Tanya Ragil kepada Alena karena ia akan pergi bersama Gavriel yang sejak awal bulan lalu baru saja naik jabatan menggantikan posisi Antonio.

"Bolehlah, asal dia yang bayarin."

"Ya udah, ayo," Ajak Ragil pada Alena untuk berjalan menuju ke lift.

Saat mereka sampai di depan lift ternyata Gavriel sudah menunggu mereka di sana. Gavriel cukup terkejut melihat Ragil bersama Alena.

"Tumben lo nempel sama Ragil, Len? Habis dipelet lo sama dia?"

"Kagak. Gue cuma males makan sendiri aja hari ini."

"Bohong, Gav. Dia bilang minta ditraktir sama lo."

Bugg...

Alena menepuk bahu Ragil yang membuat Gavriel tertawa kecil.

"Mau makan apa kita siang ini?" Tanya Alena tanpa banyak basa-basi.

"Nasi Padang boleh juga," Kata Gavriel sambil memencet tombol lift.

Saat Gavriel sibuk menunggu lift terbuka, Alena sibuk memperhatikan Gavriel dari atas sampai bawah. Hmm, seharusnya laki-laki seperti ini yang Gadis pilih untuk menjadi suami. Ganteng, masa depan cerah, dan tentunya tidak akan ribet mengurus mertua karena Papa Gavriel tinggal di luar negri sedangkan Mamanya sudah menikah lagi. Sayangnya Gadis menganggap Gavriel seperti sebuah kuman yang harus dijauhi dan dihindari.

Ting...

Pintu lift terbuka, Gavriel, Alena dan Ragil segera masuk ke dalam. Tidak ada obrolan sama sekali diantara mereka bertiga hingga lift terbuka di lantai basement.

Gavriel segera mengajak teman-temannya menuju ke mobil miliknya. Alena cukup terkejut melihat temannya ini masih menggunakan mobil pribadi ke kantor, bukan mobil inventaris yang diserahkan kepadanya sejak awal bulan lalu.

"Kenapa lo enggak pakai mobil inventaris aja? Lebih irit BBM soalnya bisa di-claim."

Sambil memasang sabuk pengaman, Gavriel menjawab Alena dengan santai.

From Bully to Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang