68. Bilang saja demi Gadis

Start from the beginning
                                    

Alena menganggukkan kepalanya. Jangankan Lean, dirinya saja pasti akan melakukan hal yang sama dengan bocah itu. Ia tak bisa membayangkan jika harus kehilangan kedua orangtuanya dalam waktu bersamaan. Dia yang sudah bangkotan saja belum tentu akan setabah bocah balita itu jika sampai menghadapi kenyataan demikian.

"By the way, Tante Yanti hubungi lo enggak, Gav?"

"Enggak. Memangnya kenapa?"

"Padahal lebih efektif kalo Tante Yanti langsung hubungi lo buat tanya hal ini. Gue sudah kasih nomer handphone lo beberapa hari lalu."

Gavriel tahu bahwa orangtua Gadis tak akan berani menghubunginya tanpa sepengetahuan Gadis. Mungkin itu mereka lakukan karena tak mau merepotkan dirinya terlebih lagi orangtua Gadis sadar bahwa hubungannya dan Gadis hanya sebatas teman tanpa perlu banyak keluarga yang ikut campur meskipun itu hanya masalah Leander.

Ting....

Pintu lift terbuka, Alena segera masuk ke dalam bersama dengan Gavriel. Kali ini mereka lebih memilih diam karena di dalam lift ada dua orang karyawan lain di sana. Saat pintu lift terbuka mereka keluar dan berjalan ke arah parkiran mobil. Alena cukup terkejut karena melihat mobil Gavriel berbeda dengan yang biasa dipakai untuk ke kantor. Saat ia perhatikan dengan lebih seksama, beberapa saat kemudian kedua bola mata Alena rasanya hampir keluar dari tempatnya kala melihat Land Rover Defender warna hijau yang dibuka pintunya oleh Gavriel. Bagaimanapun juga dengan gaji mereka sebagai karyawan di perusahaan perbankan ini mana mungkin Gavriel bisa membeli mobil yang harganya diatas dua milyar. Bukankah lebih baik lagi jika uang itu digunakan untuk membeli properti atau berinvestasi? Atau jangan-jangan Gavriel terlibat dalam kasus yang terjadi di kantor cabang mereka beberapa hari lalu? Tidak-tidak, Alena yakin jika Gavriel adalah seorang karyawan yang memiliki integritas tinggi. Ia tahu bahwa laki-laki itu termasuk orang yang jujur dan tidak mau mengambil sesuatu yang bukan haknya.

Gavriel yang melihat Alena justru diam di dekat mobilnya hanya bisa tersenyum. Mau tidak mau ia harus keluar dan menjelaskan kepada Alena tentang asal usul mobil ini. Jangan sampai Alena berpikir bahwa ia menggelapkan dana perusahaan untuk memenuhi gaya hidupnya.

"Jangan melongo begitu, nanti ada lalat masuk ke mulut."

"Lo beli mobil itu?" Tanya Alena pelan sambil menunjuk ke arah mobil.

Gavriel hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Mana mungkin ia membeli mobil seharaga rumah, belum lagi pajak tahunannya yang menembus empat puluh juta rupiah lebih setiap tahunnya.

"Enggak, itu punya Adit. Dia bilang mau tukeran mobil untuk sementara waktu."

Satu detik....

Dua detik...

Tiga detik....

Alena semakin shock mendengar perkataan Gavriel ini. Apakah Aditya sudah gila karena menukar Land Rover Defender dengan mobil keluaran pabrikan jepang milik Gavriel?

"Si Adit bego' atau gimana? Kok bisa rela tukeran mobil keluaran pabrikan eropa sama pabrikan jepang? lo juga kenapa bawa mobil ini ke kantor di saat kantor kita lagi keadaannya kaya begini?"

"Ada sesuatu yang enggak bisa gue terangin ke lo kenapa dia sampai begini. Lagipula gue mau bawa Lean juga. Biar dia nyaman jadinya gue bawa mobil ini aja daripada nganggur di garasi."

"Lean apa Lean? Kayanya bundanya Lean yang lo maksud."

Wajah Gavriel yang tampak memerah membuat Alena tertawa. Ia tahu bahwa Gavriel berusaha memberikan yang terbaik untuk Gadis. Hmm... sepertinya Tuhan benar-benar mengirimkan pelangi setelah hujan badai di kehidupan Gadis. Mungkin saja Gavriel tidak berasal dari latar belakang keluarga yang sama dengan Gadis, namun dicintai oleh laki-laki seperti cara Gavriel mencintai Gadis tentu saja bisa membuat perempuan merasa bahagia lahir batin. Sayangnya Alena tetap tidak merasa iri dengan temannya itu karena jika ia menjadi Gadis, mungkin kasus yang dihadapinya kini  bukan lagi perceraian di pengadilan agama namun kasus pembunuhan yang ia lakukan kepada suaminya yang dengan sadar telah berselingkuh di belakangnya.

"Muka lo sudah kaya kepiting rebus."

"Apaan sih, Len."

"Udah sana buruan berangkat. Titip salam buat Lean sama Bundanya Lean."

"Iya, nanti gue sampaikan. Gue duluan, ya?"

Alena menganggukkan kepalanya. Kini ia segera kembali melanjutkan perjalanannya menuju ke tempat mobilnya di parkirkan. Dalam hati Alena ada rasa lega karena setelah dua bulan lebih, masalah yang menyelingkupi kehidupan Gadis kini pelan-pelan mulai pergi. Mungkin proses perceraian Gadis dengan Pradipta belum selesai seratus persen namun dari kabar yang Alena dengar dari Gadis, Pradipta sudah setuju dengan permintaan yang Gadis ajukan dan pengacara mereka sedang mengurus semuanya.

***

From Bully to Love MeWhere stories live. Discover now