60. Pengadilan Agama

4.2K 490 27
                                    

Gavriel menatap Gadis yang duduk di sebelahnya. Meskipun sedikit bingung harus memulai dari mana, Gavriel memilih menyodorkan kertas yang ia sedang pegang. Gadis yang melihat kertas itu hanya bisa tersenyum dan segera meraihnya. Ia sudah selesai mengisi data diri Gavriel serta Alena di form saksi perceraian.

"Tanggal pernikahan aku? Tempat kerja Dipta?" Ucap Gadis sambil membaca kertas yang diberikan Gavriel kepadanya.

"Iya, Dis. Aku butuh data itu buat jaga-jaga karena takutnya hakim bakalan tanya."

"Iya, Gav. Aku paham itu," Jawab Gadis sambil mengisi kertas yang ada di pangkuannya ini.

Begitu Gadis sudah selesai mengisi semua ini, ia sodorkan kembali kertas itu kepada Gavriel.

"Sudah aku isi, Gav."

"Okay. Thanks."

"Aku yang harus bilang terimakasih sama kamu karena tanpa bantuan kamu, mungkin aku enggak akan pernah memiliki bukti yang cukup untuk melawan Dipta."

Gavriel tersenyum. Rasanya ia tidak perlu menanggapi kata-kata Gadis ini karena ia tak mau Gadis mengingat-ingat kejadian menyakitkan itu.

Melihat Gavriel yang tidak menanggapi kata-katanya, Gadis segera menjelaskan alasannya dua minggu ini tidak memberikan kabar sama sekali.

"Aku juga minta maaf karena sudah mengabaikan pesan kamu selama dua minggu ini. Itu semua aku lakukan karena Angela memintaku menjaga jarak dengan lawan jenis selama proses perceraian ini berlangsung. Angela takut kalo Mas Dipta menyadap nomerku. Terlebih lagi Angela juga khawatir jika Mas Dipta nengira tidak hahya dia yang berselingkuh, tapi aku juga."

Gavriel menghela napas panjang. Sepertinya Gadis menjadi bodoh kala tidak mengasah otaknya setiap hari seperti dulu. Tidak tahukah Gadis jika pasangan yang kepo dengan isi handphone pasangan saja bisa terkena pasal, apalagi sampai menyadap. Alasan inilah yang membuat Gavriel memilih untuk membantu Gadis dengan tenaga bahkan menyewa bodyguard daripada menyadap telepon pribadi Pradipta.

"Dis...," Panggil Gavriel pelan yang membuat Gadis menoleh.

Sumpah...
Rasanya semakin ke sini, Gadis menjadi perempuan pengecut karena ia tak kuat jika harus berlama-lama beradu pandang dengan Gavriel. Rasanya ia ingin segera memalingkan wajahnya namun ia tak bisa. Sorot mata Gavriel seakan menguncinya agar ia tatap berada di tempatnya saat ini.

"Ya?"

"Apa kamu enggak tahu kalo ngecek HP pasangan tanpa ijin saja itu bisa kena pasal 30 undang-undang ITE?"

Gadis menggelengkan kepalanya. Ia tahu Gavriel bukan seorang lulusan hukum apalagi profesinya tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan hal seperti itu, tapi kenapa ia tahu banyak masalah ini?

"Masa sampai segitunya? Kalo istri cek hp suami karena curiga diselingkuhi, itu 'kan hal yang wajar."

Gavriel menggelengkan kepalanya. Jika semudah ini, maka dirinya tak perlu menyewa bodyguard bahkan meminta tolong Aditya untuk mencari informasi. Tak perlu juga ia membiarkan Alena berada di situasi yang menegangkan hanya untuk mencari informasi tentang Pradipta dan Rachel. Ia biarkan Alena melakukan hal ini karena setidaknya ini tidak melawan hukum. Tak ada penyadapan apalagi mengakses barang pribadi tanpa ijin.

"Kalo kamu mau menyelidiki, mending pakai detektif atau kirim aja Alena yang gratis."

Gadis tertawa mendengar hal ini. Kini ia memilih membuka handphone miliknya dan segera saja ia mencari informasi tentang isi pasal tersebut. Benar saja, isi pasal tersebut sesuai yang dikatakan oleh Gavriel.

"Gimana, baru percaya 'kan kalo lihat sendiri?"

"Iya. Beneran ternyata. Berarti bisa ya jerat suami sendiri dengan pasal pidana."

From Bully to Love MeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora