37. Tamu tak terduga

4.1K 331 17
                                    

Selamat pagi....
Terimakasih teman-teman untuk doanya. Alhamdulillah, tole sudah mendingan tinggal bapilnya aja yang masih belum sembuh.

Pagi ini mamak update Gavriel ndan Gadis lagi ya.

Akhir kata mamak ucapkan selamat membaca  🙏

***

Gadis : Malam ini bisa ketemu sebentar enggak? Gue ada titipan dari Mas Banyu buat lo.

Berkali-kali Gadis menatap pesan yang ada di layar handphone miliknya. Sudah satu jam yang lalu ia mengirimkan pesan ini kepada Gavriel namun tak ada jawaban sama sekali dari pria itu. Sumpah, jika tahu seperti ini pada akhirnya, Gadis memilih tidak mengirimkannya. Tetapi jika tidak menjalanlan amanat Banyu, bisa-bisa ia akan terkena omelan Banyu karena Banyu mengatakan kepadanya ini penting dan tidak bisa diwakilkan. Harus Gadis sendiri yang memberikannya.

Tok....

Tok....

Tok....

Suara ketukan di pintu kamarnya membuat Gadis menoleh. Kini ia segera berdiri dan berjalan ke arah pintu. Sebelum membukanya, Gadis memilih untuk mengintip ke arah luar dari lubang kecil yang ada di pintu. Saat mengetahui bahwa yang datang adalah Alena, Gadis langsung membukanya.

Saat pintu terbuka, ternyata ada sosok lain yang tiba-tiba muncul di belakang tubuh Alena.

"Ah... Lo beneran kebangetan, Dis. Bisa-bisanya nyuekin gue dari pagi tapi bisa kirim pesan ke Gavriel."

Gadis meringis mendengar ocehan Alena begitu pintu dibuka. Alena segera menerobos masuk ke kamarnya sedangkan Gadis masih di depan pintu sambil sedikit mendongak untuk menatap Gavriel. Sial, ia tidak mengira jika laki-laki ini tidak mengaktifkan laporan dibaca pada whatsapp-nya.

"Katanya mau ketemu sama gue, tapi kenapa enggak dipersilahkan masuk?"

Bukannya mempersilahkan Gavriel masuk ke kamarnya, Gadis justru menatap wajah Gavriel yang setelah ia amati cukup tampan juga jika sedang menggunakan kemeja lengan panjang warna biru langit yang ditekuk sampai di siku dan celana bahan warna hitam seperti ini. Okay, mungkin dulu matanya katarak hingga tak menyadari ada hal-hal indah disekitarnya. Atau mungkin bukan matanya yang bermasalah tapi hatinya. Hatinya terlalu bucin pada sosok Pradipta yang kalem dan mengayomi meksipun kini jika mengingat hal itu, rasanya Gadis ingin mementung kepalanya sendiri karena pernah bucin pada laki-laki yang kelakuannya mirip setan itu.

"Kok lo bisa ada di sini?" Tanya Gadis dengan suara pelan.

"Karena antar Alena. Mobil dia mogok di parkiran basemen."

"Oh..."

Melihat respon Gadis yang hanya seperti ini, Gavriel memilih menyedekapkan kedua tangannya di depan dada. Ia tatap wanita ini yang tampak canggung di hadapannya. Kelakuannya berbeda sekali dengan Gadis yang biasa ia temui.

"Gimana keadaan lo sekarang?" Tanya Gavriel yang membuat Gadis mau tidak mau menatapnya kembali.

"Gue baik-baik aja. Makasih sudah menampung gue di rumah lo semalam."

Gavriel hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Melihat Gadis yang bisa merasa canggung di depannya seperti ini membuatnya ingin tertawa. Tak pernah ia mengira jika Gadis bisa berperilaku seperti ini sebagai seorang wanita dewasa berusia di atas 30 tahun. Apalagi mereka sudah mengenal hampir 10 tahun di mana 5 tahunnya mereka habiskan bersama sebagai rekan kerja.

"Lo berdua pada ngapain di depan pintu?"

Perkataan Alena mambuat Gadis tersadar dan kini ia memilih untuk menyingkir dari depan pintu. "Masuk, Gav."

From Bully to Love MeWhere stories live. Discover now