35. Berakhir di kamarmu

6K 364 9
                                    

Gavriel duduk di ruang kerjanya yang ada di lantai satu. Ia tinggalkan Gadis di kamarnya seorang diri. Pikirannya terus memikirkan sikap gila yang Gadis ambil malam ini. Sepanjang dirinya mengenal Gadis, Gavriel tahu bahwa Gadis adalah sosok wanita lugu yang tidak pernah aneh-aneh dalam menjalani kehidupannya sejak dulu. Itu terbukti dari perilaku Gadis dulu yang selalu menolak saat diajak ke club malam atau sekedar pergi berkaraoke bersama teman-teman sekantor. Ada saja alasan yang Gadis berikan hingga akhirnya mereka semua sudah tidak pernah mengajak Gadis lagi karena Gadis selalu menolak.

Berbeda dengan dirinya yang berdarah campuran dan hidup lebih bebas, Gavriel tahu bahwa Gadis sangat memegang teguh nilai-nilai ketimuran. Sikap Gadis malam ini telah membuat Gavriel yakin bahwa konflik rumah tangga yang Gadis alami begitu berat hingga ia harus meluapkan apa yang ia rasakan di club malam. Tidak ingin berlarut-larut memikirkan hal yang bukan dalam kapasitasnya untuk ikut campur, Gavriel memilih mencari contoh barang-barang dagangannya yang baru saja datang. Setelah mendapatkannya, ia berjalan ke ruangan yang dulu sering digunakan untuk jualan live. Lebih baik ia mencoba peruntungan pada pagi dini hari seperti ini karena ia benar-benar tidak bisa memejamkan matanya lagi setelah mendapatkan telepon dari Wilson. Lagipula siapa tahu ia bisa menambah penjualan produk-produk yang sudah ia stock di gudang.

Hampir dua jam lamanya Gavriel melakukan live. Seperti biasa, suaranya hampir habis kali ini dan untungnya sebanding dengan omset penjualan paginya hari ini. Selesai melakukan live, Gavriel menuju ke dapur untuk membuka kulkas. Ia cek apa yang bisa ia masak pagi ini. Sepertinya ia bisa membuat menu sarapan pagi berupa sop untuk dirinya dan Gadis. Entah Gadis akan cocok dengan masakan buatannya atau tidak, ia tidak peduli. Lagipula Gavriel yakin Gadis tidak akan bangun sebelum tengah hari nanti.

Tanpa banyak membuang-buang waktu, Gavriel segera memasak dengan berbagai bahan yang ia temukan di kulkas. Selesai memasak, dirinya memilih langsung sarapan baru kembali ke kamarnya yang ada di lantai dua. Jika biasanya ia mandi di kamar mandi yang ada di dalam kamarnya, maka tidak pagi ini. Ia hanya mengambil baju kerjanya dan memilih untuk mandi di kamar mandi bawah.

Pukul 06.30 WIB, Gavriel sudah siap untuk pergi ke kantor, namun sebelum ia meninggalkan rumah, dirinya meninggalkan sebuah pesan untuk Gadis yang ia taruh di meja dekat tempat tidur.

Selesai melakukan itu, Gavriel memilih keluar dari kamar ini dan segera berangkat ke kantor mengingat kantor dan rumahnya cukup jauh jaraknya.

***

Gavriel keluar dari mobil dan segera menuju ke arah lift berada. Saat sampai di sana, tidak sengaja ia bertemu Alena yang sedang menunggu pintu lift terbuka dan tengah sibuk dengan handphonenya.

"Good morning, Len."

Alena tak perlu mengangkat pandangannya untuk tahu siapa yang baru saja menyapanya. Tanpa mengalihkan pandangannya dari layar handphone, Alena membalas sapaan ramah Gavriel.

"Morning, Gav."

"Muka lo panik banget pagi-pagi, ada apa?"

Ting....

Pintu lift terbuka, Alena memilih memasuki lift terlebih dahulu diikuti Gavriel dan baru setelah pintu tertutup, Alena menjawab pertanyaan Gavriel.

"Si Gadis enggak bisa dihubungi. Gue samperin ke hotel pagi ini juga dia enggak ada di hotel. Gue takut dia kenapa-kenapa."

Mendengar kekhawatiran Alena, Gavriel tersenyum tipis.

"Lo enggak usah panik. Gadis ada di rumah gue."

Deg'

Jantung Alena seakan baru saja menabrak tulang rusuknya. Apakah ia tidak salah dengar? Gadis ada di rumah Gavriel? Sejak kapan? Semalam ia mengantarkan Gadis sampai ke kamar hotel sudah pukul sepuluh malam, lalu jam berapa mereka bertemu? Lebih dari itu semua, apa yang terjadi diantara dua temannya itu? Apakah Gadis membalas perbuatan suaminya dengan berselingkuh juga? Ah, tidak-tidak. Alena yakin Gavriel masih waras untuk menolak jika hal itu sampai ditawarkan oleh Gadis. Lagipula jika sampai Gadis menawarkan hal gila itu kepada Gavriel, Alena yakin bahwa Gadis sudah gila.

From Bully to Love Meحيث تعيش القصص. اكتشف الآن