10. Tidak sempurna

Start from the beginning
                                    

Rachel menghela napas panjang. Kali ini tidak bisa diundur-undur lagi untuk membicarakan masalah ini dengan Pradipta karena jika Ermita sudah 'bersabda' maka apa yang keluar dari bibirnya bukan lagi sebuah gertakan yang tak memiliki kekuatan.

***

Sebulan telah berlalu sejak Gadis pergi berlibur bersama Alena. Sepanjang itu juga Pradipta belum bisa pulang ke Surabaya sekedar untuk menengok dirinya dan orangtuanya. Awalnya Gadis ingin protes, namun kala Pradipta mengirimkan surat tugasnya, ia tidak bisa banyak berkomentar. Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah mengecek ke pihak HRD tentang surat tugas itu. Apakah sedang benar-benar banyak acara yang berlangsung? dan ternyata memang benar isi surat itu.

"Dis, kalo kamu jenuh di rumah, nyalon sana. Healing mumpung belum punya anak," Ucap Susan yang kebetulan kali ini dirinya bisa berkunjung ke Surabaya mengikuti suaminya bertugas.

Entah kenapa semakin tua usia Gadis, ia merasa semakin mudah tersinggung jika ada yang menyinggung-nyinggung tentang masalah memiliki anak. Andai saja tugas merawat dan mengawasi mertuanya ini tidak dilimpahkan kepadanya, mungkin saja kini ia sedang sibuk mengganti popok bayi, bukan popok lansia.

"Mbak Susan mau berapa lama di Surabaya?"

"Memangnya kenapa, Dis?"

"Aku kangen sama orangtuaku. Aku ingin mudik ke Solo."

Susan tersenyum dan ia anggukkan kepalanya.

"Silahkan mudik, Dis. Aku di sini seminggu."

Gadis langsung tersenyum lebar dan ia peluk kakak tertua suaminya itu. Ia ucapkan terimakasih karena pada akhirnya ia memiliki waktu untuk dirinya sendiri.

Kini Gadis segera naik ke kamarnya yang ada di lantai dua. Cepat-cepat dirinya bersiap-siap. Begitu dirinya selesai bersiap-siap, Gadis segera turun sambil membawa koper miliknya. Meskipun merasa bahagia karena akan memiliki waktu untuk dirinya sendiri, namun tetap saja ada rasa tidak tega meninggalkan kedua orangtua Pradipta. Terlebih Papa mertuanya karena selama ini Papa mertuanya adalah orang yang sering berbagi cerita bersamanya setiap pagi di halaman belakang rumah.

Setelah pamit kepada Mama mertuanya, Gadis segera mencari Papa mertuanya yang ternyata sedang bermain dengan kedua cucunya.

"Pa, Gadis mau pamit," Kata Gadis sambil  menjabat tangan Papa mertuanya.

"Iya, Dis. Kalo kamu sempat, mampir ke Bontang. Tengok Dipta di sana."

"Baik, Pa," Kata Gadis dan setelah itu ia segera memesan taxi online untuk mengantarnya ke stasiun Gubeng.

Begitu taxi itu datang, Gadis segera berjalan ke depan diantar oleh Susan.

"Dis?" Panggil Susan yang membuat Gadis menoleh ke arah kakak iparnya ini.

"Ya?"

"Cobaan rumah tangga setiap pasangan itu lain-lain. Mbak harap kamu bisa sabar dengan apa yang sedang kamu hadapi di rumahtangga kamu sama Dipta. Masa lima tahun petama itu terberat katanya."

Gadis tersenyum dan ia anggukkan kepalanya meskipun ia masih bingung dengan perkataan Susan yang tiba-tiba membahas masalah ini, namun rasanya ia enggan untuk berkomentar lebih jauh. Saat sampai di depan, Gadis segera masuk ke dalam taxi online dan mobil itu pun melaju meninggalkan daerah Darmo, tempat rumah orangtua Pradipta berada.

Begitu sampai di stasiun Gubeng, Gadis segera mencetak tiket kereta miliknya. Kereta Sancaka sore yang ia pilih untuk membawanya pulang ke Solo kali ini. Dalam hati Gadis, ia bersyukur karena kereta sore ini cukup sepi sehingga bisa memberikan dirinya waktu untuk berpikir tentang langkah yang akan dirinya ambil.

Satu minggu sebelum ia harus pulang ke Surabaya sepertinya cukup untuk menjalankan misinya menyambangi Pradipta ke Kalimantan. Jika saat weekend Pradipta memiliki acara kantor, maka ia akan mendatangi Pradipta dikala hari kerja. Namun agar semua tidak curiga, lebih baik dirinya menetap di Solo untuk satu dua hari terlebih dahulu. Apalagi Banyu sedang berada di Solo.

Ketika kereta Sancaka tiba di Stasiun Balapan, Gadis segera turun. Tak perlu menunggu lama karena supir Papanya sudah tiba di stasiun. Gadis segera berjalan menuju ke parkiran mobil bersama Sumanto. Layaknya orang yang sudah lama tidak bertemu, Gadis mulai menanyakan keadaan di rumahnya yang dijawab Sumanto dengan helaan napas panjang.

"Kalo pak Manto begitu, saya jadi curiga ada masalah."

"Gimana ya, Mbak. Sebenarnya semua baik-baik aja, tapi sejak beberapa hari yang lalu sewaktu Mas Banyu pulang, suasana sedikit gaduh. Bapak sama Ibu sampai ngerem-ngerem Mas Banyu."

"Mas Banyu kenapa?"

"Lebih baik Mbak Gadis nanti lihat sendiri di rumah ada masalah apa?"

Gadis menganggukkan kepalanya dan ia memilih untuk diam tak meneruskan obrolan ini. Kepalanya sibuk memikirkan tentang apa yang terjadi di rumah kedua orangtuanya.

***

From Bully to Love MeWhere stories live. Discover now