45. Morning Kiss

5.9K 331 10
                                    

"Bunda sama Ayah lagi ngapain?"

Sebuah suara yang sangat mereka kenal membuat aktivitas saling memakan bibir satu sama lain diantara Gavriel dan Gadis berakhir. Seakan tersengat aliran listrik tegangan tinggi, mereka langsung melepaskan satu sama lain dan berdiri mematung. Gadis merasa malu bukan main karena ia telah memberikan pemandangan yang tidak ramah anak di hadapan Leander, terlepas ia melakukan itu secara tidak sengaja.

"Oh, Bunda sama Ayah lagi ciuman."

Fucking Gavriel...

Bagaimana bisa Gavriel mengatakan hal ini secara gamblang pada bocah berusia 3 tahunan ini. Seharusnya ia mencari penjelasan yang lebih ramah di telinga dan di hati anak.

Gavriel yang menyadari jika Gadis sudah menatapnya dengan tatapan setajam laser mencoba mengabaikan Gadis. Ia memilih berjalan ke arah Leander lalu saat sampai di hadapan bocah itu, ia segera beejongkok agar tinggi mereka sejajar.

"Ciuman?" Tanya Leander pelan sambil menatap Gavriel dengan pandangan penuh pertanyaan.

Gadis hanya bisa menghela napas panjang dan ia memilih keluar dari ruangan ini. Rasanya ia sudah gerah dengan penjelasan Gavriel kepada Leander tetapi dirinya tidak bisa meralat semua penjelasan itu karena ia tidak memiliki penjelasan yang lebih baik dari apa yang disampaikan Gavriel.

"Iya, ciuman, Sayang. Kalo ciuman di bibir itu cuma boleh dilakukan oleh orang dewasa."

"Berarti yang sudah menikah ya, Yah?"

Gavriel menelan salivanya. Mau bilang iya, tetapi kenyataannya ia dan Gadis bukan suami istri. Lebih apesnya lagi, Gadis adalah istri laki-laki lain.

"Yang sudah dewasa dan pasangannya aja. Enggak boleh sama sembarangan orang."

"Oh, pantas aku enggak pernah lihat Ayah sama Papa ciuman."

Najis....
Amit-amit jabang bayi sampai tujuh turunan Gavriel melakukan hal itu bersama Elang. Daripada melakukan hal itu, lebih baik ia mati ditelan bumi untuk selama-lamanya.

"Karena Papa dan Ayah bukan pasangan. Hmm, kenapa Lean bangun? Ini sudah malam."

"Soalnya aku dengar suara orang nangis, Yah. Aku takut ada setan kaya yang di handphone Papa."

"Nah, biar enggak ada setan, sekarang kita balik ke ranjang lagi. Ayah temani Lean sampai bobok, ya?"

Leander menganggukkan kepalanya. Mendengar persetujuan dari Lean ini membuat Gavriel tersenyum karena ia tidak harus memutar otaknya lagi untuk memberikan penjelasan kepada bocah ini. Memang ia memilih untuk tidak membohongi Leander karena mengingat sifat anak itu yang cukup kritis.

Sudah satu jam berlalu dan Gadis masih betah berada di luar kamar. Hal ini membuat Gavriel memilih bangun dan keluar dari kamar untuk mencari Gadis. Untung saja Gadis hanya duduk di teras yang membuat Gavriel tidak harus mengelilingi resort ini pada tengah malam seperti ini. Kali ini Gavriel kembali duduk di samping Gadis. Berbeda dengan situasi mereka yang tadi, baik Gavriel maupun Gadis sama-sama diam kali ini.

Meskipun rasanya lidah Gavriel sudah gatal dan tidak bisa terus menerus diam, namun ia juga tidak memiliki kata-kata yang tepat untuk diucapkan kepada Gadis. Tidak mungkin juga ia mengatakan kata maaf karena ia sendiri tidak merasa bersalah dengan mencium Gadis. Dengan karakter yang Gadis miliki, jika ia memang merasa tersinggung dengan perilakunya, pasti saat ini pipinya sudah berwarna merah hasil gamparan tangan Gadis atas perilakunya itu.

"Gav, sorry buat yang tadi."

Meskipun cukup terkejut karena Gadis justru meminta maaf kepadanya, namun Gavriel mencoba biasa saja saat menanggapi perkataan Gadis. Padahal yang ingin ia teriakkan adalah jangan pernah minta maaf karena mereka sama-sama menikmatinya.

From Bully to Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang