70. Biarkan dia mengomel

3.6K 466 11
                                    

Gadis berhenti berjalan kala Gavriel mengajaknya menuju ke sebuah SUV berwarna hijau. Meskipun bukan penggila dunia otomotif, Gadis tahu mobil yang ada di hadapannya ini adalah mobil mewah yang harganya bahkan tembus dua milyar rupiah lebih.

"Bunda, ayo kita masuk."

Bukannya terus berjalan dan masuk ke mobil, Gadis justru sudah mengabaikan permintaan Leander ini. Tanpa bisa mengontrol dirinya lagi, ia sudah menyuarakan pertanyaan yang tiba-tiba bergelayut di dalam kepalanya.

"Ini mobil siapa?" Tanya Gadis tanpa berbasa-basi. Pandangannya fokus menatap mobil yang ada di depannya itu. 

Demi apapun,
Gadis yakin jika gaji bulanan Gavriel meskipun dikumpulkan selama satu tahun bahkan dua tiga tahun tanpa disentuh sepeserpun tentu belum bisa untuk membeli mobil ini. Pol mentok hanya bisa digunakan sebagai uang mukanya saja. Jikapun benar membeli secara kredit, gaji Gavriel tidak akan cukup untuk membayar cicilan bulanannya.

"Mobil Ayah. 'Kan yang bawa Ayah."

Gadis menghela napas panjang kala mendengar perkataan Leander. Kini ia menoleh ke arah Gavriel. Gavriel tahu jika Gadis tidak akan percaya jika ia bisa membeli mobil ini.

"Ini mobil kamu sewa 'kan, Gav?"

Gavriel tertawa kala mendengar intonasi suara Gadis yang seakan justru bukan bertanya namun memastikan asal usul mobil Land Rover Defender warna hijau tersebut. Ia menggelengkan kepalanya pelan kala tawanya sudah reda. Sepertinya Gadis tidak bisa konsisten dengan perkataannya. Katanya ia tidak akan bertanya jika dirinya tidak menceritakan, tapi kenyataannya? Gadis sudah mengomel tiada henti hanya karena sebuah pertanyaan yang belum ia jawab.

"Enggak."

Jawaban singkat Gavriel justru membuat Gadis merasa gemas sampai ke ubun-ubun. Ia butuh penjelasan lebih detail tetapi Gavriel seakan enggan menceritakan semuanya. Jika Gavriel berpikir dirinya memiliki nilai tambahan di matanya karena menggunakan mobil baru, yang ada justru sebaliknya. Gadis menjadi overthinking dengan cara Gavriel mendapatkan semua itu. Bagi Gadis, lebih baik hidup apa adanya asal apa yang ia miliki berasal dari penghasilan yang halal. Buat apa terlihat kaya dan memiliki segalanya namun setiap bulan pusing memikirkan angsuran. Ah, tidak... Ia adalah jenis manusia yang tidak akan sudi menghabiskan lebih dari 30 persen penghasilannya untuk membayar cicilan setiap bulan. Karena bagaimanapun juga ia adalah manusia yang butuh hiburan dan liburan juga. Jangan sampai hanya untuk terlihat sukses di usia muda serta memiliki segalanya namun saat memiliki kebutuhan darurat, ia tidak mempunyai uang darurat. Menyedihkan, namun di jaman saat ini banyak terjadi.

"Terus dari mana punya uang sebanyak itu untuk beli mobil ini? Ini harganya milyaran lho, Gav. Lebih baik kalo punya uang itu diinvestasikan. Kamu beli saham, obligasi, SBN, properti, emas juga enggak pa-pa daripada beli barang yang punya nilai penyusutan tahunan begini mahal-mahal. Ya, enggak pa-pa kamu beli mobil beginian kalo uang kamu sudah sisa-sisa sampai bingung mau kamu pakai buat apa."

Melihat Gadis sudah kembali ke setelan pabriknya, Gavriel tahu jika perempuan ini kesal kepadanya sejak tadi. Hanya saja kehadiran Leander diantara mereka berdua membuat Gadis menahan rasa kesal yang ia miliki. Siapa sangka jika kali ini kesabaran Gadis yang setipis tisu dibagi dua itu sudah habis tak tersisa.

"Kalo ditanya itu jawab, jangan diam aja."

Gavriel menutup kedua matanya sekejap lalu ia buka kembali. Apes betul nasib laki-laki di dunia ini. Ketika kecil di marahi ibu, ketika dewasa pasti dimarahi oleh pasangannya. Wait, Gadis belum menjadi pasangannya karena perempuan itu belum memberikan jawaban untuknya secara gamblang. Gavriel mencoba memahami semua ini karena bagaimanapun juga, proses perceraian Gadis dan Pradipta belum selesai di Pengadilan Agama.

From Bully to Love MeWhere stories live. Discover now