28. Dia Punya Rasa Sama Kamu

4.2K 357 3
                                    

Gavriel yang melihat Alena diam saja hanya bisa menghela napas panjang. Sejak tadi temannya itu tampak sedang berpikir keras. Entah apa yang Alena pikirkan, tapi Gavriel mengira jika itu karena ia kecewa dengan penerbangan kelas ekonomi yang dirinya dapatkan sore ini.

"Gue tahu kalo lo mungkin enggak nyaman naik penerbangan kelas ekonomi ini, tapi gue enggak punya pilihan lain."

Mendengar perkataan Gavriel ini, Alena langsung menoleh. Seketika ia langsung menggelengkan kepalanya.

"Terus kenapa muka lo kelihatan lagi banyak pikiran banget?"

"Gue lagi menganalisa reaksi wajah Gadis tadi waktu kita pamit. Kelihatan banget dia kaya berusaha tegar meskipun aslinya dia enggak setegar itu."

Gavriel memilih diam, tidak menanggapi perkataan Alena. Sejak tadi ia juga memikirkan hal yang sama. Ia benar-benar tidak tega meninggalkan Gadis hanya berdua saja bersama Banyu. Kenyataan jika Banyu adalah kakak kandung Gadis dan ia juga memegang sabuk hitam karate tidak membuat hatinya jauh lebih tenang. Mungkin hari sabtu jika memungkinkan dirinya akan menyusul Gadis dan memastikan bahwa perempuan itu baik-baik saja.

"Lo kok langsung topo bisu begini sih, Gav?"

"Gue harus gimana lagi? Kita berdua sudah membantu Gadis semaksimal yang kita bisa. Kita juga harus realistis. Kita punya tanggungjawab yang tidak bisa kita tinggalkan begitu saja di Jakarta."

"Oh, iya... Gue baru ingat. Lo bayar perawatan Gadis pakai asuransi atau pakai uang pribadi, Gav?"

"Memangnya kenapa?"

"Kalo pakai uang pribadi, mau gue ganti sekalian tiket pesawatnya."

Gavriel tersenyum mendengar perkataan Alena. Ia benar-benar tidak mengharapkan baik Gadis apalagi Alena untuk mengganti uang yang dirinya keluarkan.

"Enggak usah, Len. Anggap aja ini ungkapan rasa terimakasih gue karena lo mau gue culik ke Bontang dua hari."

"Yang benar aja lo, Gav. Tiket gue sejuta lebih ini. Belum lagi biaya perawatan Gadis di rumah sakit."

"Gue enggak mau bahas masalah ini sampai kapanpun."

Setelah mengatakan itu, Gavriel memilih untuk berdiri. Ia mulai berjalan meninggalkan Alena yang membuat perempuan itu berteriak-teriak memanggil namanya.

Di waktu yang sama dan tempat yang berbeda, Banyu baru saya mengecek kondisi apartemen yang akan ia dan Gadis tempati selama berada di Bontang saat ini.

"Mas, kenapa ngeceknya sampai begitu banget sih?" Tanya Gadis kala Banyu mengecek setiap ruangan bahkan sampai ke pernak perniknya.

"Siapa tahu ada kamera tersembunyi yang ngerekam kita."

Perkataan Banyu nyatanya sanggup membuat Gadis tertawa saat ini.

"Jangan kebanyakan nonton film."

"Film itu kebanyakan diangkat dari kisah nyata yang ada di sekitar kita. By the way, kamu kenal sama orang yang punya apartemen ini?"

Gadis menggelengkan kepalanya yang membuat Banyu langsung tampak kaget mengetahui fakta ini.

"Serius kamu enggak tahu?"

"Enggak. Yang aku tahu ini apartemen temannya Gavriel."

"Kamu sewa ke dia?"

"Enggak. Kata Gavriel aku bisa tinggal di sini selama aku ada di Bontang. Pas aku tanya nomer rekening, si Gavriel pergi gitu aja."

"Dia enggak jawab pertanyaan kamu sampai dia mau balik tadi?"

"Hmm... Enggak sama sekali. Terakhir kita ketemu, dia cuma jemput Alena dan ngasih kunci apartemen ke aku."

From Bully to Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang