20. Memberitahu keluarga Gadis

4.5K 372 2
                                    

Pradipta duduk di sofa panjang yang ada di ruang keluarga rumahnya. Sejak satu jam yang lalu ia sudah sampai di rumah dan tidak menemukan Gadis di dalam rumah. Bahkan tas milik Gadis juga sudah tidak ada. Informasi yang ia dapatkan dari security di depan, ada ambulance masuk ke tempat ini sekitar dua jam yang lalu. Sebelum itu juga ada dua orang yang datang ke sini untuk mencari Gadis. Berkali-kali Pradipta mencoba menghubungi nomer telepon Gadis, tapi tidak kunjung diangkat oleh istrinya itu.

Di waktu yang sama, Alena yang melihat nama Dipta di layar smartphone Gadis rasanya ingin mengeluarkan sumpah serapah yang sejak tadi ia tahan. Apalagi setelah dokter mengatakan jika Gadis mengalami beberapa kekerasan. Mulai dari bekas cekikan yang ada di leher hingga pukulan benda tumpul di kepalanya yang membuat Gadis terkapar di lantai. Kini bahkan ia sedang duduk di depan ruang MRI untuk mengambil hasil pemeriksaan kepala Gadis.

"Belum keluar hasilnya?" Tanya Gavriel yang baru saja selesai mengurus ke bagian PPRI.

"Belum, Gav. Lo sudah selesai urus ruangan buat Gadis?"

"Sudah."

Pembicaraan Alena dan Gavriel terhenti karena panggilan ke handphone Gadis terdengar kembali. Alena menghela napasnya dan segera mematikan handphone milik Gadis. Gavriel yang melihat ini justru mengernyitkan keningnya.

"Kenapa enggak lo angkat, Len?"

"Ini dari Pradipta. Dari tadi dia telepon terus cuma gue cuekin aja."

"Bagaimanapun Pradipta itu suaminya Gadis, dia berhak tahu istrinya di mana dan bagaimana keadaannya?"

Alena tersenyum namun senyumnya ini benar-benar terasa getir.

"Enggak usah denial deh, Gav. Kita sama-sama tahu kalo orang yang paling berpotensial untuk dijadikan tersangka dalam masalah ini ya cuma Dipta. Sebenarnya gue mau melaporkan ini ke polisi atas dugaan KDRT tapi ingat kata-kata lo kalo kita enggak bisa mengambil sikap gegabah tanpa persetujuan dari Gadis."

"Iya, semua tergantung sama Gadis. Kita cuma orang luar yang jadi penonton. Apapun sikap yang akan Gadis ambil nanti, sebaiknya kita hormati."

"Yang penting harus cerai dari Dipta. Karena KDRT-nya sudah parah. Gimana kalo kita tadi enggak datang ke sana? Apa yang bakal terjadi sama Gadis?"

Gavriel tidak mau membayangkan hal yang tidak-tidak. Baginya yang terpenting kali ini Gadis sudah berada di tempat yang aman dan mendapatkan pengobatan yang terbaik.

"Daripada memikirkan hal itu, bukankah lebih baik kita menginformasikan hal ini ke keluarga Gadis, Len?"

Alena menggelengkan kepalanya. Ia tidak akan sanggup memberitahu Sudibyo dan Aryanti tentang kondisi anak perempuan mereka. Alena takut kedua orangtua Gadis langsung jantungan saat mendengar keadaan anaknya itu.

"Lo aja, Gav. Gue takut."

"Kenapa mesti takut? Kita ini enggak bersalah dan bukan orang yang membuat Gadis menjadi seperti ini."

"Mama Papanya Gadis sudah sepuh. Gue takut mereka jantungan setelah dengar kabar anaknya."

"Selain Mama Papanya ada kontak keluarga yang lain enggak, Len?"

"Ada, Mas Banyu tapi gue enggak tahu dia masih di Indonesia apa enggak sekarang."

"Kita coba kasih tahu kakaknya Gadis dulu aja."

Alena tampak berpikir beberapa saat hingga akhirnya ia anggukkan kepalanya. Kini Alena mengeluarkan handphone miliknya dan ia mencari nomer telepon Banyu. Begitu sudah mendapatkan nomer telepon Banyu, Alena langsung memberikannya kepada Gavriel.

From Bully to Love MeWhere stories live. Discover now