66. Menginterogasi Gavriel

3.8K 472 29
                                    

Pukul sebelas malam ini Gavriel baru saja sampai di rumah setelah mengantarkan Alena pulang terlebih dahulu. Untung saja ia tidak terkena macet di sepanjang tol dan Alena mau bergantian menyetir. Perjalanan pulang kali ini pun Alena lebih banyak menyetir daripada dirinya. Sepertinya Alena benar-benar menepati perkataannya untuk menggantikannya menyetir.

Andai saja Gavriel bisa, ia ingin segera tidur saja. Sayangnya ia tidak bisa dan kini dirinya langsung menuju ke kamar mandi. Mandi air hangat mungkin akan membuat rasa lelah yang hinggap di tubuhnya hilang. Baru juga ia menikmati guyuran shower dari atas kepalanya namun tiba-tiba Gavriel teringat jika oleh-oleh dari Aryanti masih belum ia keluarkan dari bagasi mobil. Mungkin saja ampyang, intip dan serundeng kelapa akan baik-baik saja tapi bagaimana dengan serabi yang tidak bisa bertahan lama?

Cepat-cepat Gavriel menyelesaikan acara mandinya dan turun ke garasi. Segera saja ia keluarkan semua makanan itu dan membawanya ke dapur. Bagitu sampai di dapur, Gavriel mencoba membuka serabi itu dan untungnya masih baik keadaannya. Tidak mungkin menghabiskan semua itu sendirian, Gavriel segera mengambil handphonenya dan menghubungi teman-temannya.

Group Lapak Dosa.

Gavriel : *sending picture*

Gavriel : ada yang mau serabi solo? Kalo mau datang ke rumah gue.

Wilson : lo sudah sampai Jakarta?

Gavriel : Sudah. Kalo lo mau, buruan ke sini. Kalo enggak mau bakal gue kasih ke satpam depan.

Elang : jauh-jauh ke rumah lo cuma dikasih serabi doang? Hmm... Enggak deh kalo cuma serabi.

Gavriel : gue tambahin ampyang, intip sama serundeng kelapa.

Elang : okay, gue mampir deh nanti.

Gavriel : jam berapa? Gue enggak bisa begadang. Besok pagi ada meeting.

Elang : Sebentar, habis satu lagu dulu baru gue ke sana sama Adit.

Gavriel : okay, gue tunggu lo berdua.

Kini Gavriel segera mengecek isi kulkasnya. Untung saja ia masih menemukan beberapa botol softdrink dan kotak jus sekali minum. Ia bawa semua itu ke meja yang ada di ruang keluarga.

Selesai menyiapkan semua itu, Gavriel kembali ke kamar untuk mengeringkan rambut lalu menggunakan serum serta cream malam. Tidak peduli jika ia adalah laki-laki namun pekerjaannya yang menuntut tidak hanya kemampuan otak namun juga good looking inilah alasan Gavriel tetap menjaga penampilan fisiknya sebaik mungkin.

Selesai melakukan rutinitas ini, Gavriel mencoba mengecek pekerjaannya. Lagipula besok pagi dirinya ada meeting penting.

Gavriel kembali turun ke bawah saat mendengar bel pintu rumah dibunyikan. Begitu ia membukanya, tampak sosok Wilson yang sudah berdiri di depan pintu dengan wajah fresh serta penampilan rapi. Dari apa yang Gavriel tangkap, sepertinya Wilson baru akan berangkat ke club malam. Manusia satu ini memang memiliki kehidupan yang bertolak belakang dengan dirinya. 

"Anak-anak sudah datang?"

"Belum. Kayanya si Adit masih galau."

Sambil berjalan masuk ke rumah, Wilson hanya bisa menghela napas panjang. Apalagi jika mengingat cerita Adit siang tadi saat mereka berada di rumah Elang.

"Gimana enggak galau, kalo kenyataannya Hanna beneran tolak dia mentah-mentah. Hanna enggak peduli meskipun duitnya Adit bisa buat delapan turunan enggak habis. Dia beneran enggak mau lihat mukanya Adit."

From Bully to Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang