52. Zonk!

3.7K 312 3
                                    

Pukul tiga sore ini Gadis sudah berhasil memarkirkan mobilnya di depan pagar rumahnya. Rumah yang tampak sepi tak berpenghuni ini benar-benar membangkitkan kenangannya tentang kejadian Pradipta yang hampir membunuhnya beberapa waktu lalu. Angela yang duduk di samping Gadis dan melihat gelagat clien-nya ini hanya bisa memegang pundak Gadis pelan.

"Bu Gadis?"

Gadis menoleh ke arah Angela. Dari ekspresi Gadis ini, Angela tahu jika perempuan ini sedang gugup dan takut.

"Kalo Ibu tidak yakin, lebih baik lain kali saja kita datang ke sini."

Gadis menggelengkan kepalanya. Ia tahu bahwa cepat atau lambat dirinya harus memastikan tentang sertifikat rumah dan perhiasan miliknya yang ada di dalam berangkas. Ia harus mengambilnya karena dirinya tidak mau Dipta mendapatkan hal itu secara secara mudah.

"Sekarang saja, Bu. Lagipula kita sudah mengajak dua orang kenalan ibu ke sini untuk menjaga kita."

Angela menganggukkan kepalanya. Kini ia mengajak Gadis turun dari mobil. Dua orang yang mengikuti mereka menggunakan motor diminta oleh Angela menjaga di depan rumah. Lagipula mobil milik Pradipta tidak ada di rumah saat ini. Ini sudah cukup menjadi jawaban jika rumah ini dalam keadaan kosong.

Gadis berjalan memasuki halaman hingga ia berada di pintu utama rumah. Ia mencoba mencari kunci di pot tetapi tidak ia temukan. Bahkan di bawah keset juga kosong. Gadis menghela napas panjang. Sepertinya Pradipta telah mengetahui rencananya untuk datang ke rumah ini. Sayangnya Pradipta tidak pernah tahu jika Gadis selalu menyembunyikan kunci belakang rumah (kunci dapur) di halaman samping rumah dekat pohon mangga.

Gadis mencoba mengajak Angela untuk berjalan ke arah samping rumah melalui jalan dari bebatuan ini. Saat sampai di dekat pohon mangga, Gadis segera berjongkok dan ia mencoba membuka tumpukan bekas pot tak terpakai ini. Ia buka satu per satu hingga menemukan sebuah plastik berisi kunci.

"Ini kunci apa, Bu?" Tanya Angela kala ia melihat Gadis sudah membukanya dari plastik.

"Ini kunci pintu dapur, Bu. Kita bisa masuk lewat belakang."

Angela menggelengkan kepalanya. Ia tidak percaya jika Gadis menyembunyikan kunci seperti ini di tempat yang tidak disangka banyak orang.

Ekspresi Angela yang tampak bingung dengan jawabannya membuat Gadis harus menerangkan lebih jauh lagi.

"Karena dulu Mas Dipta sering lupa untuk taruh kunci di pot depan, saya jadi berinisiatif untuk menyimpan kunci dapur di sini."

"Untung ya, Bu Gadis kuncinya belum ditemukan sama Pak Dipta."

"Dia enggak tahu saya simpan di sini. Ayo, Bu kita masuk."

Angela menganggukkan kepalanya. Ia segera mebgikuti Gadis ke arah pintu dapur. Untung saja Pradipta belum mengganti kunci pintu ini sehingga mereka berdua bisa melenggang masuk ke rumah ini.

Dapur terlihat rapi dan jarang digunakan. Tidak ada tumpukan piring kotor dan teman-temannya. Hal ini membuat Angela bertanya-tanya, apakah benar rumah ini ditempati oleh Pradipta? Atau sebenarnya rumah ini sudah kosong sejak Gadis tidak tinggal di sini?

Angela terus mengikuti Gadis berjalan hingga mereka sampai di ruang keluarga yang cukup luas. Dari ruang keluarga ini, Gadis mengajak Angela untuk naik ke lantai dua. Tanpa menbuang-buang waktu lagi, Gadis mengajak Angela masuk ke kamarnya yang cukup luas dan beegaya modern minimalis.

"Bu Angela bisa duduk dulu di sini."

Begitu Angela sudah duduk di sofa panjang yang ada di dalam kamar ini, Gadis segera berjalan menuju ke arah brangkas berada. Ia memasukkan pin dan setelah terbuka, mata Gadis langsung membelalak lebar.

From Bully to Love MeWhere stories live. Discover now