9. Lapak Dosa

4.7K 299 9
                                    

Mengingat kali ini dirinya pergi bersama Gadis, Alena sama sekali tidak menyentuh minuman beralkohol. Tentu saja ini ia lakukan karena dirinya tidak mau membuat Gadis kerepotan. Mereka berdua bahkan hanya duduk sambil melihat orang-orang yang sedang menikmati suasana malam hari ini.

"Jangan diam aja, Dis. Kita ke sana, yuk. Joged biar enggak stress."

"Lo aja. Gue tunggu di sini."

"Dis, udah deh... lo enggak usah mikirin laki lo sampai segininya. Dia aja belum tentu mikirin lo yang sudah rela mengorbankan segalanya buat dia."

"Andai di dunia ini beneran ada time travel, rasanya gue mau balik ke masa di mana gue mengenal Dipta."

Alena jadi merasa bersalah karena ia adalah orang yang mengenalkan Gadis pada Pradipta. Seketika ia terdiam dan teringat kenangan hampir empat tahun yang lalu. Kala itu Alena baru saja selesai bertemu dengan salah satu nasabah prioritas yang ingin mengajukan kredit di bank untuk menambah modal pembangunan hotel miliknya yang ada di Lombok. Sebelum ia pulang, nasabahnya yang bernama Ermita mengajaknya untuk makan siang bersama. Alena kira kala itu hanya makan siang biasa, ternyata yang ada adalah Ermita justru curhat padanya tentang sosok Pradipta yang tidak lain adalah keponakannya. Tentang bagaimana keluarganya pusing mencarikan calon istri yang siap untuk dinikahi Pradipta karena sejak putus dari pacarnya, kehidupan Pradipta sedikit kacau dan membuat orang-orang di sekitarnya khawatir.

Dan pertama kali Alena melihat foto Pradipta adalah di handphone Ermita. Satu hal yang terbayang di benak Ermita kala itu adalah sosok Alena akan bisa menjadi menantu kakak perempuannya. Sayangnya justru Alena mengenalkan Gadis kepada Pradipta dengan alasan bahwa temannya akan lebih cocok dengan Pradipta mengingat Gadis memang mencari suami dan latar belakang keluarga Gadis yang bagus bisa menjadi nilai plus.

"Sorry, Dis. Harusnya gue enggak kenalin lo sama Dipta."

Bukannya marah, Gadis justru tertawa.

"Lo enggak salah, Len. Gue yang salah. Kenapa gue yang belum terlalu mengenal Dipta luar dalam langsung mau aja diajakin nikah. Bener sih kata orang, menikah itu bukan solusi kalo kita capek sama kerjaan karena menikah nyatanya tidak seindah apa yang dipertontonkan oleh konten kreator."

"Dan benar juga kata orang, jangan menjalin hubungan sama orang yang belum selesai dengan masa lalunya," kata Alena menambahi kata-kata Gadis.

Setelah itu Alena langsung memeluk Gadis dari arah samping. Ketika Alena memeluknya, Gadis tersenyum sambil melihat ke arah depan yang sudah penuh dengan para pengunjung club.

"Maaf, Dis... Gara-gara gue, lo jadi merasakan kehidupan bak di neraka."

"Enggak seburuk itu juga kehidupan gue kali, Len. Mertua gue enggak kejam, kakak ipar juga baik. Ekonomi alhamdulillah enggak kekurangan meskipun untuk itu gue harus berkorban dengan menjalani long distance marriage sama Dipta," Ucap Gadis sambil mengurai pelukan Alena pada dirinya. Ia tidak mau orang-orang salah sangka terhadapnya dan Alena yang kelewat mesra. "Udah, sana lo joged, gue tungguin di sini."

Alena tersenyum dan ia segera berdiri dari sofa yang ia duduki. Kini ia tinggalkan Gadis seorang diri di sofa ini. Semoga saja temannya itu bisa 'menjaga diri' selama ia tinggal.

Tanpa Gadis dan Alena sadari, dari meja bartender ada yang mengawasi mereka berdua sejak tadi. Laki-laki itu tersenyum dan seperti mendapatkan hal baru yang mungkin sangat jarang ia temui di hidupnya. Segera saja ia memesan segelas martini kepada seorang bartender. Setelah mendapatkan apa yang ia butuhkan, laki-laki itu meminta pelayan bar ini untuk mengantarkan minuman itu ke Gadis. Siapa sangka jika Gadis langsung menolaknya yang membuat laki-laki itu menggelengkan kepalanya. Baginya perempuan ini menarik dan sedikit berbeda. Ia terlihat tidak terlalu nyaman berada di sini sehingga ia memutuskan untuk mengeluarkan handphonenya dan mencari group Lapak Dosa yang ia buat bersama ketiga temannya.

Group WA Lapak Dosa

Wilson : *sending picture*

Wilson : rejeki beban keluarga, ketemu perempuan unik dan beda malam ini.

Aditya : gelap banget fotonya, kaya kehidupan lo yang jauh dari cahaya.

Wilson : Setan! Gue serius ini. Mana si Gavriel?

Elang : nyariin gue aja. Enggak kangen apa lo kelonin gue? Kelonin Tante Wati melulu sekarang.

Wilson : Eh, cucak rowo diem dulu lo. Serius gue cari Gavriel ini.

Elang : sebagai pengabdi cuan, gue yakin kalo si Gavriel lagi live jualan malam ini.

Gavriel : berisik lo bertiga malam-malam. Ada apaan?

Wilson : Gue ketemu mantan teman kantor lo dulu. Siapa itu namanya? Gadis atau Janda?

Saat membaca chat dari Wilson, Gavriel segera menaruh handphone miliknya lagi dan cepat-cepat ia menyudahi sesi live jualannya malam ini. Begitu ia sudah mematikan kamera beserta lampu yang membuat kegantengannya berlipat-lipat, Gavriel segera mengambil handphone pribadinya dan membuka group lapak dosa kembali. Tentu saja group itu diberi nama lapak dosa bukan tanpa alasan. Semua itu bermula dari perkenalkannya  dengan Wilson di club malam beberapa tahun lalu.

Berawal dari ia yang sering menghabiskan waktu di sana, ia mengenal Wilson, lalu Wilson mengenalkannya pada Elang (teman Wilson yang memiliki bisnis karaoke dan tempat hiburan keluarga). Barulah yang terakhir masuk ke dalam circle mereka adalah Aditya Birawa Aji yang Gavriel kenal karena ia pernah menjadi client-nya.

Gavriel : serius itu si Gadis?

Wilson : pakai nanya lagi. Cek foto yang gue kirim.

Gavriel : Gelap, lagian nggak mungkin kayanya si Gadis masuk tenpat begituan.

Wilson : mata gue masih normal. Dia di sini sama Alena. Tapi kalo lo enggak percaya, lo boleh ke Malang sekarang.

Gavriel mulai mengingat-ingat apakah Alena masuk ke kantor hari ini dan ternyata memang Alena sedang mengambil cuti tiga hari sejak kemarin. Rasanya kenyataan itu sudah cukup membuat Gavriel yakin jika apa yang Wilson lihat adalah benar.

Gavril : jangan macam-macam lo sama bini orang! Gue laporin tante Wati baru tahu rasa lo.

Aditya: logikanya perempuan lurus modelan Gadis bisa ada di tempat kaya gitu kalo bukan karena lagi ada masalah kayanya enggak mungkin.

Elang : kalo gue jadi Gavriel sih bakalan gue samperin. Jaman sekarang kayanya lebih menantang deketin bini orang daripada deketin yang masih single. Jelas lebih berpengalaman dan pasti enggak ribet minta perhatian dari pagi sampai malam.

Wilson : setuju sama cucak rowo. Minimal dia sudah ada yang jatah duit bulanan, jadi duit lo bisa aman tanpa harus keluar duit buat kasih dia saldo e-money.

Gavriel : Memang benar-benar lapak dosa.

Entah kenapa mendengar kenyataan bahwa Gadis justru berada di tempat hiburan malam, perasaan Gavriel sedikit tidak tenang. Memang sejak Ella memintanya untuk fokus pada pekerjaan dan bisnisnya, Gavriel sebisa mungkin tidak memikirkan Gadis. Ia kira Gadis bahagia dengan pernikahannya dan Pradipta sudah kembali ke jalan yang benar, ternyata perkiraannya selama ini salah.

Yang terlintas dipikiran Gavriel saat ini adalah mengecek posisi Rachel berada. Apakah ia sedang di Jakarta atau justru sedang bersama dengan Dipta. Kini Gavriel membuka akun e-commerce milik Rachel yang sedang melakukan live dan ia baru bisa menghela napas lega karena ternyata Rachel sedang live malam ini.

Andai Gavriel bisa, ia ingin bertanya pada Gadis tentang apa yang terjadi selama dua tahun belakangan ini, tapi ia sadar jika hubungan mereka tidak sedekat itu hingga bisa berbagi cerita kehidupan serta masalah-nasalah yang mereka hadapi.

Tidak mau memikirkan hal yang bukan urusannya, Gavriel memilih untuk berjalan menuju kamarnya yang ada di lantai dua dan tidur. Besok masih jadi hari di mana ia harus bertempur dengan deadline serta target di kantor.

***

From Bully to Love MeWhere stories live. Discover now