2. Cinta Segitiga

6.8K 427 4
                                    

Barang pesanan lo sudah bisa diambil sekarang. Buruan lo ke sini.

Gavriel membaca sebuah pesan Whatsapp yang dikirimkan oleh supplier-nya, barang-barang pesanannya sudah tiba dan ia harus menambah beberapa stock barang yang sedang laku dan hits di pasaran e-commerce. Keuntungan penjualan barang-barang fashion wanita seperti tas, sepatu bahkan kacamata sangat menggiurkan. Jika sedang beruntung bahkan gajinya sebulan saja kalah dengan hasil dari penjualan online. Jika penjualannya stabil seperti bulan ini selama beberapa bulan kedepan, maka Gavriel harus menggaji karyawan untuk mengemas barang-barang jika perlu menyewa seorang host untuk sesi live jualannya. Tidak mungkin ia akan sendirian memegang semua ini, apalagi kini sudah mendekati akhir tahun dan target tahunannya masih kurang sedikit lagi tercapai.

Okay, gue otw sekarang ke sana.

Setelah membalas pesan masuk dari Rachel, Gavriel segera mematikan komputernya. Tidak lupa juga ia memasukkan laptop pribadinya beserta tablet ke dalam tasnya. Selesai berkemas-kemas, Gavriel segera menuju ke arah parkiran mobil.

Begitu menaruh backpack miliknya di kursi belakang, Gavriel segera masuk ke sisi pengemudi dan tancap gas dari parkiran basemen kantornya. Selama perjalanan menuju ke lokasi gudang, Gavriel memilih untuk mendengarkan siaran radio yang kali ini membahas tentang beda dari cinta dan benci yang begitu tipis.

"Pernah enggak sih kalian itu seneng banget karena bisa jahilin orang?" Tanya seorang penyiar wanita yang langsung dijawab oleh penyiar pria.

"Gue pernah. Waktu itu masih SMA. Setelah gue analisa ternyata gue naksir dia."

Gavriel tersenyum dibalik kemudi mobilnya. Ia gelengkan kepalanya kala mendengar hal itu. Ia yakin jika perasaannya pada Gadis sama sekali bukan rasa tertarik apalagi cinta. Gadis bukanlah tipe perempuan yang ia inginkan selama ini.

"Gimana bisa lo langsung sadar? "

"Soalnya waktu dia enggak kelihatan lagi, gue males berangkat sekolah."

"Pindah?"

"Enggak."

"So?"

"Dia sakit DB waktu itu, tapi udah tergolong parah baru opname. Dia enggak berangkat hampir sebulan. Bahkan gue rasanya kacau waktu tahu dia sempat kritis."

"Ternyata kisah cinta lo nyesek juga."

"Enggak juga, soalnya dia sekarang sudah jadi bini gue."

Gavriel tersenyum kembali kala mendengar percakapan kedua penyiar itu.

Lantunan obrolan dan lagu dari radio mengisi perjalanan Gavriel hingga akhirnya ia sampai di tempat ia mengambil barang-barang pesanannya. Di sana sudah ada Rachel yang menunggunya. Sebagai seorang pria, Gavriel tahu jika Rachel sedang terlihat memiliki banyak masalah, namun ia tidak mau tahu karena itu bukan urusannya. Hidupnya sudah cukup banyak masalah dan tidak perlu ditambah lagi memikirkan masalah orang lain.

Selesai para karyawan Rachel memasukkan barang-barang miliknya ke mobil, Gavriel segera pamit kepada Rachel, tapi Rachel melarangnya untuk pulang.

"Kenapa lagi sih, Hel?"

"Gue lagi butuh teman buat curhat. Temani gue bentar bisa ga, Gav?"

Berhubung jaman sekarang banyak sekali kasus suicide karena orang itu merasa tidak memiliki teman berbagi dan bercerita, maka Gavriel memilih menganggukkan kepalanya. Siapa tahu dengan hal sederhana seperti ini, ia sudah membantu menyelamatkan satu nyawa untuk tetap bertahan menghadapi kejamnya dunia yang semakin hari semakin tidak adil bagi banyak orang.

From Bully to Love MeWhere stories live. Discover now